Sunwoo mengangkat sebelah alisnya saat ia keluar dari kamar penginapannya dan mendapati Yunseong sedang berjalan mondar-mandir di ruang tengah rumah penginapan itu. Hari ini adalah hari terakhir perjalanan wisata mereka, tapi kenapa Yunseong belum pergi? Bahkan jam sudah menunjukan pukul sembilan kurang lima menit. Biasanya, pada jam seperti itu Minhee sudah datang menjemput Yunseong."Kau tak pergi?"
Yunseong melirik Sunwoo sekilas, tapi kemudian ia melongos dan berjalan ke kamarnya begitu saja. Ia sedang kesal saat ini dan ia tak mau apapun mengganggunya.
Sampai di kamarnya, Yunseong berdecak. Ia lalu melemparkan tubuhnya ke kasur kemudian mengacak rambutnya dengan frustasi. Bayang-bayang wajah Minhee yang seperti akan menangis membuatnya mengumpat tiba-tiba. Sial! Kejadian kemarin membuat semuanya terasa sulit. Padahal Yunseong ingin punya kenangan manis bersama bocah itu.
Eh?
Baiklah, tenang dulu, kawan. Jadi, Yunseong harus mengalah pada hatinya dan mengaku jika ia tertarik pada Minhee sekalipun bocah itu hanya menunjukan wajah juteknya. Kenapa? Karena itulah indahnya Minhee di mata Yunseong. Bocah itu bisa berusaha sabar menghadapinya dan itu membuat Yunseong tersentuh. Walau kebersamaan mereka terbilang singkat, tapi Yunseong harus akui, jika hatinya ditembak mati dalam waktu sesingkat itu. Minhee yang awalnya menyandang gelar bocah menyebalkan di matanya, kini mendapat tambahan gelar sebagai bocah menyebalkan yang membuatnya berbunga.
Tapi, kembali lagi pada kenyataan. Kenapa kenyataan membuatnya tidak bisa bersama bocah itu di hari terakhir perjalanan wisata ini? Besok mereka sudah kembali ke Seoul dan Yunseong tahu jika sudah di Seoul, ia tentu akan kesulitan menemui Minhee lagi.
Samar-samar, kejadian kemarin yang menyebabkan hal menyebalkan hari ini membuat Yunseong meringis.
Minhee berdecak, menatap Yunseong yang kini asyik dengan buah apelnya. Sementara itu, di tangannya ada buah apel yang lain dan pisau buah yang ia dapat dari penggarap kebun apel itu.
"Ck, kenapa kau makan lama sekali?" Minhee hampir melempar pisau buahnya pada Yunseong jika saja lelaki itu tidak segera memasukan potongan apel terakhir ke dalam mulutnya.
"Kau mau apa lagi?" bocah itu mengajukan pertanyaan sambil mengupas apel yang ada di tangannya dengan sedikit kesal. "Kita sudah mengunjungi semua tempat menarik di desa ini."
"Ke mana saja," jawab Yunseong setelah ia menelan apelnya. "Asal jangan ke padang bunga matahari. Aku mau ke sana besok."
"Lalu, apa yang mau kau lakukan sekarang? Aku sudah tidak tahu lagi ke mana harus membawamu," Minhee menyelesaikan acara mengupas dan memotong apelnya lalu menyerahkan buah itu pada Yunseong.
Yunseong menerima potongan apel dari tangan Minhee lalu memakan sepotong sambil memasang wajah berpikir, membuat Minhee menatapnya sambil menunggu jawaban apa yang akan lelaki itu berikan.
"Sunwoo mengatakan jika ada sebuah sungai dengan pemandangan yang bagus di perbatasan dengan desa sebelah, apa kau bisa membawaku ke sana?"
Minhee terdiam sesaat. Bocah itu sedang memikirkan tentang tempat yang Yunseong maksudkan hingga ia kembali menatap lelaki itu dengan tatapan polosnya.
"Tapi, itu lumayan jauh. Kau tidak keberatan berjalan ke sana?"
"Kenapa tidak?"
"Baiklah."
Singkat cerita, mereka akhirnya pergi ke sungai itu walau menempuh perjalanan yang tak dekat bagi Yunseong. Tapi, itu tak masalah baginya karena ia pergi bersama Minhee. Walau bocah itu terus melempar tatapan kesalnya setiap Yunseong melakukan hal yang menyebalkan baginya, Yunseong tetap senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
s o g r a •• jujae ft. hwangmini
FanficLee Hyunjae tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Kang Minhee, anak yatim piatu...