2

248 27 0
                                    

"astaga shin ryujin!!" pekik yeji kaget melihat wajah wanita yang berstatus sebagai sahabatnya itu memiliki wajah dihiasi dengan luka lebam dan memar

"apa yang terjadi?" hyunjin ikut kaget melihat kondisi sahabat pacarnya itu

"hanya sedikit pukulan dari ayahku, dan aku minta maaf aku tidak bisa menghentikannya" ryujin mendesah kecewa 

"astaga, apa benar benar tidak bisa?" yeji beralih dari khawatir menjadi kecewa

"aku sudah berusaha, dan ya.. tidak bisa" lanjut ryujin

"bisakah kau mencoba lagii??"

"dia sudah bilang tak bisa dua kali apa kau tuli?" sanggah jaemin tiba tiba

"jaga bicaramu bung" ucap hyunjin dingin

"aku tidak mau pisah dengan hyunjin!!" teriak yeji

-

wanita itu mencoba bangun dari duduknya, kemudian merasakan serangan nyeri itu menghantam dadanya lagi. tubuhnya nyaris tumbang, beruntung jeno segera menghampirinya "bu ryujin, anda seperti ini lagi?" ucap jeno khawatir

"ah, ini sudah datang belasan tahun lalu. tapi belakangan ini menjadi lebih parah" napas ryujin tersenggal

"bu, kita kerumah sakit saja bagaimana? saya akan menghubungi pak jaemin" tawar jeno

"tidak, aku akan kesana sendiri. selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah tepat waktu, jika belum selesai kau bisa pulang saja" titah ryujin

"baik bu, terimakasih. hati hati dijalan" jeno kemudian membungkukkan badannya membentuk sebuah sudut 90 derajat sempurna

ryujin mengganti haknya dengan sebuah sepatu putih biasa, kemudian dengan perlahan wanita itu berjalan perlahan dengan tangannya yang meraba dinding. tangan sebelahnya tak hanya diam, melainkan memegang dadanya dan berharap nyeri itu berhenti menyakitinya.

wanita itu mengendarai mobilnya pelan, beruntung dokter yang akan dikunjunginya itu temannya sendiri. jadi ryujin dapat mengeluarkan keluhannya kapan pun dimaunya tanpa mengganggu jam kerja sahabatnya itu, lee know.

sebenarnya sahabat ryujin adalah choi julia, istri lee know. mereka menjadi akrab setelah lee know menikahi julia setahun silam. ryujin sering mengunjungi lee know apabila penyakit dadanya ini sering mengusiknya.

"lia eonni!!" ryujin memeluk sahabat yang sangat dirindukannya itu, ryujin tersenyum kemudian melepaskan pelukannya.

"apa kau nyaman didalam sana? ingat aku menunggu kehadiranmu!" tangan ryujin bergerak lembut diperut buncit milik lia, ya wanita yang tengah bersama ryujin itu mengandung putra pertama mereka.

"kau berkunjung atau kau sakit lagi?" tanya lia ramah

"maafkan aku eonni, aku jarang mengunjungimu karena pekerjaanku. mungkin ini pelajaran untukku agar sering mengunjungimu dan agar tak kena entah penyakit apa ini" ryujin terkekeh dan tersenyum menghadap perut lia

"astaga, jangan terlalu bekerja keras" ujar lia khawatir, ryujin hanya tersenyum.

"masuklah, dia baru saja istirahat" ajak lia sembari merangkul pundak ryujin.

-

lee know menaruh stetoskop didada ryujin. lalu dipindahkan kesana kemari, mencari suara yang ingin didengarnya. lee know mengkerutkan dahinya, kemudian mencabut earpieces dari telinganya.

"kau terkena gangguan panik?" tanya lee know

"tidak, hari ini aku tidak merasakan sesuatu apapun. hanya tadi setelah yeji dan hyunjin berkunjung, dadaku tiba tiba sakit" keluh ryujin

"apa kau sedang patah hati?"

"tidak, aku tidak punya kekasih"

lee know mengkerutkan keningnya, kemudian membisikkan sesuatu ditelinga ryujin

"..."

"mungkin" balas ryujin dengan menundukkan kepalanya

"apa aku boleh mengetahui kejadian masa kecilmu dulu?" tanya lee know lagi

"seingatku sewaktu kecil memang ya, namun setelahnya tidak. lalu aku merasa ya dan sekarang aku mencoba tidak"  ryujin termenung, menundukkan kepalanya lagi. rambut hitam sebahunya berjatuhan dan bergantungan, ryujin bak sebuah hantu diadegan horror.

suami lia itu kemudian mengambil secarik kertas dan menarik beberapa garis, sesekali kepalanya didongakkan ke atas menatap atap yang dilapisi plafon putih seakan akan sedang memikirkan sesuatu. "hmm" gumamnya, kemudian lee know menaruh pensil yang dipegangnya tadi.

"lalu kenapa kau tidak bicara ryujin?" sungguh, lee know hanya akan menghujami pertanyaan kepada ryujin. bagaimana lagi, bukankah itu tugasnya sebagai dokter psikologi?

"aku tidak mau, itu hanya membuat semakin sakit" ryujin yang semula menunduk bak hantu dan bungkam, mengeluarkan sedikit suara seraknya

"jangan terlalu memikirkannya, itu bisa membahayakanmu nanti jika berlebihan" nasihat lee know yang diangguki oleh ryujin.

-

gadis, euh tidak wanita itu memukul stirnya keras. berteriak frustasi, kemudian menintikkan air matanya. perkataan lee know tadi memang singkat, tapi terus mengusik hatinya dan pikirannya. langit sore seoul yang semula indah berdalih menjadi kelabu, lalu turunlah rintik rintik hujan.

menangis didalam kendaraanya ditengah jalanan yang sepi, mengacak kesembarang arah rambutnya frustasi. "arghhhh" ryujin ingin memberontak dan mematahkan stir yang sedang dicengkramnya kuat itu. mustahil, tangan ryujin akan merasa sakit nantinya.

telepon yang sedang berada dalam tas wanita berwarna putih itu berdering, ryujin kemudian berdecak kesal.

"halo?"

"segeralah pulang nnak, jangan lupa kau akan bertemu dengan calon mertuamu hari ini"

"ya"

pip

sambungan itupun mati, ryujin melihat kearah kaca. tersenyum miris melihat wajahnya sendiri. kemudian sedikit dikeluarkannya tawa kecil tanda menyerahnya. pikirannya tergerak, berpikir tentang masa lalu yang cukup bullshit baginya. walaupun bullshit, ryujin menyayangi kejadian itu tak akan bisa membencinya.




















tbc!

don't forget to vote and hope you like^^


𝚊𝚋𝚘𝚞𝚝 𝚊𝚕𝚕 || 𝚑𝚑𝚓 𝚏𝚝 𝚜𝚛𝚓 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang