Gomawo, Anna

157 68 28
                                    

Untuk menyambut tamu, keluarga Yuri menyiapkan menu praktis jjajangmyeon; mie tebal yang disajikan dengan pasta kedelai hitam yang telah difermentasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk menyambut tamu, keluarga Yuri menyiapkan menu praktis jjajangmyeon; mie tebal yang disajikan dengan pasta kedelai hitam yang telah difermentasi. Ditambah dengan beberapa potongan sayur, bawang bombay, dan seharusnya potongan daging--tetapi untuk menghormati Diana yang Muslim, akhirnya menanggalkan potongan daging sapi tidak halal yang ada.

Keluarga kecil tuan rumah yang beranggotakan; Tuan Widjaya Hadid, Nyonya Ji Ah, Yuri, dan Daeshim, sudah berkumpul di meja makan lesehan dengan hidangan jjajangmyeon. Terteman beragam banchan--makanan pendamping--seperti kimchi, namul, dubu jorim, hingga myeolchi bokkeum. Jelaslah, tamu agung mereka ikut serta; Chanyeon dan Diana.

"Kenapa kau tidak memakai kain untuk menutup rambut kepalamu, Noona? Aku menjumpai beberapa wisatawan manca negara di sini, mereka perempuan Muslim, dan mereka menutup kepalanya dengan selembar kain," selidik Daeshim--adik lelaki Yuri yang umuran anak sekolah menengah.

Mendengar tanya Daeshim yang duduk berhadapan dengannya membuat Diana berhenti menguyah jjajangmyeon, melirik ke arah Daeshim.

Dan karena pertanyaan Daeshim itu, Diana menjadi muara perhatian semua orang di meja makan, menatap ke arah Diana berjamaah.

Diana nyengir canggung. "Menutup rambut kepala kami, para perempuan Muslim memang wajib, Daeshim. Tetapi sebagian belum melaksanakan kewajiban itu. Mianhae. Tapi di masa depan aku mempunyai hasrat memakainya juga," jawabnya. Mengulang cengiran canggungnya.

"Sepertinya kau tampak lebih anggun ketika memakai kain penutup kepala itu, Noona. Jadi, segeralah menutup rambut kepalamu. Lagi pula katanya itu wajib. Kenapa kau terus menunda-nunda?" selidik Daeshim lagi yang bahkan berhasil membuat Yuri tersedak di letak "tampak lebih anggun", batuk-batuk.

Monoton. Nyengir canggung lagi. Diana berasa tertohok nian akan omongan Daeshim, tepatnya jelaslah di letak ia yang belum memenuhi kewajiban satu itu, memakai hijab.

"Aku pasti akan segera memakainya, jika hati nuraniku sudah mantap. Karena biasanya orang lain, melihat perempuan Muslim memakai hijab itu identik dengan kepribadian yang bagus, sedangkan aku belum merasa demikian. Mianhae."

"Benar. Dan sedikit tambahkan dariku, sebaiknya kau berubah memang bukan karena orang lain apalagi mengikuti tren," imbuh Chanyeon setelah melengok ke arah Diana di sampingnya.

Diana menimpali sorotan mata Chanyeon. "Benar, Oppa."

Tuan Widjaya tersenyum menatap Diana dari arahnya yang masih menoleh ke arah Chanyeon. Menatap senang ulasan senyum tipis Diana yang tengah terlaku.

Setelah sebuah kesalahan di masa lalu yang dirinya perbuat, setelah sebuah sesal yang menyesak hingga Tuhan menghukumnya dengan menjauhkan ia dari kedua anaknya, Tuan Widjaya bersyukur sekali malam ini dengan kedatangan Diana yang tak terduga. Tepatnya, tak terduga bisa bertemu lewat perantara idol satu itu. Selama ini ia dilarang keras oleh Yuri dan Ji Ah untuk tetap menyambung silaturrahmi dengan anak-anaknya yang ditinggalkan itu dan ia hanya menurut.

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang