Sembilan Belas

152 16 5
                                    

Warning!!!!
Adegan kekerasan, kalimat kasar, tidak untuk dicontoh ya!!
🔞🔞🔞🔞

Bacanya pelan-pelan yaa, karena plotnya agak tumpang tindih dengan part sebelumnya.)

Happy Reading 🥰


____________


Jasmin mulai tersadar. Ia membuka matanya sedikit, merasa kondisinya tidak baik, ia menutup matanya lagi. Mencoba menenangkan diri dan berusaha tidak panik.

Jasmin mengingat-ingat apa yang terjadi.

Malam itu sepulang sekolah, setelah turun dari bis, Jasmin melangkahkan kakinya menuju minimarket. Ia ingin membeli eskrim agar perasaannya sedikit membaik.

Setelah membayar, ia keluar dan berjalan gontai menuju ke apartemen.

Hampir sampai, iya- kurang beberapa meter saja sebelum sampai di depan pintu gedung, seseorang membekapnya dari belakang. Jasmin meronta, bau menyengat yang masuk ke dalam penciumannya ketika ia mencoba bernafas membuat kesadarannya melemah, lalu pingsan.

Lehernya terasa sakit karena menunduk dalam waktu cukup lama, tangannya berada di belakang kursi terikat kencang hingga pergelangannya nyeri dan lengannya pun linu karena di posisi yang sama dalam waktu cukup lama, sedangkan kakinya juga tak bisa bergerak karena diikat kencang pada kaki kursi. Mulutnya pun dibekap dengan lakban hingga ia tidak bisa mengeluarkan suara.

Ia diculik.

Jasmin mencium bau apek dan debu yang tebal di sekitarnya yang ia asumsikan sedang berada di gudang. Setelah memastikan tidak ada suara lain, akhirnya Jasmin membuka matanya. Lampu yang temaram membuat ia tidak sulit beradaptasi. Ia menatap sekeliling, sesuai dugaannya ia berada di gudang yang terlihat terawat.

Jendela buram di bagian sisi kanannya memasukkan cahaya dari luar, membuat Jasmin sadar ini sudah pagi dan dirinya sudang pingsan semalaman.

Kondisinya tidak baik, namun cukup baik karena tidak ada luka, baju seragam yang ia kenakan juga masih utuh.

Meski merasa ketakutan, namun berbekal pelajaran meditasi yang diajarkan oleh sang kakek selama kelas taekwondo dulu sangat berguna saat ini.

Jasmin merapalkan berbagai macam doa dalam hati, demi keselamatan dirinya dan berharap salah satu dari orang terdekatnya sadar dirinya hilang. Pun bukan Jeno, setidaknya Haechan pasti sedang mencarinya sekarang. Pasti setelah tahu dirinya tidak masuk sekolah dan tidak bisa dihubungi.

"Haechan pasti mencariku." Batin Jasmin.

Tak lama kemudian pintu terbuka.

Seorang pria memakai pakaian formal masuk membawa nampan ditangannya.

"Anda sudah siuman?"

Jasmin diam. Tak mengangguk sekalipun menggeleng. Ia memandangi pria itu lekat-lekat, mencoba mencari dalam ingatannya wajah pria itu, yang mungkin pernah tidak sengaja Jasmin sakiti dan menyababkan dirinya berada disini. Namun nihil, Jasmin tak pernah tahu wajah itu.

"Saya bawakan makan untuk Anda." Ia meletakkan nampan di meja dekat pintu.

"Saya akan melepaskan lakban dan ikatan tangan Anda agar Anda bisa makan. Saya mohon Anda tidak melakukan apapun selain yang saya katakan." Ujarnya seraya membuka lakban di mulut Jasmin dengan perlahan.

Satu hal yang Jasmin yakini, pria itu tidak jahat. Cara dia berbicara dengan sopan dan melepas penutup mulutnya dengan hati-hati yang membuktikan.

Giliran ikatan tangannya yang terlepas. Jasmin langsung menggerakkan kedua lengannya yang kaku, memijat pelan bagian yang pegal dan merapikan rambutnya.

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang