Minhee bersama Wonjin dan Eunsang sedang duduk bersama di pojok kelas. Ketiga anak itu kini sedang serius menatap laptop Wonjin yang sedang memutar sebuah film. Entah apa filmnya, yang jelas mereka bertiga sangat serius menonton. Mereka bahkan mengabaikan teman-teman sekelas mereka yang kini sudah sibuk dengan urusan masing-masing karena guru yang seharusnya mengajar tidak masuk.
"Wooooaaaahhhhh!"
"Astaga! Manis sekali!"
Suara pekikan Wonjin dan Eunsang tiba-tiba terdengar saat film yang mereka tonton menyajikan adegan di mana kedua pemeran utamaberciuman dengan begitu mesranya. Kedua teman Minhee itu sudah baper sendiri dan kini sibuk cubit-cubitan gemas, mengabaikan Minhee yang ekspresinya sangat jauh berbeda dari mereka.
Ya. Minhee saat ini terlihat kaget dengan mata yang melebar dan mulut yang terbuka. Bukan. Minhee bukan tidak tahu bahwa film yang mereka tonton, nantinya akan menampilkan adegan semacam itu. Hanya saja, adegan itu membuat satu kenangan bergerak aneh di kepalanya, memaksa untuk keluar dengan cara yang membuat ia tak siap.
Minhee belum siap mengingat kenangan itu lagi.
Kenangan yang membuat perasaannya tak karuan, di mana dadanya bergemuruh dan membuatnya serasa ingin meledak. Kenangan yang membuat perpisahan yang seharusnya berjalan manis hanya menjadi angan-angan. Kenangan yang membuat semuanya berantakan.
Dan nama Hwang Yunseong tertulis dalam kenangan itu sebagai pemeran utamanya.
"Minhee-ya, kau tidak apa-apa?"
Minhee mengerjap beberapa kali, lalu menoleh dan menatap Wonjin yang mengajukan pertanyaan itu. Eunsang yang ada di sisi Wonjin juga terlihat menatapnya heran.
"Memangnya aku kenapa?" tanya balik pemilik marga Kang itu, berusaha agar ia tetap terlihat tenang.
"Kau terlihat tidak baik," jawab Wonjin.
"Matamu seperti mau keluar dari tempatnya. Apa kau sakit?" lanjut Eunsang tanpa dosa.
Minhee menggeleng pelan, tidak tahu juga harus menjawab pertanyaan itu dengan apa. Nyatanya, dia memang tak sakit. Hanya saja, sesuatu membuatnya merasa tak enak.
"Lalu, kau kenapa?" tanya Eunsang lagi.
Minhee menggeleng lagi sebelum melempar tatapannya pada kedua teman kelasnya itu.
"Apa guru Lee tidak masuk juga?" tanya bocah itu mengalihkan pembicaraan.
Walau tak tahu apa maksud Minhee menanyakan hal itu, Wonjin hanya mengangguk sebagai jawaban, membuat lelaki tinggi yang duduk bersamanya dan Eunsang itu menghembuskan nafas lega, entah karena apa.
"Kenapa? Kau mau pulang?" tanya Eunsang saat melihat si Kang itu beranjak dari duduknya.
"Ya, aku ingin belajar di rumah saja," jawab Minhee.
"Pastikan jika kau benar-benar belajar dan tidak berkeliaran tak jelas, Kang Minhee," ucap Wonjin yang walau tak tinggal di desa yang sama dengan Minhee, sudah hafal apa yang teman sekelasnya itu lakukan setiap hari.
"Tapi, aku hidup karena uang, Ham Wonjin," balas Minhee yang kini sudah berada di bangkunya dan sibuk mengambil tasnya.
Setelah mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas, Minhee menyentuh dadanya yang entah mengapa terus berdebar saat kenangannya bersama Yunseong di sungai di pinggir desa terulang begitu saja. Ada rasa aneh yang belum pernah ia rasa di sana.
Dia ia ingin mengakui sesuatu.
Dirinya ingin bertemu dengan lelaki itu.
Melihat lelaki itu. Wajah songongnya. Senyum menyebalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
s o g r a •• jujae ft. hwangmini
FanficLee Hyunjae tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Kang Minhee, anak yatim piatu...