5

209 24 3
                                    

"apa yang kau lakukan shin ryujin? mengapa kau terlalu bersungguh sungguh pada ucapanmu?" hyunjin menaruh sebuah buket bunga mawar putih disamping ranjang ryujin

"aku belum meninggal hwang" ucap ryujin lirih

"entahlah, yeji yang memberikan ini. mengapa kau memikirkan makna dari bunga ini? itu sangat tidak penting" balas hyunjin, pria itu mendudukkan dirinya disofa kemudian  melonggarkan dasi yang sedikit mengusik lehernya tadi

"bisa kah kau melupakan yeji dan mencintaiku?" tanya ryujin lantang

"aku tidak akan membahas itu shin, aku tidak ingin kau berbuat hal nekat kembali" jelas hyunjin sembari merapikan rambutnya 

"kita harus membahas itu hwang! dua hari lagi kita akan menikah.." belum selesai ryujin berucap, sudah dipotong oleh pemilik marga hwang itu

"shin ryujin, aku tidak akan bosan memperingatimu bahwa itu hanya perjodohan" potong hyunjin santai.

hening, tak ada balasan sepatah katapun dari ryujin. dada wanita itu kembali naik turun, sekuat tenaganya mengatur napasnya agar tak tersenggal.

"k - keluar!" pinta ryujin sembari menunjuk pintu

"apa yang terjadi padamu? kau mengusriku?" tanya hyunjin masih dengan santainya

"KELUAR HWANG!" ryujin melantangkan suaranya. tak mau pikir panjang, hyunjin mengikuti kemauan shin ryujin itu.

-

dada ryujin kembali sakit, sakit bukan yang sesak. namun nyeri, nyeri yang sedikit menyiksanya. bagai sebuah jarum dalam organ dalamnya yang memberontak ingin dikeluarkan. perlahan lahan butiran bening keluar dari pelupuk mata ryujin. meloloskan diri dari sebuah bendungan yang menghentikan langkahnya. ryujin menghela napasnya berat.

jeno

sekertaris ryujin tiba tiba menghadirkan dirinya didepan ryujin. kemudian menunjukkan senyum hormatnya, pria itu sangat manis dengan senyumannya. ryujin sudah menganggap jeno sebagai saudaranya. entah ryujin akan memanggil apa. adik? rasanya tidak mungkin karena jeno lebih tua darinya.

"apa bu ryujin sedang kesakitan?" tanya jeno hangat

"hanya sedikit, apa ada masalah dikantor?" ryujin berusaha bangun dari tidurnya dibantu jeno

"tidak ada bu, saya hanya ingin menjenguk bu ryujin saja" balas jeno, lalu duduk dikursi tepat sebelah ranjang pasien ryujin

"terimakasih jeno" ucap ryujin dengan senyum tipisnya

"sama sama bu, dan apa perlu kita melaporkan yeji?" tawar jeno

ryujin tersenyum kemudian menggeleng "jangan, aku yakin kau tau alasannya" ryujin tersenyum kembali.

-

ryujin tengah dengan gaun putihnya yang megah nan elegan. wanita itu selesai pada sesi pemolesan  riasan pada wajah cantiknya beberapa menit lalu. memandang sebentar dirinya, kemudian tersenyum tipis. menghela sedikit kasar napasnya, kemudian menarik halus gaun putihnya dan melangkahkan kakinya mantap.

pintu terbuka lebar, ryujin melangkahkan kaki yang dialasi hak silver dengan taburan kemerlap yang menyilaukan mata. mengeluarkan suara irama sepatunya sesuai dengan alunan biola yang mengiringi langkahnya yang disertai genggaman erat tangan shin jaebum.

tak jauh dari tempat ryujin dan jaebum saling berpegangan tangan. seorang dengan jas hitam yang padu dengan kemeja putihnya berdiri tegap dipanggung dihiasi senyuman manis diwajah tampannya. entah? apakah itu tulus?

jaebum pun melepaskan tangannya dari ryujin. dan dengan anggun nan perlahan ryujin venue dan memposisikan dirinya disamping mempelai pria, hyunjin. kemudian beberapa patah kata dikeluarkan pendeta sebagai pembukaan acara mereka.

"tuan hwang hyunjin, bersediakah anda menerima shin ryujin sebagai istri anda? untuk mencintainya dan menyanyanginya, memberinya nafkah hingga kematian memisahkan kalian"

"bersedia"

"nyonya shin ryujin, bersediakah anda menerima hwang hyunjin sebagai suami anda? untuk mencintai dan menyayanginya, melayaninya hingga kematian memisahkan kalian"

"bersedia"

sebuah janji suci terucap dari masing masing bibir mempelai. kini mereka bukan mempelai lagi, melainkan sepasang suami istri. yang seharusnya saling menyayangi dan mencintai mengkasihi satu sama lainnya

"baiklah saatnya pemberkatan pernikahan, kedua mempelai silahkan berciuman" ucapan pendeta membuat jantung ryujin berdetak dua kali lebih cepat. hyunjin mendekatkan badan mereka, hingga wajah tampan hyunjin dan wajah cantik ryujin hanya berjarak satu senti

cup

hyunjin mendaratkan bibirnya didahi milik ryujin, ryujin yang semula memejamkan matanya membuka matanya perlahan. tunggu, apakah ryujin berharap terlalu banyak?

hyunjin lalu mengeluarkan senyum manisnya. dan menjauhkan badanya dari ryujin.  sembari menikmati riuhnya suara tepuk tangan dari tamu undangan yang sangat histeris. beberapa waktu kemudian, hyunjin dan ryujin selesai dengan tamu tamu mereka.

"hyunjin, jaga ryujin kami dengan baik" pinta jaebum yang diangguki oleh hyunjin. tak lupa dengan pelukan hangat yang sangat lama antar ibu dan anak. nakyung sedikit meneteskan air matanya. 

"jangan menangis, aku akan sering berkunjung" ucapan ryujin dibalas senyuman hangat dari nakyung

-

disinilah mereka berada, apartemen milik hyunjin. ryujin selesai dengan pembersihan badanya dan bergegas keranjang tempat seharusnya dirinya beristirahat. ryujin menggunakan gaun tidur yang cukup tipis dan longgar, sementara hyunjin menggunakan piyama dengan lengan panjang.

hyunjin merebahkan tubuhnya disamping ryujin yang masih duduk ditepi ranjang. "aku akan menghormati kau sebagai istriku dengan tidur bersamamu, jangan lupa tentang dasar pernikahan kita" ucap hyunjin disusul dengan menarik selimut untuk menutupi setengah tubuhnya 

"hyunjin.." ucapan ryujin tersela "jangan diteruskan, aku lelah" potong hyunjin kemudian membelakangi ryujin. wanita yang kini sah menjadi istri hyunjin menghela napasnya berat, sebuah senyum pahit terkuai disana. badanya yang pegal lalu ikut merebahkan dirinya disamping hyunjin. dipandangnya bahu suaminya itu, matanya pun perlahan tertutup.



























tbc!

don't forget to vote n hope you like^^

𝚊𝚋𝚘𝚞𝚝 𝚊𝚕𝚕 || 𝚑𝚑𝚓 𝚏𝚝 𝚜𝚛𝚓 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang