Tujuh Belas

147 16 0
                                    

Yuhuuu upload lagiiiii....
Thank you yang sudah vote.. lav yu dehh 😘😘

_______________


Happy Reading 🥰


_______________


Jeno sudah dari satu jam yang lalu menunggu di depan gedung apartemen Jasmin. Dari berdiri, duduk, jongkok dan sekarang berdiri lagi sambil berjalan mondar mandir agar tidak terlalu bosan.

Jeno begitu panik ketika pesannya sejak siang tak juga dibalas oleh Jasmin. Saat nomernya berkali-kali ia hubungi tidak bisa tersambung, Jeno langsung datang ke apartemen gadis itu, namun saat masuk tidak ada siapapun di dalam. Jeno sempat mendudukkan diri sebentar di depan TV, ia membuka aplikasi twitter dan menemukan kiriman twit terbaru Haechan.

Perasaannya langsung lega, setidaknya gadis itu tidak sendirian. Namun sedikit kesal karena gadis itu pergi tanpa bilang apapun padanya.


"Tidak tidak, aku tidak akan makan ramyeon lagi sampai satu bulan ke depan," ujar Jasmin diselingi tawa.

Suara Jasmin dari kejauhan terdengar sampai telinga Jeno. Ia menoleh cepat ke arah suara.

"Aku tidak percaya!" Sahut Haechan cepat.

"Mengucapkan ramyeon saja aku mual!" Omel Jasmin. Mark hanya tertawa mendengar kedua kesayangannya saling adu argumen.

"Sudah sudah, aku jadi ikut mual membayangkan ramyeon."

"Hahaha... minggu depan kita kesana lagi ya?"

"Tidak!" Jawab keduanya kompak.

"Kenappaaa...??" Rengek Haechan.

"Plis, baby, perutmu baik-baik saja? Itu tadi ramyoen dalam jumlah banyak?"

"Baik kok," Haechan mengelus perutnya yang sedikit menyembul lucu.

"Hahaha..." Mark kembali terbahak melihat ekspresi Haechan yang menggemaskan.

Jasmin berhenti karena melihat sosok yang tengah berdiri terdiam dan memandangi ketiganya dengan wajah datar. "Jeno..."

Haechan mengikuti arah pandang Jasmin, hendak maju, namun ditahan oleh Mark.

"Sudah malam, biarkan Jasmin pulang. Kita juga harus segera pulang, oke?" Mendengar nada tegas Mark, Haechan menarik nafas panjang lalu mengangguk.

Mark tersenyum melihat kekasihnya menurut.

"Hai Jen, kami langsung pulang ya. Sampai ketemu besok!" Seru Mark sambil melambaikan tangan.

"Segera istirahat, kami pulang ya..." Jasmin mengangguk, memandang Mark yang berkata dengan lembut, membuat perasaan Jasmin hangat.

"Hubungi aku jika terjadi sesuatu, oke?" Ujar Haechan sambil memeluk gadis itu.

"Tidak akan terjadi apapun, oke?" Jawab Jasmin meyakinkan.



Dalam hati kecilnya ia yakin Jeno marah, namun suasana hati Jasmin yang tidak enak akhir-akhir ini, membuatnya nekat pergi tadi siang untuk berjalan-jalan.

Jasmin menarik nafas panjang sebelum berjalan mendekat pada Jeno. Raut mukanya yang datar membuat Jasmin sedikit takut.

"Hai Jeno..." sapa Jasmin dengan tersenyum, siapa tahu bisa melunakkan eskpresinya yang datar.

"Mana ponselmu?"

"Ponsel?" Jasmin merogok ke dalam tas yang dibawanya, meraih benda persegi panjang berwarna rosegold dari sana. "Loh, ternyata mati..."

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang