Pause

161 73 15
                                    

Pagi memberingsut malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi memberingsut malam. Mentari muncul perlahan dari ufuk timur. Embun masih menggeliat manja pada dedaunan tanaman di taman belakang rumah Chanyeon.

Chanyeon bangun tidur, membuka matanya perlahan. Mengulat sejemang. Lantas sempat-sempatnya melamun sembari menatap langit-langit kamar.

Tidak ada lagi suara berisik Anna untuk membangunkan di pagi ini. Chanyeon tersenyum kecut setelah menyadari itu. Masih ada rasa sesak mendapati kenyataan itu, tetapi sudahlah, seharusnya ia cepat-cepat bebersih diri, tampil rapi untuk melepaskan kepergian Diana di pagi akhir pekan ini.

Chanyeon beringsut bebersih diri. Kemudian ia mengenakan dennim shirt yang tampak beggy dan skinny jeans. Merapikan rambut hitamnya, menggulung lengan dennim shirt, menyemprot parfum aroma woody, lantas keluar kamar.

Tujuan utamanya turun adalah ke dapur seperti biasanya, menjaili Diana dengan nimbrung rusuh memasak. Namun, di pagi ini sepertinya ia sudah tidak bisa ikut rusuh memasak atau sekedar hanya meledek ringan, sungguh tidak bisa. Jika Diana masih mau memasak untuknya pagi ini sebelum pergi, ia palingan hanya berani mengintip saja, tak lebih dari itu.

Langkah kaki Chanyeon terhenti tatkala sampai dapur. Lalu terpatung menatap nelangsa, bahwasanya tak ada Diana di dapur yang sedang memasak. Tidak ada. Rupanya ia terlalu berharap banyak untuk momen terakhir dengan Diana di pagi ini sebelum kenya itu pergi.

Chanyeon memaksa untuk tersenyum. Ia meninggalkan area dapur, memilih menunggu Diana turun di sofa ruang keluarga.

Hingga beberapa saat ke depan, suasana rumahnya tetap saja lengang.

Pikiran Chanyeon pecah, terganti resah. Terburu-buru dirinya memastikan dugaannya, melangkah lebar-lebar mencari Diana, beringsut ke kamar Diana.

Napas Chanyeon terasa tercekat saat mendapati kamar Diana sudah kosong oleh barang-barang kenya itu. Ternyata Diana sungguh pergi tanpa berpamit lagi padanya setelah perpisahan tadi malam.

"Anna ....," rintih Chanyeon, wajah manisnya semakin nelangsa. Kaki-kakinya berasa lemas untuk melangkah, tetapi ia paksa melangkah ke pinggiran kasur.

Chanyeon duduk di pinggiran kasur. Menatap sekitar. Tertumpu pada sesuatu yang tergeletak di atas nakas.

Sesuatu itu tak lain adalah sebuah kotak kecil berwarna cokelat.

Chanyeon mengambil kotak itu, membukanya perlahan, dan tertangkaplah apa isi dari kotak di tangannya kini. Tak lain adalah gelang rantai berlian, jepit rambut klip berenda telinga kelinci, dan cincin couple palladium, serta secarik kertas.

Sesaat ke depan, Chanyeon membuka lembaran kertas yang diselipkan dalam kotak, membaca barisan katanya perlahan dalam benak.

Mianhae, aku tak bisa berpamit lagi padamu sebelum pergi agar kau bisa terbangun saat pagi dengan suasana sedia kala, untuk bisa menganggap kebersamaan kita kemarin hanya bunga tidur.

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang