Berdecak kesal, Soyoung lantas melempar tatapan malasnya pada Juyoung yang terus-terusan menempel pada Hyunjae. Sekarang sudah pukul sembilan lewat dua puluh menit, tapi bocah itu tak mau melepas Hyunjae bahkan sejak ia bangun di jam lima lewat. Mereka saat ini sedang berada di ruang tengah dan Yunseong yang bersama mereka sejak Juyeon pergi ke kantor, sudah pergi ke kampus juga sejak setengah jam yang lalu. Itu membuat Soyoung dilanda kebosanan yang luar biasa sehingga ia tak henti-hentinya berdecak tak jelas.
"Ibu, mau sesuatu?"
Pertanyaan yang Hyunjae ajukan seketika membuat Soyoung melempar tatapannya pada menantunya itu. Dan entah mengapa, saat melihat senyum manis yang tercetak di wajah indah menantunya membuat Soyoung kesal setengah mati.
"Aku mau kau pergi," jawab Soyoung kemudian.
"Baiklah. Aku akan pergi."
Hyunjae melebarkan senyumnya. Detik berikutnya, ia menurunkan Juyoung dari pangkuannya, membuat bocah itu menatapnya dengan tatapan bingung. Namun, saat ia juga bangun dari duduknya, anak tampannya itu langsung meraih tangannya.
"Juyoung-ah, kau mau ke mana?" wanita tua itu langsung membuka suara, menanyakan sesuatu sehingga bocah itu melemparkan tatapan polosnya padanya.
"Ikut mommy," jawab bocah itu.
Jawaban Juyoung membuat Soyoung semakin kesal. Tapi, ia tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk sekedar berteriak dan menunjukan kekesalannya. Hei, itu tidak lucu. Ia sudah tua untuk berteriak lagi.
Selanjutnya, wanita tua itu melempar tatapan paling tajamnya pada sang menantu sebelum beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu lebih dulu.
Sepeninggal Soyoung dari ruangan itu, Hyunjae langsung menghembuskan nafas beratnya sebelum ia menjatuhkan dirinya kembali di sofa. Tatapannya yang tadi ia buat setenang mungkin saat menatap Soyoung kini memudar dan digantikan dengan sorot mata sendu penuh beban.
Jika boleh jujur, ia sebenarnya tak kuat. Penolakan Soyoung padanya bagai tembok besar Cina yang sangat sulit untuk diruntuhkan. Ia bahkan butuh kekuatan ekstra untuk mendekati tembok itu sebelum menghancurkannya secara perlahan.
"Mommy tidak apa-apa?"
Suara Juyoung yang masih berdiri di depannya seketika membuat Hyunjae tersadar. Pria manis itu lalu menunduk dan menemukan tatapan polos pada wajah tampan nan menggemaskan yang membuatnya tak bisa menahan diri untuk tersenyum.
"Tadi, mommy bilang mau pelgi. Mom mau ke mana?"
Hyunjae diam. Tadi itu hanya jawaban atas apa yang Soyoung inginkan. Ia jelas tak punya rencana untuk pergi, tapi pertanyaan bocah itu membuatnya berpikir untuk melakukan sesuatu.
"Kau mau pergi?" tanya balik Hyunjae pada anaknya.
"Ehm," bocah itu mengangguk dua kali.
Hyunjae kembali tersenyum. "Bagaimana kalau kita ke kantor daddymu?" tanyanya kemudian.
"Bolehkah, mom?"
"Tentu," sekarang gantian Hyunjae yang mengangguk dua kali. "Tapi, setelah mommy memasak makan siang. Kita akan mengantarkan makan siang untuk daddymu."
"Yeiy...!"
Juyoung langsung bersorak heboh. Bocah itu bahkan melompat-lompat di depan mommynya, membuat Hyunjae kembali tersenyum. Setidaknya Hyunjae bahagia. Masih ada Juyeon dan Juyoung yang bersamanya. Ia tak berjuang sendiri. Ada mereka yang akan bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
s o g r a •• jujae ft. hwangmini
FanfictionLee Hyunjae tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Kang Minhee, anak yatim piatu...