Dua Puluh Dua

188 22 1
                                    

Happy reading 🥰

_______________

Jeno dan yang lainnya diarahkan ke lantai bawah, dimana ada sebuah ruangan yang digunakan sebagai gudang. Tidak sepenuhnya terbengkalai dan masih cukup bersih untuk ukuran gudang.

Pria tersebut membuka kunci gudang.

Suara gaduh membuat Jasmin waswas, namun ketika yang masuk ke dalam ruangan adalah orang yang ia kenal, air matanya langsung mengalir deras.

Jeno yang lebih dulu sampai, mengecup pelipis Jasmin sambil membisikkan ucapan maaf. Lalu melepas dengan perlahan lakban yang menutupi mulut gadisnya.

Haechan melepaskan ikatan kaki Jasmin dan Mark kebagian melepas ikatan tangan.

"Haechanie... Kak Mark..."

"Jasmin-ah..." Haechan memeluk Jasmin erat, namun segera merenggangkan saat Jasmin mengaduh. "Maafkan aku... maafkan aku..."

"Ayo kita pulang, Jasmin-ah..." Mark mengusap pelan puncak kepala Jasmin.

Jeno hanya berdiri di samping ketiganya. Merasakan dinginnya sikap Jasmin, ia memilih menjaga jarak. Mark yang menyadari hal tersebut, menyentuh pundak Haechan, memberi tanda untuk melepaskan pelukannya.

Pemuda pemilik eyesmile itupun berjongkok, menyamakan tingginya dengan Jasmin.

"Jasmin-ah..."

"Aku membencimu!"

"Arayo..."

"Aku membencimu!!"

"Arayo..." Jeno menarik tubuh Jasmin ke dalam pelukannya. Membiarkan gadis itu menangis tergugu disana. Sampai sedikit lebih tenang, barulan Jeno menjauhkan tubuhnya untuk memperhatikan kondisi Jasmin dari atas sampai bawah.

Luka goresan di pelipis, memar di pipi kiri, luka di sudut bibir kiri, lengan yang membiru, pergelangan tangan dan kaki dengan bekas ikatan.

Rahangnya mengeras. Ia marah, tapi ia tahan mati-matian, karena janjinya pada Julian.

"Kalian bisa membawa teman kalian menuju ke Rumah Sakit Yulje. Kami sudah menghubungi meraka dan mengabarkan kedatangan kalian..." seorang polisi yang ikut menuju gudang menghampiri keempatnya.

"Apakah Nona bisa berjalan?"

"Saya yang akan membantunya." Jawab Jeno dengan sopan. Polisi tersebut mengangguk.

"Mari kita pergi dari sini..." Jeno memakaikan jaketnya ke tubuh Jasmin.

Jasmin mencoba berdiri, tangan kanannya memegang tangan Jeno, sedangkan yang kiri dipegang oleh Haechan, tangan kiri Jeno melingkar pada bahu Jasmin untuk memastikan kekasihnya tidak sampai terjatuh. Meskipun tertatih, namun ia tetap berusaha berjalan.

"Aku gendong ya?" Jeno menawarkan.

"Nanti dulu," sahut Jasmin sambil terus berjalan, menghampiri pria yang tadi membawa mereka kesini.

Jasmin memeluk singkat pria tersebut.

"Terima kasih telah merawatku..."

"Sama-sama, Nona Jasmin."

"Aku akan membantu sebisaku..."

"Terima kasih. Semoga Anda segera sehat kembali..." Jasmin mengangguk. "Lee Hansol."

"Ne?"

"Namaku Lee Hansol."

"Terima kasih Hansol Oppa!" Ulang Jasmin.

Jasmin menoleh pada Jeno, memandangi sang kekasih. Jeno tersenyum, paham maksud gadisnya, ia menunduk sedikit lalu membopong Jasmin.

Haechan dengan cekatan melepas hoodie yang dipakainya di bahu dan meletakkan di kaki Jasmin agar tidak terlalu terbuka.

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang