Am I in Love?

140 62 44
                                    

Diana gembira nian di pagi akhir pekan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diana gembira nian di pagi akhir pekan ini.

Ditemani secangkir seduhan teh hijau hangat di meja dan sepiring stik kentang hangat, asyik bertelepon dengan seseorang di sofa ruang keluarga.

"Sebenarnya Yuri anak yang baik, Kak. Saat aku menginap saja dia mau berbagi kamar denganku," jelas Diana seraya mencomot satu stik kentang, mencocolkan ke saus tomat, menguyahnya. 

Di seberang telepon itu adalah kakak perempuan Diana, Dina Hadid.

"Hah? Berbagi kamar?" Terjeda sesaat oleh tawa renyah Dina. "Hei! Kau tamu di situ! Wajar sajalah dia mau berbagi kamar denganmu. Mungkin di sana tidak ada kamar kosong khusus untuk tamu," cecarnya.

"Bukan begitu, Kak. Soalnya ada Chan--" Kalimatnya terputus karena mendadak Diana tersedak sebab nyaris keceplosan membawa nama Chanyeon, menjelaskan jika ada Chanyeon di sana, kamar tamunya dipakai Chanyeon.

Terbatuk-batuk, Diana tergesa menyambar teh hijau yang masih mengepul di meja, menyesapnya cepat.

Sial! Itu berhasil membuatnya seperti mendadak tersengat tawon bibirnya, sebab lupa jika panas sekali teh hijau itu.

"Astagfirullah," sebutnya, menjauhkan bibir cangkir dari bibirnya, kemudian meletakkannya kembali ke meja.

"Hei! Ada apa dengamu, Di?" tanya Dina mendapati kegaduhan Diana yang berhasil ia dengar.

"Tidak ada apa-apa, Kak. Aku hanya tersedak stik kentang yang sedang kumakan dan saat aku minum, aku lupa jika teh hijau yang hendak kusesap sangatlah panas. Dan, ya, kau bisa membayangkan apa yang terjadi padaku."

Kemudian Diana tertawa renyah, disusul nyaringnya tawa Dina di balik telepon.

Sesaat ke depan, Diana beringsut ke arah dapur.

"Maksudnya tadi itu, di sana ada tamu juga yang sedang menginap, namanya Chanyeong," jelasnya. Sampai di dapur, membuka kulkas, mengambil botol air mineral.

"Oh," singkat Dina. "Ngomong-ngomong, apakah kau mempunyai ID Line Papa? Bagi dong ...."

Masih berjalan ke arah ruang keluarga lagi, Diana menyahut, "Siap! Nanti pasti aku bagi, Kak." Seulas senyum singgah di bibir Diana.

Sesuai harapan Diana, setelah berhasil bertemu ayahnya, ia akhirnya berhasil memberikan pengertian dan pemahaman baik kepada ibu dan kakaknya, pula Juna--satu-satunya adik Tuan Widjaya yang menjadi Muslim.

Walau lambat, kesabaran memang membuahkan sesuatu yang sangat berharga. Dan orang-orang sabar tidak akan pernah merugi. Diana sudah mendapatkan manisnya kini.

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang