Happy Reading 🥰
________________
Mark langsung menghubungi sang ibu dan juga Omma Haechan saat mereka di perjalanan.
Saat sampai di Rumah Sakit Yulje, kedua wanita itu sudah sampai lebih dulu. Jasmin langsung mendapat perawatan dari Dokter perempuan berkaca mata yang berwajah datar, dan mereka menunggu di tempat tunggu yang disediakan.
Dua polisi yang tadi menemani mereka dipanggil lebih dulu oleh Dokter dan perawat guna mengambil bukti kekerasan yang ada di tubuh Jasmin. Setelahnya, mereka kembali ke kantor setelah bertukar nomer telfon dengan Hyejin.
Setelah menunggu beberapa saat, ranjang Jasmin yang tadinya ditutup dibuka oleh perawat.
Mereka segera menghampiri Jasmin.
"Bagaimana Dok?" Tanya Ten dengan wajah khawatir.
"Kami sudah membersihkan lukanya dan memberikan obat. Kami memberikan infus melihat kondisinya yang lemas. Sekarang ia tertidur setelah kami beri obat anti infeksi yang mengandung obat tidur di dalamnya. Apakah anda orang tuanya?"
"Saya Bibinya. Ayahnya sedang mengurus beberapa hal di kantor polisi."
"Apakah sudah mengurus administrasi?"
Hyejin mengangguk. "Sudah, saya sudah mengurus untuk pemindahan kamarnya juga."
"Hyejin Noona, bagaimana?" Seorang Dokter berwajah tampan
"Oh, Yeon Seok-ssi. Sudah dengan Dokter..." Hyejin menggantung kalimatnya.
"Jang Gyeoul." Dokter berkacamata tersebut menyahut.
"Tunggu, ini kan...?" Kalimat menggantung Hyejin langsung dijawab anggukan oleh Yeon Seok. "Omma-mu sangat senang saat bercerita tentangnya."
"Iya, terlalu senang sebenarnya." Hyejin hanya tertawa kecil. "Hyung sudah menghubungiku, kamar VIP kan? Aku sudah menghubungi bangsal disana untuk menyiapkan kamar."
Setelah itu, perawat menghampiri mereka, menginformasikan bahwa kamar sudah siap dan Jasmin akan dipindahkan kesana.
*
Hari sudah sore ketika Jasmin mulai tersadar. Ranjang empuk di bawahnya membuat perasaannya benar-benar lega, aroma obat-obatnya yang tercium menyadarkan Jasmin bahwa dirinya masih berada di Rumah Sakit. Mengingat kembali apa saja yang sudah ia lewati sebelum ia tertidur.
Matanya mulai terbuka, langit-langit berwarna putih menyapa penglihatannya.
Jemari kanannya bergerak sedikit saat menyadari ada tangan yang sedang menggenggam miliknya.
"Kamu sudah sadar?" Nada cemas sekaligus lega terdengar di telinganya.
Jasmin menoleh dan mendapati Jeno di sampingnya. "Hmm..."
"Bagaimana perasaanmu? Ada yang sakit?" Tanya Jeno lagi. Namun bukannya jawaban, gadis itu malah tersenyum. Senyuman yang membuat rasa lelah dan kantuknya hilang seketika.
Jeno mengecup jemari Jasmin berulang kali. "Aku bersyukur kamu baik-baik saja..."
"Aku haus..." Jeno dengan sigap mengambilkan gelas air yang sudah disiapkan di dalam kamar. Salah satu fasilitas yang ada di kelas VIP.
"Mau duduk..."
"Sakit nggak? Pusing nggak?" Jasmin menggeleng. Selanjutnya dengan telaten Jeno membantu Jasmin duduk, menata bantal di belakangnya hingga bisa duduk dengan nyaman.
"Jeno-ya..." panggil Jasmin.
"Ya?"
"Kamu sendirian? Mana yang lain?" Jasmin ingat tadi ia bersama dua sahabatnya dan saat sampai ada Omma Mark dan Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Campur Tangan Semesta | NOMIN
Romance"Say yes! Maka aku akan mencarimu, menemukanmu dan menjadikanmu milikku sejauh apapun kamu berada." -jeno "Bolehkah aku seegois itu? Terus memaksa Tuhan agar menjodohkanku dan kamu?" -jasmin