28. Menghadapi Rintangan Yang Menghadang

186 26 5
                                    

Gimana kondisinya hari ini?

Semoga pada sehat aja.

Selalu semangat, jangan pernah menyerah.

Sama seperti Lio dan Abby, apa pun rintangan yang menghadang, mereka mencoba menghadapinya bersama.

Selamat membaca part baru ini, ya.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abby tiba di apartemen dalam keadaan hati yang resah tak terperih. Sejak di kantor tadi, beberapa kali dia tidak bisa konsen pada tahapan akhir sketsa furnitur yang dibuatnya. Sketsa itu untuk produk baru mereka. Biasanya setiap desain, akan dia diskusikan dan putuskan bersama Eric—pria itu sangat dia handalkan dalam bisnis furniturnya. Sesekali dia masih mendesain produk furnitur kala punya waktu senggang. Setelah mencoba memaksakan diri, pada akhirnya Abby menyerah. Kondisi seperti itu paling tidak disukainya. Namun, hatinya tidak berhenti memikirkan Lio yang sedang berada di rumah ibunya. Abby membuat susu cokelat untuk menghilangkan resah hatinya. Dia menuju balkon, memandang cahaya yang sudah berpendar memenuhi area taman di bawahnya. Bunyi pintu pertanda ada yang masuk tidak mengusik keasyikannya.

"By?" Lio celingukan mencari sosok wanita yang selalu dirindukannya. Bersamanya segala kasih dia curahkan.

"Di sini rupanya."

Abby tersentak dari lamunan. Pemuda yang sangat dicintainya telah berada di sampingnya, menunduk dan memberikan kecupan hangat dibibirnya. Dia pun membalas kecupan hangat itu penuh kasih.

"Gimana hasil pertemuan dengan nyokap?"

"Masih mau di sini, atau di dalam aja ngobrolnya?" tawar Lio.

"Di sini aja."

Lio menggeser kursi kosong yang berada di seberang meja, menempatkannya tepat di depan tempat duduk Abby. Matanya menatap kekasih hatinya itu dengan lembut. Kala berhadapan dengan Abby, segala kekalutan yang membelitnya seolah lenyap. Pemilik mata indah yang selalu memberinya kehangatan itu, mampu menghilangkan segala gundah di hatinya. Hal inilah yang akan terasa berat baginya kalau saja mereka akan berpisah juga nantinya. Tangannya terulur merengkuh tubuh yang selalu memberi kehangatan dalam dekapan erat. Dihirupnya dalam-dalam aroma yang menguar dari dalam tubuh Abby. Rasa damai seketika menyerbunya.

"Jelek, ya, hasil ngobrolnya dengan nyokap?" tanya Abby sembari tangannya mengusap dengan lembut punggung Lio. Tanpa diberitahu pun, dari raut wajah kekasihnya itu, sudah terpancar sendu.

"Seandainya kita berpisah, kamu nggak kecewa, kan, pernah mencintai aku?" Bukan jawaban yang diberikan Lio, melainkan pertanyaan. Pelukan belum dia lepaskan. Sepertinya dengan posisi seperti itu, dia lebih nyaman mengutarakan hasil pertemuan dengan ibu kekasihnya. Rasanya dia tak sanggup melihat kesedihan di mata indah Abby. Juga, dia pun tak sanggup memperlihatkan rasa cemas yang menggelayutinya. Risiko ini sudah mereka antisipasi sebelumnya, tetap saja membawa rasa khawatir yang teramat sangat.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang