🌹 sogra 23

826 124 4
                                    

"Bagaimana kalau aku yang ingin pulang?"

Juyeon menghentikan gerak tangannya yang sedang menandatangi beberapa berkas. Pria itu sedang berada di kantornya dan terlihat sibuk memeriksa beberapa berkas. Namun, pertanyaan yang Hyunjae ajukan beberapa hari yang lalu, membuatnya tak bisa fokus dan terpaksa menghentikan gerak tangannya.

Sihyeon yang berdiri di depan mejanya mengerjap lalu menatap sang bos yang jadi incarannya itu dengan heran, saat Juyeon kini melepas alat tulisnya dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata.

"Anda lelah, tuan Lee? Butuh sesuatu?" wanita itu membuka suaranya, bertanya dengan manis yang tentu saja ingin menarik perhatian Juyeon. Sayangnya, pikiran pria itu terlalu berat pada kesayangannya sehingga perhatian semanis apapun jelas akan terabaikan.

"Aku butuh kau keluar dari sini." jawab Juyeon tanpa membuat pergerakan.

Sihyeon mengerjap lagi dan menatap tak percaya ke arah Juyeon. Sungguh, ia sama sekali tak menyangkah jika jawaban Juyeon akan semenyebalkan itu. Biasanya, pria itu tak akan menjawabnya dan bersikap seakan ia tak ada di ruangan itu. Namun kini, saat pria itu sudah menjawab, mengapa jawabannya jadi semenyakitkan itu? Oh, jelas ini lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan diamnya pria itu.

Tak mau cari masalah, Sihyeon akhirnya keluar dari ruangan kerja Juyeon dengan perasaan kesal yang bercampur sedih.

Sementara Juyeon jelas tak tahu dan tak mau tahu tentang apa yang terjadi pada sekretarisnya itu. Jelas. Untaian kalimat yang ia dan Hyunjae rajut menjadi percakapan malam itu masih menjadi isi kepalanya yang paling mendominasi saat ini.


"Bagaimana jika aku yang ingin pulang?"

Juyeon terpaku. Tatapannya kini terkunci dengan manik Hyunjae yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Ada rasa menuntut di sana, ada harapan dan juga keinginan yang besar, namun khawatir dan bimbang juga ada. Lantas, apa sebenarnya yang kesayangannya itu pikirkan saat ini?

"Apa maksudmu?" tanya Juyeon. Ya, ia lebih baik bertanya dari pada menebak sesuatu yang tak pasti.

Hyunjae mengerjap, lalu menunduk sebentar sebelum mendongak lagi dan menatap kesayangannya itu dengan tatapan memohon.

"Aku ingin pulang ke rumah, Ju," jawabnya lirih.

Oh Tuhan, apalagi ini? Kenapa Hyunjae harus meminta sesuatu yang jelas tak akan bisa Juyeon kabulkan?

Juyeon tak mau dan tak akan pernah mau kembali ke rumah, jika Soyoung masih sama seperti yang dulu. Ya! Ia tak akan lagi menempatkan kesayangannya di kandang singa betina yang buas, kecuali jika singa itu sudah dijinakan. Masalahnya, Soyoung belum baik. Lalu, apa Juyeon bisa membiarkan Hyunjae bersama ibunya?

"Kenapa kau ingin pulang?" tanya Juyeon. "Selama sebulan ini kita baik-baik saja di sini. Lalu kenapa kau tiba-tiba berpikir seperti itu?" lanjutnya.

Hyunjae tak langsung menjawab. Ia diam lalu menatap Juyeon dengan tangan yang bergerak memainkan sumpitnya.

"Aku hanya memikirkan perasaan ibu, Ju," jawabnya kemudian dengan lirih.

"Memikirkan perasaan ibu?"

"Ya," Hyunjae mengangguk dua kali. "Aku memikirkan bagaimana perasaan ibu, jika kau tidak ada di sisinya, Ju. Ibu sudah tua dan ia pasti ingin ada anaknya di sampingnya. Ada Yunseong, tapi kalian jelas berbeda."

"Aku tidak mengerti, Je."

"Rasanya pasti sakit jika anak yang kau sayang tidak bersamamu. Aku tahu bagaimana perasaan ibu. Apalagi aku pernah berpisah lama dengan Juyoung. Itu sangat menyakitkan, Ju. Jadi, aku tak ingin ibu merasakannya."

s o g r a •• jujae ft. hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang