5. Perjalanan Menembus Onak Dan Duri

279 28 2
                                    

Halo....

Sudah part lima aja ya.

Ayo, tambah semangat bacanya.

Setelah sarapan lalu merapikan barang bawaannya, Abby bersantai sejenak sambil menikmati kopi dan melihat berita di televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sarapan lalu merapikan barang bawaannya, Abby bersantai sejenak sambil menikmati kopi dan melihat berita di televisi. Pagi ini Dimi sudah berangkat ke kantor pemrov untuk mengambil surat izin mereka. Dengan surat izin dari provinsi inilah yang akan mereka tunjukkan ke kabupaten, kecamatan dan desa yang mereka tuju. Setelah itu mereka menuju ibu kota kabupaten untuk melaporkan kedatangan mereka dan dari sana pihak pemkab yang mengantar mereka ke tujuan akhir. Sebelum berangkat ke tempat ini, Abby sudah mencari informasi sebanyak-banyaknya baik lewat internet juga temannya mengenai lokasi tempatnya akan melaksanakan tugas selama satu setengah bulan. Kalau melihat waktunya, seharusnya sangat cukup untuk memetakan kondisi desa tempat mereka nanti. Semua tergantung dengan sejauh mana mereka bisa mendapatkan data, mengolahnya kemudian membuat skematik desain untuk nantinya akan mereka serahkan dalam bentuk laporan. Data inilah yang akan digunakan sebagai project khusus untuk pengembangan wilayah terutama infrastruktur.

Abby menyesap kopinya. Harum kopi dari uapnya yang masih ada diresapinya dalam-dalam. Dari harum itu, Abby tahu dari mana kopi itu berasal. Dia bukan penikmat kopi, tetapi setidaknya dia tahu jenis kopi yang terkenal di negeri ini. Salah satu kopi yang terkenal dari daerah ini bahkan sampai ke manca negara adalah kopi yang berasal dari Toraja. Kalau saja mereka punya waktu, dia ingin sekali mengunjungi daerah itu sebelum kembali ke Jakarta. Bukan itu saja, tempat mereka saat ini masih punya begitu banyak potensi wisata yang patut dikunjungi. Ketukan di pintu mengalihkan Abby dari lamunannya mengenai kopi. Cepat dia berdiri dan berderap ke pintu.

"Dimi sudah balik?" tanyanya pada sosok yang satu-satunya rekan mereka berkacamata begitu pintu terbuka.

"Infonya sudah di jalan menuju ke sini, sih. Makanya kita diminta siap-siap," jawab Reina sambil memperhatikan isi kamar Abby yang sepertinya tidak tersentuh karena masih saja rapi. Sangat berbeda dengan kamarnya dengan tempat tidur yang selimutnya sudah kusut tak berbentuk. Wanita di usianya yang sudah 28 itu, yang dia tahu punya latar belakang wah, tetapi mau ikut program ini membuatnya kagum. Reina tidak tahu ada tujuan apa sehingga Abby bersusah-susah mendaftar. Apakah pekerjaannya saat ini sudah tidak menarik? Sama juga dengan Dimi yang sudah punya kedudukan dan penghasilan yang cukup baik, malah mencari tantangan seperti ini. Apa, sih, yang mereka cari? Kalau dia dan Vian merasa tertantang saja untuk menguji ilmu yang selama ini sudah mereka gunakan dalam pekerjaan. Juga mereka belum punya tanggung jawab jadi masih bebas berpetualang. Abby dan Dimi juga masih lajang setahunya.

"Gue udah siap dari tadi malah. Lagi ngopi aja sambil nungguin dia."

"Oh, oke. Gue siap-siap dulu deh." Kening Abby berkerut. Bukannya tadi temannya itu minta dia bersiap-siap ya? Malah yang meminta belum. Abby menggelengkan kepala dan melanjutkan menyesap kopinya.

Sebenarnya hatinya was-was mengikuti program ini. Jika ayahnya tahu, tidak menutup kemungkinan menugaskan pengawal-pengawalnya menyeretnya pulang. Di Soetta kemarin saja dia sampai menengok kiri kanan, memindai setiap orang mencari postur berbadan kekar, bersafari dan memakai kacamata hitam. Dia sudah siap berlari jika sosok yang dicarinya ada di antara mereka. Di dalam pesawat pun sama. Ada satu penumpang dengan sosok yang nyaris sama dengan yang dicarinya. Abby waspada. Namun, setelah landing di Hasanuddin, orang yang dicurigainya ternyata penumpang transit. Betapa lega dirinya, akhirnya perjalanannya kali ini sukses sampai di tujuan.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang