A Savior

142 62 12
                                    

Masih seputar berada di meja makan rumah Chanyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih seputar berada di meja makan rumah Chanyeon.

"Aku sudah tahu jika kau adalah anak kandung dari Ahjumma, Oppa. Beliau sudah menceritakannya padaku. Tapi kenapa kau bisa tahu jika aku dekat dengan Ahjumma, ya? Kupikir Ahjumma belum mengatakannya padamu. Dan ... alat itu ... sebagai bentuk pencitraan maksudmu?" Diana mulai membuka cakap.

Anggukan terlakon pelan oleh kepala Chanyeon.

"Benar. Alat itu sebagai pencitraan. Aku ada hanya sebagai penutup aib saja. Di sisi lain, aku ada hanya untuk ambisi melunasi hutang, meraup kekayaan. Bukankah dunia ini kejam sekali untukku? Kadang ... aku berpikir ... aku sebenarnya membenci ketiganya, tanpa terkecuali Umma-pun." Yang dimaksud Umma adalah Nyonya Jung.

Chanyeon menjeda menukik senyum masam.

"Entahlah, aku malas memikirkan hal seperti ini. Sekalipun aku banyak mencoba bersikap masa bodoh, nyatanya tetap tidak bisa saja. Itulah kenapa aku menjadi sulit tidur. Aku terlalu banyak memikirkan hal seperti ini sebelum tidur. Gomawo, akhir-akhir ini teh kamomil yang kau berikan banyak membantuku untuk tidur tanpa tergantung lagi dengan zolpidem, Anna. Pula terimakasih, telah berkenan menemani Umma." Chanyeon mengulas senyum lagi dengan tulus hingga lesung pipitnya tampak. Ini adalah senyum terbaik kali pertamanya untuk Diana selama gadis ini tinggal di rumahnya.

"Sama. Terimakasih juga untuk sayur asemnya sekalipun rasanya unik sekali. Aku sangat menyukainya. Jeongmal gomawo. Aku justru sangat bersyukur dapat bertemu dan mengenal Ahjumma. Beliau baik sekali." Manik mata cokelat Diana berbinar. Bibirnya pun mengembang senyum.

Chanyeon tersenyum senang lagi. Mengangguk pelan.

"Kapan-kapan jika ingin membuat sayur asem, kau harus les memasak dulu kepadaku," cicit Diana. Itu perkataan berseloroh.

"Baik. Besok kau harus mengajariku cara memasak sayur asem ini, Anna."

Bibir Diana manyun. "Ya! Dari mana kau tahu jika aku dekat dengan Ahjumma? Kau belum menjawabnya tahu!"

Chanyeon mengurvakan bibir secara sempurna. "Rahasia. Aku adalah manusia serba tahu." Jemawa sekali.

Diana beralih tersenyum masam. "Rahasia? Manusia serba tahu?" Mendengkus.

Sesaat kemudian terdengar tawa renyah Chanyeon. Membuat aura masam di muka Diana berlipat.

"Baiklah. Aku harus segera bergegas berangkat kuliah." Diana beringsut berdiri. Ia melarut piring kotornya dan milik Chanyeon, menaruhnya ke bak piring kotor di dapur, mencucinya gesit. Lalu kembali mengambil tote bag yang masih di meja makan.

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang