Tujuh

303 32 1
                                    

Happy Reading 🥰

________________

Hampir tiga puluh menit berlalu.

Mata Jeno maupun Jasmin sama-sama tertutup, namun keduanya tidak bisa tidur karena situasi sekarang. Jantung Jeno maupun Jasmin sama-sama berdegub kencang, keduanya sama-sama di situasi hendak bergerak namun tubuh mereka malah kaku.

Sedari tadi pikiran Jasmin sudah tak keruan ketika Jeno memutuskan tidur satu ranjang dengannya. Oke, memang ini tempat tidurnya, namun setidaknya untuk hari ini saja bisa kan dia tidur di tempat lain. Namun, bukannya menolak, dengan bodohnya Jasmin diam saja ketika Jeno berbaring.

Sedangkan Jeno sendiri malah sibuk memikirkan narasi untuk memulai percapakan. Suara di kepalanya berkecamuk, merutuki aksi nekatnya sekaligus mendukung langkah besar yang ia lakukan untuk meningkatkan hubungannya. Alasan lain kenapa ia melakukannya adalah waktu yang disepakati sudah semakin dekat.

Jasmin akhirnya membuka mata.

"Jeno?" panggilnya lirih. Jasmin berjanji, jika Jeno tak menjawab, maka ia akan benar-benar tidur setelah ini.

"Kenapa Jasmin?" Jawabnya dengan suara rendah.

"Belum tidur?"

"Sudah."

"Kok bisa jawab..."

Jeno tersenyum, meski tak bisa dilihat oleh Jasmin. "Kamu bawel deh, mirip Haechan..."

"Enak saja!" Jasmin melempar Jeno guling yang ia gunakan.

Jeno hanya tertawa tanpa membalas.

"Jeno..." panggilnya lagi.

"Apa?"

"Boleh aku tahu kenapa kamu dan Kak Mark salah paham?"

"Hmm..." gumaman Jeno menandakan ia enggan.

Jasmin membalik tubuhnya menghadap Jeno. Ia memandangi wajah Jeno yang sempurna bahkan saat ia menutup mata.

"Jeno-ya.."

"Hmm?" Jeno tersenyum mendengar bagaimana suara lembut Jasmin saat memanggil namanya. Jeno suka.

"Apa kalian salah paham karena aku?" Jeno membuka mata lalu menoleh, kedua netra mereka bertemu. Dalam beberapa detik keduanya diam di posisi itu, masing-masing menikmati keindahan sosok yang dilihatnya. Saling mengagumi.

"Kenapa kamu peduli sekali dengan Mark Hyung?" Jasmin mengerjap lucu ketika mendengar pertanyaan Jeno.

"Bukan begitu..."

"Lalu?" Jasmin  sedikit panik ketika Jeno memiringkan tubuhnya sehingga mereka berhadapan di atas kasur dan hanya terpisah sebuah guling.

"Jeno-ya, sepertinya kamu salah paham. Aku tidak perhatian seperti itu dengannya, kami memang cukup dekat dan aku menganggap Mark sebagai Kakakku sendiri."

"Baiklah..."

"Jeno, aku serius..." Jasmin merasa ucapan Jeno berbanding terbalik dengan yang ia rasakan.

"Sepertinya aku memang terlalu bergantung padanya..."

"Kamu menyukai Mark?"

Jasmin terlihat terkejut. Ia terlihat berpikir sejenak sebelum membuka suara, membuat Jeno cemas.

"Aku tidak tahu. Kami sudah lama bersama, aku merasa nyaman dengannya, namun setiap melihat bagaimana tatapannya pada Haechan aku tahu bahwa aku tidak boleh mempunyai perasaan lebih padanya..." kalimat Jasmin membuat hati Jeno sedikit nyeri.

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang