Empat

411 38 0
                                    

Happy Reading 🥰

Jangan lupa vote dan commentnyaa yaakk 😚😚
________________

Jam istirahat kedua. Jasmin memilih menemani Haechan memakan bekalnya di kelas.

"Kamu tidak makan?"

"Aku tadi bangun kesiangan, jadi tidak sempat memasak apapun."

"Lalu kenapa kamu tidak ke kantin, gadis bodoh! Kamu bisa sakit nanti..." omel Haechan.

"Aku sudah minum susu tadi di perjalanan kemari." Haechan hanya bisa menghela nafas. Kadang ia heran, bagaimana bisa gadis ini begitu keras kepala dan selalu bisa menjawab omelannya.

Beep beep

ㅈㄴ
Dimana?

You
Kelas haechan

Jasmin menatap layar handphonenya lama, sampai akhirnya menjadi gelap.

Tak ambil pusing dengan pesan barusan, ia pun membuka kunci handphonenya kembali lalu mulai memainkan game cacing kesukaannya.

Seorang lelaki masuk ke kelas dengan setengah berlari, membuat Jasmin terkejut.

"Ini," lelaki itu meletakkan dua buah roti dan sebotol susu pisang di meja Jasmin, "makanlah... jangan sampai maagmu kambuh."

Haechan melihat Jasmin dan lelaki di depannya yang sedang berpandangan itu bergantian. Merasa dirinya tak dianggap, ia membuka mulut, "kalian pacaran?"

"Jangan ngaco deh!" Jasmin akhirnya buka suara lalu mengalihkan atensinya pada lelaki di depannya yang membuka mulut namun urung menjawab.

"Makasih Jeno-ya..." Jasmin meraih roti coklat di depannya. Lelaki itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Interaksi keduanya memuat Haechan mengulum senyum, sahabatnya bisa luluh juga ternyata.

"Kalian tidak ke kantin?" Mark tiba-tiba muncul dari pintu.
Ketiganya langsung menoleh ke arah suara, kemudian memberikan reaksi berbeda-beda. Jasmin menunjukkan rotinya yang menandakan ia makan di kelas, Haechan tak menjawab namun asyik menikmati kembali bekalnya sedangkan Jeno hanya terdiam.

"Aku tadi mencarimu, ternyata kamu disini..." Mark menepuk pundak Jeno pelan.

"Aku kembali ke kelas dulu..." ujar Jeno lebih ditujukan pada Haechan dan Jasmin. Setelah ia keluar kelas, dua orang yang duduk langsung menatap Mark penuh tanda tanya. Sikap Jeno benar-benar berbeda dari biasanya, dulu mereka terlalu dekat seperti anak kembar, tapi sekarang memandang Mark saja Jeno enggan.

"Tatapan kalian menakutkan, membuatku merinding." Mark mengambil duduk menghadap keduanya.

"Ada apa dengan kalian?" Jasmin buka suara.

"Aku juga tidak tahu..."

"Sikapnya masih sama setelah kamu pulang dari apartemenku?"

"Kenapa dia ke apartemenmu?" Jasmin menelan ludah dengan susah payah, padahal dia yang menyuruh Mark dan Jeno tutup mulut masalah tempat tinggal Jeno, malah dirinya yang keceplosan.

"Hmm..."

"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Tembak Haechan.

"Aku sebenarnya ingin bercerita, namun belum sempat saja..."

"Ceritakan sekarang." Suara rendah Haechan membuat Jasmin bergidik. Ia memandangi Mark minta tolong pun percuma, karena Mark hanya mengangguk, mengisyaratkan Jasmin agar jujur namun tak mau membuka suara. Sialan.

"Aku... ķami... hmm... Jeno... aku..."

"Kalian tinggal bersama?"

"Bagaimana kamu tahu??" Pekik Jasmin heboh.

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang