Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76.
17 Agustus 2021.
Semoga kita merdeka dari rasa yang membelenggu.
Senangnya bisa up part baru di hari yang spesial ini.
Sama dengan hari bertemunya kembali Lio dan Abby setelah setahun tidak berjumpa.
Oke, aku menemani hari liburnya dengan ini saja.
Semoga terhibur, ya.
Selama membaca.
Abby masih terpaku di samping pintu mobil. Kakinya seolah memaku dengan kuatnya di lantai basemen yang keras berlapis floor hardener berwarna natural. Matanya belum teralihkan dari sosok yang juga mematung di tempatnya. Pandangan mereka masih tetap terpaut. Abby menghela napas. Sosok di hadapannya pun berbuat yang sama. Lalu Abby terduduk setelah napasnya tidak lagi memburu seperti tadi. Lega melihat pemuda yang berada tidak jauh dari tempatnya adalah orang yang dikenalnya. Tangannya memegang dadanya yang sudah berdetak normal kembali.
"Abby?" Lio ikut berjongkok di depan Abby. Raut wajahnya sangat bahagia, karena akhirnya menemukan kembali wanita yang selama ini selalu dirindukannya. Tadinya Lio sudah tidak berharap lagi akan bertemu Abby. Ternyata semesta sedang berbaik hati padanya dan akhirnya hari ini mereka bertemu.
Setelah berpisah setahun yang lalu, Lio dan Abby putus kontak sama sekali. Mungkin pengaruh jaringan di desa tidak bersahabat, mereka melupakan berbagi nomor ponsel. Toh, hampir setiap hari mereka bertemu karena Lio sering menemaninya menjelajahi desa mencari data. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama, bahkan Abby telah berkenalan pula dengan kakek Lio. Tidak terlintas di benak Lio dan Abby untuk bertukar nomor ponsel. Sampai saat berpisah pun tiba. Akibatnya, ada rasa rindu yang mendera, menyiksanya siang dan malam. Lio hanya berusaha meredamnya dengan bertekun merampungkan kuliah dan fokus pada pekerjaan. Tanpa diduga, Lio menemukan kembali secara tidak sengaja wanita yang selalu hadir dalam hatinya. Jelas saja Lio tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
"Hey, kenapa? Lo nggak suka bertemu gue, ya?" tanya Lio setelah melihat Abby hanya tertunduk sembari memegang dadanya, tidak memberikan respons apa pun. Padahal tangan Lio rasanya ingin sekali merangkul tubuh yang masih tetap sama saat terakhir melihatnya. Rambut cokelat yang sedikit bergelombang pun masih tergerai dengan indahnya. Akan makin indah jika tangannya mampu mengusap lembut rambut itu.
Abby menegakkan kepala. Matanya dengan tajam menatap pada Lio. Kalau ditanya rasanya bertemu kembali dengan pemuda itu, jawabannya adalah rasa bahagia. Bahagia bertemu dengan sosok yang telah menolongnya hingga tidak terjatuh ke jurang. Membantunya menyusuri jalan desa yang berbatu dan sebagian masih berupa tanah merah yang licin kala hujan. Jalan yang kadang menanjak atau menurun dan memberi efek lelah pada kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)
RomanceRancangan Tuhan pada setiap insan tentunya berbeda. Begitu hebatnya rancangan itu, terkadang membuat yang mengalaminya tidak memahami kondisi yang terjadi. Begitulah yang dialami oleh dua insan yang dipertemukan oleh rancangan indah tersebut, di seb...