Sunbae

110 68 15
                                    

Atmosfer di sekitaran ruang makan Chanyeon berubah mendebarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfer di sekitaran ruang makan Chanyeon berubah mendebarkan.

"A-aku belum bisa menjawabnya." Mulut Diana mengeluarkan suara dengan sulit.

Chanyeon mengangkat sebelah alisnya. Menatap bingung kenya Indonesia berjepit rambut klip renda telinga kelinci yang kini malah beringsut menunduk dalam. Ia baru mengenal Diana lebih dalam kini, jika kenya ini yang biasanya cukup judes masih mempunyai sifat pemalu yang tertanam kuat.

Sesaat kemudian Chanyeon mengurvakan bibirnya. Diana semakin dalam tunduknya.

"Tidak apa-apa. Lagi pula kau tak harus menjawabnya sekarang," omong Chanyeon. Mencoba mengalihkan kecanggungan Diana.

"Atau kau tak mau menjawabnya juga tidak masalah. Mendapati fakta kau juga mencintaiku, sebenarnya juga itu sudah cukup untukku. Mianhae, aku jadi serakah," imbuhnya, menatap dalam Diana yang masih kukuh menunduk.

Gerakan Diana memainkan tangan di atas paha tertahan. Entah kenapa, ucapan Chanyeon barusan berhasil membuatnya lega. Mengangkat wajahnya.

"Jangan meminta maaf, kau tidak bersalah, itu wajar saja," sangkalnya.

"Baiklah, Anna. Gomawo."

"Tidak usah berterima kasih juga padaku, Oppa."

Chanyeon tersenyum lebar. Mengangguk pelan.

***

Seharian ini Diana sangat tidak fokus mengikuti mata kuliah. Pikirannya terus-terusan terbawa ke percakapan di habis sarapan pagi dengan Chanyeon, yang mana ia niat menjawabnya nanti malam. Perihal tanya, apakah dirinya mau menjadi kekasih Chanyeon, alias pacar.

Semrawutan sekali pikiran Diana ini. Sebenarnya, apa yang sesungguhnya ia harapkan ketika nekat untuk jujur pada Chanyeon; menginginkan fase menjadi sepasang kekasih atau sekedar untuk membuat plong perasaan dengan mengatakan kejujuran yang ada, tanpa afeksi apa pun setelahnya.

Diana malah linglung.

Egoisnya, Diana juga menginginkan bisa menjadi sepasang kekasih, tetapi di sisi lain itu menyalahi prinsip hidupnya selama ini untuk menjomblo, pacaran dalam pernikahan saja.

"Ya! Hari ini kau banyak melamun, Di," celetuk Eunji sembari menepuk sebelah bahunya, setelah berhasil duduk di kursi kayu taman kampus.

Tidak bertindak apa-apa. Diana meneruskan lamun seraya menatap lepas sesuatu di hadapannya di taman kampus.

"Kenapa? Apakah kau takut pada Soobin karena dengan gaya rias wajahmu sekarang, dia jadi lebih jelalatan menatapmu?" Eunji mencelutuk lagi setelah menyesap softdrink.

Diana mendengkus. "Tidak ada sangkut pautnya dengan Soobin. Dia sudah biasa begitu, aku sudah kebal."

Eunji terkikik. Diana malas mengucap apa pun lagi, apalagi jika yang diobrolkan haruslah Soobin--teman sefakultasnya yang terobsesi dengannya dari awal ia masuk kampus--malas sekali.

Go Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang