Ayo, sudah part 3 lho.
Cerita ini agak berbeda dari cerita-cerita aku sebelumnya ya.
Selamat membaca.
Dengan tekad bulat, walau ayahnya bersikeras melarangnya untuk pergi, Lio tetap pada keputusannya. Pergi mencari penyebab hilangnya nyawa orang yang dicintainya. Karena itu pula, dirinya sempat tertuduh penjadi penyebab gadis yang belum cukup setahun menjadi kekasihnya, meninggal. Gadis itu berpulang tepat di hari ulang tahunnya. Mulai saat itu dirinya gelisah dan ingin mencari tahu ada apa di balik kematiannya. Apakah ada hubungan dengan bertambahnya usia atau ada hal lain? Gadis manis yang ditemuinya saat mengantar mobil yang telah selesai mereka kerjakan atributnya, selama ini sehat dan tidak ada tanda-tanda menderita penyakit parah. Tahu-tahu saat menjelang ulang tahunnya yang ke-22 gadis itu mulai sakit, seluruh badannya tidak dapat digerakkan, muntah-muntah tetapi bukan makanan melainkan darah dan akhirnya hilang kesadaran. Masih sempat dirawat di rumah sakit, meski tepat di hari di mana usianya bertambah setahun, gadis itu pergi meninggalkannya untuk selamanya. Keluarga gadis itu mencurigai dirinya sebagai penyebab. Bahkan menuduhnya telah meracuni anak mereka. Tentu saja itu tidak terbukti. Lio tidak bisa menjelaskan hubungan antara ulang tahunnya dengan kematian gadis itu walau faktanya memang begitu.
Dia produk anak milenial, tetapi tidak bisa mengabaikan jika ada kekuatan lain di dunia ini tak kasatmata. Maka, walau diwarnai perdebatan Lio tetap pada niatnya, mencari jati diri yang mungkin bisa mengungkapkan rahasia di balik sebuah duka. Untuk pertama kalinya dia membuka diri, tetapi saat dirinya sudah menemukan sosok yang mengisinya, dia harus merelakan kepergiannya. Pilu yang tak bisa dia lukiskan dengan kata-kata. Cintanya berakhir, terkubur bersama gadis yang dicintainya. Lio tak tahu, akankah rasa cinta itu akan kembali memenuhi dirinya atau tidak. Yang pasti kegagalan itu akan menjadi pertaruhan besar dalam hidupnya di masa mendatang.
"Percuma kamu ke sana kalau nanti akan sama juga hasilnya," kata Tora dengan maksud untuk mencegah Lio pergi ke desa tempat leluhurnya berada. Artinya, kalaupun Lio tetap ke sana hasilnya toh sama saja. Apa yang ada di dirinya tetap bisa mencelakakan orang yang dekat dengannya. Kenyataan yang harus dia terima.
"Setidaknya saat aku ke sana, aku bisa tahu sumber masalahnya, Pa. Mending Papa yang beritahu ada apa dengan keluarga kita ini? Aku sudah nggak mau kehilangan lagi, cukup sudah." Ayahnya bergeming, tidak pernah mau memberitahu Lio mengenai sejarah keluarganya. Kematian ibunya saja menurut ayahnya adalah takdir yang harus diterimanya. Juga sampai saat ini, ayahnya tidak menikah lagi. Lio diasuhnya sendiri. Apa mereka akan hidup berdua saja sampai ajal menjemput? Tidak. Lio tidak ingin hidup seperti ayahnya. Dia punya keinginan untuk memiliki keluarga utuh.
"Sudah garis kehidupan keluarga kita seperti ini. Kamu nggak akan bisa mengubahnya. Yang bisa kamu lakukan, ikhlas menerima dan jalani. Papa aja bisa, mengapa kamu nggak? Sia-sia aja kamu ke sana." Tora masih berusaha untuk menghalangi anak satu-satunya itu mengunjungi tanah kelahirannya. Sekuat apa pun usaha yang akan dia lakukan, hasilnya akan sama saja. Dia sudah pernah mencobanya, ketika hatinya berubah akhirnya dia harus merelakan wanita yang telah melahirkan putranya itu. Akan sangat sulit memang memisahkan antara hasrat dan rasa cinta. Tadinya, dia hanya ingin mempunyai seseorang yang bisa menjadi tempatnya berbagi cerita atau saling memberi perhatian. Namun, saat hati telah terpatri, maka saat itu juga dia kehilangan seseorang itu untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)
RomanceRancangan Tuhan pada setiap insan tentunya berbeda. Begitu hebatnya rancangan itu, terkadang membuat yang mengalaminya tidak memahami kondisi yang terjadi. Begitulah yang dialami oleh dua insan yang dipertemukan oleh rancangan indah tersebut, di seb...