Prologue

735 136 11
                                    

Bandung, Indonesia, 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, Indonesia, 2024

Siang semakin matang. Bukan terik yang terasa, tapi suasana redup akibat langit yang mengelabu, tertawan mendung. Sesekali angin sejuk mendesau, berhasil membelai poni dan ujung rambut kuncir ekor kuda seorang perempuan tinggi semampai. Sosok perempuan yang baru saja sampai dengan motornya ke area private villa yang menjadi alamat pembeli seblak online milik kakaknya.

Setelah beberapa saat lalu menemui penjaga villa, langkah gadis itu tertahan juga seiring dengan sosok paruh baya bertubuh gempal si penjaga villa tertumpu di teras bangunan megah yang ada. Kemudian, penjaga villa mohon undur diri dari gadis berkuncir ekor kuda itu. Meninggalkannya sendiri di teras private villa bergaya kontemporer yang berdiri kokoh di tengah asrinya dataran tinggi Lembang-Bandung.

Dengan sekantong plastik putih berisi pesanan seblak di sebelah tangannya, gadis berkuncir ekor kuda itu memencet bel di dekat pintu utama. Dan tak berselang lama, pintu pun dibuka oleh si penyewa.

"Assalamualaikum. Permisi, saya kurir dari kedai Seblak Menul mengantarkan pesanan seblak Anda, Tuan," ungkap gadis berkuncir ekor kuda itu dengan semringah setelah pintu terbuka sempurna.

"Anda memesan lima bungkus seblak spesial, Tuan. Total harganya 250 ribu," lanjutnya seraya kedua tangannya menyodorkan kantong plastik putih berisi seblak kepada si penyewa villa, sosok lelaki jangkung yang mengenakan topi putih dengan letak visor yang direndahkan hingga berhasil menyamarkan sebagian area wajahnya.

Entah kenapa, lelaki jangkung itu malah mematung, menganggurkan uluran sekantong plastik putih berisi seblak pesanannya itu.

"Tuan," panggil gadis berkuncir ekor kuda itu lagi dengan kedua tangan yang masih menyodorkan kantong plastik putih.

Berselang sesaat, gadis berkuncir ekor kuda itu tampak kesal dengan laku lelaki jangkung terbalut sweater cokelat susu di hadapannya yang bersikokoh bergeming. Mematung dengan wajah samar karena visor topi yang direndahkan itu.

"Maaf, Anda Tuan--"

"Anna ...," interupsi lelaki bongsor itu, mengata untuk kali pertama.

Mendengar sebutan sebuah nama untuknya itu, gadis berkuncir ekor kuda tampak mengaura kejut. Sepasang netra cokelat tuanya membulat. Batinnya menggumam, Anna?

"Annyeong, Anna." Lelaki jangkung itu menyuara lagi. Nada bassnya lebih jelas merungui gadis berkuncir ekor kuda.

Semakin tertegun, gadis berkuncir ekor kuda itu, perlahan menjadi panas dingin dengan sapaan itu setelah sebuah panggilan Anna dengan nada bass terlesat dari mulut lelaki jangkung di hadapannya. Masih menatap dengan bisu wajah lelaki jangkung itu yang masih tampak samar akan muka aslinya. Namun, ia tahu siapa sosok itu kini.

"Apa kabarmu, Anna?" lanjut lelaki jangkung itu lagi.

Masih saja membisu, gadis berkuncir ekor kuda bertambah panas dingin saja. Menurunkan pelan angkatan sodoran kedua tangannya yang memegang sekantong plastik putih berisi seblak. Tidak mau menatap wajah lelaki jangkung itu lagi yang tengah bergaya so' misterius, ia memilih menundukkan pandangannya.

Perasaan gadis berkuncir ekor kuda itu mendadak kalut, wajah ayunya berubah cemas, nyalinya untuk menatap kembali lelaki jangkung di hadapannya itu menciut. Apalagi untuk menjawab sapaan yang ada, kelu sekali bibirnya dan memang enggan.

Namun, itu dusta. Enggan itu dusta. Kenyataan perihal siapa yang baru saja menyapanya dengan sebutan Anna, nada bass yang menyuara bahasa Korea dengan fasih, postur tubuh jangkung, dan baru sesaat lalu dirinya menyadari jika lelaki itu berwajah oriental, sebuah kenangan menyangkal akan dusta itu dengan tegas. Serebrumnya berhasil membawanya ke masa tiga tahun lalu, masa di mana kenangan manis berubah menyakitkan.

Sungguh dusta. Tidak ingin bertemu, tapi ingin bertemu. Mencoba melupakan, tapi terus merindu. Mulai bisa mencoba melepaskan, tetapi masa lalu itu justru datang tanpa diundang.

Perasaan gadis berkuncir ekor kuda semakin rancu dalam pandangan yang masih ia tundukkan. Serebrumnya merambahkannya ke momen tiga tahun tanpa henti, ke titik tiga bulan yang ada di dalamnya. Melukainya perlahan-lahan.

"Anna ...." Pemilik suara bass itu menyuara lagi setelah mengangkat visor topi putihnya untuk memperlihatkan furnitur wajahnya secara sempurna. Menatap khidmat sosok gadis di hadapannya itu dengan banyak harap cemas.

Tetap percuma, gadis berkuncir ekor kuda enggan mendongak. Perasaannya semakin kalut saja. Sekalipun ia merindukan sosok jangkung itu, ia tetap takut akan masa lalu.

Pikiran gadis kuncir ekor kuda ini semrawutan. Sungguh, masa lalu itu terlalu menakutkan untuk dikenang.

___________________

Translate:
Annyeong: halo

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang