Juyeon berjalan sedikit tergesa-gesa. Pria itu baru tiba di Seoul setelah perjalanan panjang Amerika-Korea yang menguras waktu dan tenaga. Ia melirik sekilas jam yang melingkar manis di tangannya sebelum ia kembali menatap ke depan dengan langkah yang lebih lebar.
Berhenti di depan sebuah pintu lift, pria itu harus menunggu selama tiga puluh detik sebelum pintu itu akhirnya terbuka dan ia bisa masuk. Dan setelah ia menekan tombol lantai tujuannya, pria itu kembali diam, merasakan perang kecil yang terjadi di hatinya. Perang kecil itu sepertinya ingin membunuhnya secara perlahan karena tak mau berhenti sejak ia mendengar sebuah berita besar kemarin.
Ah, bicara tentang berita itu, Juyeon jadi penasaran. Kenapa tak ada satupun yang memberitahunya hal itu selain Yunseong? Bahkan ibunya sendiri tak memberitahunya. Wanita itu kemarin hanya mengirim pesan jika hari ini ia punya jadwal rapat di Seoul sebelum terbang kembali ke Amsterdam untuk mengikuti rapat lainnya.
Sial! Juyeon tak dapat menahan dirinya untuk mengumpat dalam hati. Kenapa di saat seperti ini, ia harus punya ribuan jadwal rapat menyebalkan yang tak bisa ia tinggalkan?
Ting...
Sebuah bunyi terdengar, membuat Juyeon mengenyahkan segala pikiran yang membebaninya itu. Saat ini ia hanya ingin melakukan satu hal, jadi biarkan ia melupakan itu sejenak.
Setelah pintu lift terbuka, Juyeon kembali berjalan cepat, menyusuri lorong-lorong dengan banyak pintu sebelum akhirnya ia berhenti di depan sebuah pintu, yang mana di depan pintu itu telah berdiri seorang lelaki berseragam sekolah menengah atas.
"Hyung?" lelaki itu berjalan mendekati Juyeon dengan cepat. Matanya begitu memancarkan kebahagiaan saat melihat pria itu muncul di hadapannya.
Juyeon tersenyum kecil, membalas binar bahagia yang ada di wajah Yunseong, lelaki itu.
"Kau tak sekolah?" tanya Juyeon yang sadar jika Yunseong kini telah berseragam lengkap dengan sebuah ransel hitam di punggungnya.
"Katamu, kau langsung ke rumah sakit. Jadi, aku ke sini dulu sebelum ke sekolah."
Juyeon mengangguk kecil setelah Yunseong menyelesaikan ucapannya. Pria itu lalu mengarahkan tatapannya ke sekitarnya sebelum ia kembali menatap sang adik yang terlihat sedang menanti apa yang akan keluar dari mulutnya.
"Di mana mereka?"
Yunseong tersenyum begitu saja. Lelaki itu lalu mengulurkan tangannya, mempersilahkan Juyeon memasuki sebuah ruangan di belakangnya, yang di halangi sebuah pintu kaca.
Juyeon memasuki ruangan itu dengan jantung yang berdebar kencang. Di belakangnya, Yunseong mengekor dengan wajah sumringahnya.
Seorang perawat terlihat tengah menuliskan sesuatu di depan sebuah box bayi. Yunseong yang melihat itu, melangkah lebih dulu dan menghampiri perawat muda yang masih sibuk itu.
"Hai, perawat Oh?" sapa Yunseong membuat perawat itu menoleh sekilas ke arahnya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.
"Hai," jawab perawat Oh kemudian.
Juyeon telah tiba di sisi box bayi itu. Mata pria itu berbinar ketika menangkap pemandangan mahluk kecil yang tengah terlelap dalam box itu. Hatinya berdesir dengan sebuah perasaan bahagia yang tak bisa ia jelaskan. Bayi itu bernapas dengan teratur, membuat ia tak tahan untuk mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah halus itu.
"Yunseong-ah?"
Suara Juyeon yang terdengar membuat Yunseong yang sedang asyik mengganggu perawat Oh sontak menoleh. Sementara perawat muda yang baru saja menyadari kehadiran Juyeon itu terlihat kaget dan hampir terjungkal ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
s o g r a •• jujae ft. hwangmini
Fiksi PenggemarLee Hyunjae tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Kang Minhee, anak yatim piatu...