Dua Puluh Tujuh

185 21 1
                                    

Happy Reading 🥰

_______________

Shanghai di bulan kelahiran Jeno.

"Bund, mana Yangyang?" Jasmin menghampiri Bundanya yang sedang memasak di dapur.

"Pergi tadi pagi-pagi, mau jogging katanya..."

"Oh..." Jasmin mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

Bunda melirik putrinya yang tampak berpikir.

"Bund..."

"Iya?"

"Boleh minta tolong sesuatu nggak?"

"Apa?"

"Hmm... boleh minta tolong telfonkan Mommy Alana?" Ujarnya pelan. Winwin terkejut, namun ia berusaha menormalkan suaranya.

"Memangnya mau ngapain?"

"Besok lusa ulang tahun Jeno, bolehkan aku mengucapkan selamat kepadanya secara langsung melalui Mommy?"

"Kamu tidak ingin minta nomer Jeno saja?"

"Nggak! Jasmin belum siap."

Bunda mematikan kompornya, "Aku akan menelfonnya..."

Winwin mengambil ponsel yang ia letakkan di atas kulkas, mencari nomer wanita cantik yang ia kagumi.

Setelah tiga kali nada penghubung terdengar, telfonpun tersambung.

"Halo..." suara serak diujung telfon membuatnya melirik jam dinding lalu menepuk dahinya pelan.

Bodoh. Ia lupa perbedaan waktu dua jam antara Shanghai dan Jakarta.

"Maafkan aku Alana, aku lupa kalau kita berbeda negara..." Jasmin menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar karena Bundanya yang terlalu bersemangat.

"Tidak apa Winwin, terima kasih sudah membangunkanku. Ini sudah waktunya aku menyiapkan sarapan untuk anak-anak."

"Jadi aku berbuat baik dengan membangunkanmu?" Terdengar kekehan di ujung telfon.

"Kalian baik-baik sajakan?"

"Kami baik. Jasmin juga sudah jauh lebih baik sekarang..." ia melirik putrinya lalu menunjuk handphonenya, menawarkan agar ia berbicara dengan wanita yang dipanggil Mommy itu. Jasmin melotot lalu menggeleng kencang.

"Benarkah? Ahhh aku sangat merindukan putriku..." Alana tak berubah, ia masih merasa Jasmin adalah anaknya juga, bahkan dulu ia sering bercanda bahwa dengan sukarela memasukkan Jasmin ke dalam kartu keluarganya jika Winwin mengizinkan. Saking sayangnya pada gadis itu.

"Bagaimana dengan Jeno?" Sama halnya dengan Winwin, sejak awal pertemuannya dengan putra pertama Alana, ia langsung mengatakan bahwa siap menjadi mertua yang baik untuk Jeno.

"Dia masih begitu-begitu saja. Berangkat kuliah, lalu pulang dan main game seharian. Untungnya Mark tak bosan untuk mengurusnya..." Winwin menarik nafas panjang, dua bocah itu sama saja. "Ohiya, apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kau mengubungiku?" Terdengar nada waswas pada suara Alana.

"Ah iya, aku sebenarnya menghubungimu untuk memintakan izin Jasmin. Lusa kan ulang tahun Jeno, ia ingin mengucapkan selamat kepadanya lewat telfon."

Alana tersenyum senang.

"Aku izinkan! Boleh sekali... aku akan mengirimkan nomer Jeno kepadamu..."

"Eh, kata Jasmin, ia ingin menelfonnya lewat nomermu..." Winwin menyerahkan handphonenya pada Jasmin. "Jelaskan sendiri pada Mommy-mu, Bunda bingung..."

Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang