🌹 sogra 10

1.2K 177 10
                                    

Sudah tiga hari berlalu sejak Minhee menjalani pekerjaan seminggunya sebagai pemandu wisata. Itu berarti, sudah tiga hari ia lalui dengan lelaki menyebalkan itu. Walau begitu, Minhee telah menahan dirinya untuk bersabar menghadapi tingkah Yunseong yang terkadang membuatnya ingin melempar lelaki itu ke jurang terdalam di dunia ini. Dan selama tiga hari ini, Minhee bersyukur karena ia bisa melaluinya walau terkadang ada pertengkaran kecil diantara mereka.

Pagi ini, Yunseong ikut Woobin dan Eunsang yang katanya ingin ke padang bunga matahari. Lelaki itu sengaja karena ia tahu jalan menuju padang itu harus melewati rumah Minhee. Lagi pula, rencananya dan Minhee hari ini adalah pergi ke bukit dekat rumah Minhee. Jadi, dari pada bocah itu harus pergi ke penginapan dulu baru kembali ke rumahnya, lebih baik bocah itu diam di rumahnya dan biarkan Yunseong yang akan menghampirinya.

Eh?

Yunseong tiba-tiba menggeleng pelan. Lelaki yang saat ini sedang berjalan di samping Woobin itu tiba-tiba merasa aneh sendiri. Mengapa ia tiba-tiba merasa seperti seorang lelaki yang ingin terlihat gantle di hadapan orang yang ia sukai? Ah, tidak bisa seperti itu! Minhee itu hanya bocah galak yang menyebalkan, bagaimana bisa ia merasa seperti itu? Tapi, kenapa memikirkan Minhee membuat udara di sekitarnya menjadi panas? Ck, Yunseong rasanya ingin mengumpat saja.

Tapi, kalau dipikir-pikir, Minhee manis juga. Saat bocah itu berdecak dan mencuatkan bibirnya karena kesal rasanya ia ingin....

Oh, tolonglah! Yunseong harus mencuci otaknya sebelum ia menjadi gila karena memikirkan Minhee.

"Yunseong?"

Yunseong mengerjap, lalu menoleh pada Woobin yang kini sudah berhenti berjalan. Ia lalu turut menghentikan langkahnya dan menautkan kedua alisnya sambil menatap temannya itu.

Woobin menggerakan dagunya, mengisyaratkan Yunseong untuk menoleh ke kanan. Dan tanpa berpikir lagi, lelaki bermarga Hwang itu langsung menoleh. Sedetik kemudian, matanya melebar karena menangkap sosok bocah menyebalkan yang sejak tadi menghiasi kepalanya.

"Kau seharusnya mundur lima meter dari sini," Yunseong mengerjap lagi. Detik berikutnya ia menoleh ke belakang dan mendapati rumah Minhee lima meter di belakang sana.

"Ah, maaf," gumamnya pelan. Ia kemudian menoleh dan menatap Woobin, mengisyaratkan temannya itu untuk segera melanjutkan perjalanan mereka.

Setelah Woobin pergi, Yunseong menoleh lalu menatap Minhee yang kini sedang menatapnya datar dengan kedua tangan yang terlipat di bawah dadanya.

"Ke-kenapa?" dan entah mengapa, lelaki itu terlihat tak santai seperti biasanya saat mengajukan pertanyaan itu.

"Ayo pergi," ajak Minhee setelah menghembuskan nafas malas. Bocah itu tidak merasa ada yang aneh dengan Yunseong, sehingga ia bersiap seperti biasanya. "Apa kau ingin berdiri di sini hingga siang?"

Yunseong mendengus, tapi tak memberikan reaksi selanjutnya. Lelaki itu lalu memutar langkahnya untuk mengekori Minhee saat bocah itu sudah mulai melangkah.

Mereka kemudian berjalan bersama, melintasi kembali jalanan setapak di depan rumah Minhee sebelum berbelok ke selatan, yang berlawanan dengan jalan ke utara yang menuju ke tengah desa.

Selama mereka berjalan, Minhee terus mengoceh tentang apa yang ia tahu mengenai bukit kecil yang ditumbuhi bunga liar yang tengah mekar dengan indah. Bocah itu melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai pemandu wisata, tanpa menyadari apa yang Yunseong lakukan di belakang sana.

Ya, tanpa Minhee sadari, Yunseong terus saja menatap bagian punggungnya dalam diam. Lelaki itu seperti terbius saat melihat pemandangan si manis dari belakang. Ia tak berkedip dan sepertinya tak mendengar apa yang Minhee jelaskan sejak tadi. Semua serasa berpusat pada keindahan Minhee. Dan itu membuatnya tak memperhatikan jalan sehingga ia tak sengaja tersandung pada sebuah batu.

s o g r a •• jujae ft. hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang