18. Biarkan Rindu Ini Terbagi

198 28 4
                                    

Halo ....

Masih pada semangat kan, ya?

Harus tetap semangat, karena itu yang bisa memberi kita hidup hingga saat ini.

Sama seperti Abby dan Lio, betapa semangatnya mereka setelah bertemu kembali, membagi rindu yang lama terpendam.

Oke, baca kelanjutannya di part ini, ya.

Selamat membaca.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh Abby menegang kala kedua tangan Lio memeluknya dengan erat dari balik punggungnya. Pisau yang dipegangnya memotong apel, hampir saja mengiris jarinya. Jangan tanyakan bagaimana degup di dadanya. Mau meledak. Jantungnya seakan lepas, menerobos dengan kuat lapisan tempatnya berada. Abby masih tidak bergerak karena tubuhnya mendadak kaku. Padahal tadi gerakannya sangat lincah menyiapkan ini dan itu. Berpindah dari ujung pantry, ke tengah kemudian ke bagian ujung lainnya. Kadang berbalik, menempatkan masakan yang sudah matang ke piring dan meletakkannya di meja island. Abby masih mengumpulkan semua simpul saraf di kepalanya demi memperjelas keberadaan sosok yang kedua lengannya sedang memeluknya dengan kuat. Ketika kepalanya sudah mengirimkan tanda jika benar yang memeluknya adalah Lio, Abby tersentak. Ya, Lio yang dikenalnya setahun yang lalu. Pemuda yang sejak pertama kali bertemu menatapnya dengan tajam. Pemuda yang minim bahkan nyaris tanpa ekspresi, terkesan sibuk dengan dirinya sendiri. Kemudian hal itu terbantahkan ketika dengan sigap menahan tubuhnya yang hampir terjatuh ke jurang. Lalu berkembang dengan menemaninya keliling desa. Membantunya mengumpulkan data yang dibutuhkan. Sungguh, Abby tidak tahu harus bagaimana meresponsnya.

Sejenak Abby membiarkan Lio dengan sikapnya. Tangannya juga masih berhenti memotong-motong apel yang akan dihidangkan sebagai makanan penutup. Namun, Abby tidak dapat memungkiri jika perbuatan Lio memberikan rasa lain yang sudah menyusup di dalam dada tanpa mampu dia mencegahnya. Rasa rindu yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Lio. Satu pertanyaan yang menjelma dalam benak Abby. Apakah tindakan Lio ini patut diterimanya atau tidak? Jika tidak, apakah ini termasuk pelecehan? Akan tetapi, mana mungkin dia menuduh Lio, sementara dia yang mengajak pemuda itu mampir. Maka, salahkan dirinya yang telah bertindak ceroboh. Abby berusaha menahan gemuruh dalam dada yang tiba-tiba menyerangnya. Tak pelak ada gemuruh lain juga yang dirasakannya menghentak pada punggungnya. Sudah jelas itu adalah detak dada Lio yang sedang bergejolak. Gejolak yang sama ini harus bagaimana menyalurkannya? Abby menutup mata, menarik napas dalam-dalam.

Tangan Abby menepuk-nepuk lengan Lio yang masih bertengger di perutnya, menekannya dengan kuat seolah khawatir Abby menghilang jika pelukan dia lepaskan. Setelah menepuk, satu tangannya mengusap kepala Lio dengan lembut. Abby bingung dengan tindakannya, tetapi dorongan dalam dirinyalah yang menjadikannya demikian. Ada rasa sayang yang seketika menyeruak, lalu memerintahkan otaknya melakukan hal tersebut. Kali pertama dalam hidupnya ada yang memeluknya sekuat ini. Abby sudah lupa pelukan ayahnya atau ibunya yang terakhir kali padanya. Mungkin saking lamanya maka dia sudah tidak merasakannya lagi. Abby berdeham.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang