🌹 sogra 36

718 113 0
                                    

Soyoung diam di kamarnya. Sudah dua hari berlalu sejak sahabat kecil suaminya, Kim Hwayoung datang berkunjung ke rumahnya. Itu berarti sudah dua hari berlalu sejak ucapan bocah tampan, anak putranya menganggu pikirannya.

Soyoung tidak mengerti bagaimana ucapan bocah itu membiusnya bagai matra paling mujur sedunia, yang jelas ucapan polos yang keluar dari mulut Juyoung benar-benar membuatnya seperti mati kutu.

Sudah dua hari ini, kepalanya hanya diisi dengan kenangan masa lalu di mana Juyeon masih kecil hingga putra kebanggaannya itu dewasa seperti saat ini. Kenangan di mana putra kandungnya itu hanya akan tertawa dan menangis bersama orang yang selalu ia sebut sebagai orang sialan.

Soyoung baru sadar, sejak kecil putranya itu telah bersama Hyunjae. Mereka dilahirkan di waktu yang berdekatan. Mereka tumbuh bersama karena kedekatan ayah mereka. Saat ayah Hyunjae meninggal, saat pria manis itu berusia tiga tahun, hubungan mereka tak merenggang. Apalagi dengan suaminya yang telah menganggap Hyunjae sebagai putranya sendiri. Dan setelah ibu pria manis itu meninggalpun, semua baik-baik saja. Hubungan Juyeon dan Hyunjae baik-baik saja dan malah semakin dekat.

Soyoung juga baru ingat jika sejak dulu, Juyeon tak pernah lepas dari Hyunjae. Tak pernah sekalipun anaknya itu melalui hari tanpa nama Hyunjae. Selalu Hyunjae, Hyunjae dan Hyunjae. Itulah mengapa kini ia baru sadar juga, jika sejak dulu, anaknya itu tak pernah membagi bahagia dan luka bersama orang lain kecuali dengan pria manis itu. Ya, Juyeon mungkin bisa membagi suka dengannya, tapi pria itu tak pernah membagi duka dengannya. Sekalipun saat suaminya meninggal. Anaknya sama sekali tak menangis bersamanya. Anaknya hanya menangis bersama si manis itu.

Satu hal lagi yang baru ia sadari. Sejak dulu, Hyunjae tak pernah menunjukan perlawanannya padanya. Pria manis itu kelewat menurut padanya. Apapun yang ia inginkan selalu dituruti Hyunjae, sekalipun itu akan menyakiti pria itu sendiri. Seperti bagi Hyunjae, tak ada yang lebih penting darinya. Pria manis itu hanya sedikit melawan beberapa waktu belakangan, namun ia tetap sama seperti yang dulu. Selalu menuruti apa yang Soyoung inginkan.

Hyunjae juga telah mengajarkan banyak hal pada putra dan cucunya. Tentang cinta, perhatian, kasih sayang, ketulusan, perjuangan, kesetiaan, kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab dan rela berkorban.

"Hyunjae bilang, bagaimanapun sulitnya, aku harus berjuang agar ibu bahagia."

"Aku tahu ini menyakitkan, tapi aku lebih memilih untuk jujur pada ibu sekarang dari pada nanti. Karena Hyunjae bilang, sakit yang ditutupi dengan kebohongan bisa saja menjadi lebih sakit saat kejujuran datang."

"Aku belajal ini dali mommy. Mommy mengaitkan jalinya dengan jaliku lalu beljanji akan selalu belsamaku. Mommy bilang dia akan selalu ingat janji itu setiap melihat jali ini. Aku juga beljanji pada mommy untuk tidak nakal dengan ini. Dan setiap aku melihat ini, aku akan ingat janjiku pada mommy, aku tidak akan nakal."

Dan masih banyak lagi ucapan kedua orang yang akan dan selalu dicintai si manis itu. Membuatnya semakin sadar jika pria manis itu benar-benar tulus, tanpa sedikitpun perasaan kotor walau hatinya telah dihancurkan dengan sangat keji.

Semua hal itu datang ke pikiran Soyoung sehingga ia tidak sadar jika ia baru saja membuka pintu kamarnya dan telah berjalan ke arah tangga menuju lantai satu. Wanita tua itu melamun, terus memikirkan apa yang telah ia lakukan pada menantunya selama ini, hingga ia tak memperhatikan jalannya. Dan membuatnya mengalami musibah.

"AAAAAKKKKKKHHH!"


"AAAAAKKKKKKHHH!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
s o g r a •• jujae ft. hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang