Delapan Belas

149 16 0
                                    

Happy Reading 🥰

________________

Jasmin sedang berada duduk di sofa depan TV yang menyala. Sesungguhnya ia tidak benar-benar menonton, karena pikirannya masih tertuju pada kejadian siang tadi ketika ia sedang berada di dekat kelas Jeno. Setelah menemui Guru Park untuk mengatur jadwal tes bahasa inggris, Jasmin melihat Jeno sedang asyik berbicang dengan Yehna dan beberapa gadis lainnya.

Jeno memang baik dan ramah, namun saat melihatnya hari ini, perasaan Jasmin mendadak tidak enak.

Jasmin menarik nafas panjang untuk menghilangkan perasaan tak nyaman di hatinya.

"Aniya Jasmin! Kamu tidak boleh seperti ini... Jeno hanya bersikap baik. Kamu tidak boleh berpikir yang tidak-tidak." Ujarnya pada diri sendiri.

Gadis itu meraih ponselnya yang diletakkan di meja, mencari nomer telfon sang Bunda untuk menuntaskan kegalauannya.

"Halo anak Bunda yang paling cantik..." sapa Winwin dari ujung telfon.

"Halo Bundaku yang paling cantik..." balas Jasmin dengan suara menggemaskan.

"Sudah makan?"

"Sudah. Bunda sudah makan? Dimana Ayah?"

"Ini di sebelah Bunda..."

"Tumben menanyakan Ayah? Biasanya cuma mau ngobrol dengan Bunda saja..." sindir Yuta.

"Hahaha... Tuan Na Yuta kan Ayah paling sibuk di dunia, Jasmin tidak berani mengganggu."

"Ya ya ya... kamu mau tahu kesibukan apa yang Ayah lakukan sekarang?"

"Apaaa??"

"Ganti video call," perintah Yuta langsung dituruti oleh Jasmin. Begitu tersambung, layar menampilkan Ayahnya yang sedang membersihkan daun bawang.

Jasmin terbahak-bahak.

"Tampaknya kamu sangat senang melihat Ayah seperti ini?"

"Hai cantik! Ayahmu keren kan dengan apron seperti ini?" Tanya Bunda dengan wajah puas. Jasmin mengangguk membenarkan.

Ayahnya yang berwajah menyeramkan itu hanya bisa dikalahkan oleh sang Bunda. Meski pekerjaannya adalah developer yang terkenal perfectionist, namun sesampainya di rumah, pria itu hanyalah seorang suami yang siap membantu pekerjaan sang istri dan pria yang siap melakukan yang terbaik untuk kedua anaknya.

"Bunda masak apa?"

"Pajjon. Bunda ingin pajjon, kamu mau?"

"Mauuu... kangen masakan Bunda!" Ujar Jasmin dengan wajah memelas.

"Sabar ya cantik, liburan nanti kamu bisa makan sepuasnya..." ujar Winwin disertai senyuman hangat. Membuat Jasmin semakin rindu.


**



Sejak pagi tadi langit mendung, membuat perasaan Haechan ikut buruk.

Dengan gontai ia melangkah ke kelas Jasmin, ingin mengajak gadis itu untuk istirahat bersama. Namun sesampainya disana, mejanya kosong.

"Hana-ssi, kemana Jasmin?" Tanya Haechan pada teman sekelah Jasmin yang tetap di kelas.

"Ia tidak masuk Haechan-ssi. Pak Guru tadi juga mencarinya, apa dia tidak mengabarimu?"

"Tidak..." Haechan merasa aneh. Tidak seperti biasanya karena Jasmin tidak menghubunginya sama sekali. "Mungkin dia tidak enak badan..." gumam Haechan lalu keluar dari kelas setelah mengucapkan terima kasih pada Hana.

Ia menuju ke gedung kelas tiga untuk menghampiri Mark.

"Baby bear?" Mark sedikit terkejut ketika Haechan muncul di depan pintu kelas. Ia buru-buru keluar.

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang