12. Masa Lalu Yang Terungkap

256 32 0
                                    

Halo....

Saatnya up part baru lagi dong.

Seraya berharap, semoga yang di sana masih sehat dan selalu semangat.

Selamat membaca.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa saat terjadi keheningan di teras rumah panggung yang sudah mulai cerah dengan mentari pagi. Sinar sang mentari mampu menghalau kabut dan memberikan kehangatan. Namun, tidak berlaku bagi dua insan yang sedang terdiam, merenungi obrolan mereka. Terdengar helaan napas samar. Nun di kejauhan, suara chainsaw ikut meramaikan suasana pagi menjelang siang. Semoga yang sedang menebang pohon itu tidak tergolong illegal logging. Lalu keduanya, secara bersamaan menyeruput teh yang mulai mendingin. Tangan lainnya mengambil singkong goreng yang masih tersisa di piring, menikmatinya dengan melempar pandangan pada halaman yang rumputnya masih terlihat sisa-sisa embun pagi. Titiknya tampak bercahaya tertimpa sinar mentari yang menembus di celah-celah dedaunan.

Lagi-lagi Amril menghela napas berat. Beban berat untuk mengungkapkan fakta yang telah lama dipendamnya sangat menyesakkan dada. Akan tetapi, menutupinya dari cucu satu-satunya yang penuh rasa ingin tahu akan masa lalu keluarga, tentu tidak bisa diabaikannya begitu saja. Cucu yang juga telah merasakan kehilangan orang yang dikasihinya. Bahkan lebih tragis lagi, dia telah kehilangan ibunya saat pertama kali melihat dunia. Betapa pedih memang jalan hidup yang telah mereka lalui.

"Memang separah ini kejadian yang harus kita lalui, Kek? Apa memang kita nggak bisa memberikan rasa cinta pada seseorang? Atau seperti apa? Aku bingung, sumber masalahnya apa. Kalau Kakek nggak omongin, aku harus mencari tahu pada siapa lagi? Aku pengen punya keluarga, Kek." Sudah tidak bisa berdiam diri lagi, Lio terus mendesak kakeknya untuk mengungkapkan masa lalu yang membuat wanita di keluarga mereka tidak pernah bertahan lama.

"Nggak cukup, ya, menjalani hidup seperti kakek dan papamu?" tanya Amril sekali lagi pada Lio.

"Nggak, Kek. Aku kesepian hanya berdua dengan Papa." Selain kebutuhan lainnya, yang Lio tidak sanggup mengutarakan pada pria lanjut usia yang masih terlihat segar dan menatapnya penuh kasih.

Laki-laki normal dengan tubuh yang sehat manapun, akan sulit mengendalikan hormon yang menggelak setiap waktu. Daripada menumpahkannya di sembarang tempat dan rawan dengan penyakit, alasan inilah yang membuatnya bertekad mengetahui rahasia keluarganya. Seharusnya Kakek maupun ayahnya memahami itu. Mereka juga pernah muda, demi Tuhan. Walaupun dirinya bisa menahan gejolak, menyalurkan hormon dengan kesibukan dan olahraga, tetapi tidak menjamin suatu waktu pertahanan dirinya tetap kokoh. Berdekatan dengan Abby saja, ada sesuatu yang mendorongnya hingga ingin terus bersama wanita itu. Naluri kelaki-lakiannya langsung meraung-raung tanpa mampu ditepisnya.

"Apa karena wanita yang bernama Abby itu?" Bukan maksudnya mengulur waktu, Amril sangat sadar memang sudah waktunya rahasia itu dibuka pada cucunya.

Setangkai Mawar Di Taman Hati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang