Enam

311 36 0
                                    

Happy Reading 🥰



_________________





Sudah hampir seminggu ini Jeno pulang larut, karena bergabung dengan tim basket, sepulang sekolah ia harus berlatih karena sebentar lagi ada pertandingan persahabatan dengan sekolah lain.

"Bagaimana Jasmin?" Tanya Mark ketika keduanya menunggu jemputan. Lebih tepatnya, Mark yang menunggu dijemput, sedangkan Jeno akan diantarkan ke apartement.

"Biasa saja, Hyung, gara-gara latihan ini aku jadi jarang bertemu."

"Benar juga ya..."

"Bagaimana Haechan?" Mark tersenyum lalu menunjukkan layar handphonenya.

Baby Bear
Calling...

Mark menggeser layarnya untuk menerima panggilan dan mengaktifkan pengeras suara, karena Jeno meminta.

"Milk! Kenapa lama sekali sih?" Ujar suara diujung telfon dengan nada kesal.

"Aku baru saja membuka handphoneku, baby bear..." suara Mark yang rendah membuat Jeno bergidik.

"Cepat buka chatku, artikan dan kirim kembali. Aku tak habis pikir, kenapa MoU selalu menggunakan bahasa inggris, apa hanya bahasa itu satu-satunya di dunia?"

Jeno mendekatkan wajahnya pada handphone Mark, "Aku pikir kamu akan sedikit jaga image di depan Mark, ternyata sama saja ya?"

Hening sejenak.

"Jeno? Aakkhh"

Panggilan terputus.

Mark dan Jeno langsung kompak tertawa lepas.

"Kalian belum pulang?" Suara seorang gadis mengalihkan atensi keduanya.

"Masih menunggu jemputan," jawab Mark sambil tersenyum, sisa tawa karena tingkah Haechan.

"Jeno pulang bersama Mark?" Jeno mengangguk. "Bagaimana jika aku antar pulang?"

"Tidak usah Yehna-ya, aku bersama Mark saja."

"Apa rumah kalian berdekatan?"

"Iya, rumahnya satu kompleks denganku..." jawab Mark cepat. Tidak ingin Yehna bertanya lebih baik.

Tak berapa lama setelah mobil Yehna menjauh, sebuah sedan hitam berhenti di depan mereka.

"Yuk!" Mark mengajak Jeno masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Tuan Han, supir Appa-nya.


*


Hampir pukul sepuluh malam ketika Jeno sampai di apartement. Ia yakin Jasmin sudah tidur, mengingat setiap ia pulang lampu ruang tengah sudah dalam keadaan mati.

Namun dugaannya keliru, saat ia membuka pintu apartement Jasmin sedang berlari ke arahnya sambil berteriak histeris.

"Aakkkhhh...!"

"Ada apa?" Tanya Jeno panik.

"Jeno... huhu Jeno yaaa... itu ada cicak di kamar mandii..." ujar Jasmin di pelukannya.

"Hah??" Kini Jeno yang kebingungan.

"CICAK DI KAMAR MANDI!" pekiknya setengah teredam karena kepalanya yang terbenam di dada Jeno.

Jeno mencoba mengatur detak jantungnya yang menderu. Pasalnya, gadis yang memeluknya itu hanya memakai handuk, dengan rambut masih tergelung yang mengekspos leher jenjangnya dan air yang masih menetes dari ujung rambutnya.

"Mati apa hidup?"

"Mati... hiiii..." jawab Jasmin sambil begidik.

"Oke coba lepas dulu, aku akan mengecek ke kamar mandi."

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang