Enam Belas

157 15 0
                                    


Happy reading....

Ada yang nungguin cerita ini nggak sih? Bolehh yaa comment disini... 🥰🥰

_____________

Mark sudah berada di ruang tamu Haechan sejak tiga puluh menit yang lalu. Hampir saja ia tertidur jika kekasihnya itu tidak muncul dalam sepuluh detik.

"Ayo," Haechan muncul dengan celana pendek, kaos putih dan sweater kebesaran berwarna biru muda.

Mark mengucek matanya untuk mengembalikan kesadaran.

"Mark Lee? Kamu tertidur?"

"Hampir Baby Bear," ia berdiri. "Tapi tidak rugi aku menunggu, kamu sangat menggemaskan dengan pakaian itu," Mark mencubit pipi Haechan gemas.

"Really?" Tadinya Haechan sudah berasa tidak enak, namun ucapan Mark membuat Haechan bersemangat kembali.

"Yes, i am." Jawab Mark dengan logat british yang fasih.

Haechan tersenyum semanis mungkin karena pujian Mark. Tidak rugi dia mengganti pakaian sampai tujuh kali tadi.

*

Setelah hampir dua puluh menit menaiki bis, keduanya kini berjalan ke Gwangjang. Menuruti Haechan yang suka sekali jajan, Mark memutuskan mengajak pemuda itu untuk pergi ke street food dekat Sungai Han. Kencan versi Mark.

"Apa yang ingin kamu makan lebih dulu?"

"Patbingsu?"

"Kamu yakin? Jika makan yang manis dulu, bukankah akan cepat kenyang?"

"Ahh benar juga... oh oh, pajjon! Aku mau pajjon..."

"Ide bagus, oke kita makan pajjon dulu..." Haechan mengikuti Mark dengan semangat.

Setelah berkeliling mencicipi berbagai makanan yang disajikan dengan cepat, keduanya memutuskan untuk beristirahat sejenak di salah satu cafe yang sejak pertama kali datang sudah menyita perhatian mereka karena memiliki konsep monokrom.

"Apa kamu senang?" Pertanyaan retoris Mark dijawab anggukan dan senyuman lebar di wajah Haechan.

"Selama itu denganmu, aku akan selalu senang..." ujar Haechan membuat Mark melambung.

Haechan tiba-tiba mempercepat langkahnya ketika ia melihat sosok gadis yang ia kenal sedang berdiri di depan etalase toko yang menampilkan aneka jenis eskrim yang dijual disana.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Haechan penuh intimidasi.

Gadis yang menggunakan bucket hat berwarna hitam itu menoleh, terkejut namun sedetik kemudian memeluk Haechan erat. "Haechannie...!"

"Apa yang kamu lakukan disini Nakamoto Jasmin?" Ulang Haechan.

"Hehe... aku jalan-jalan..." jawab gadis itu dengan raut muka innocent agar tidak dimarahi.

"Mana Jeno?" Mark meletakkan telapaknya di atas kepala Jasmin.

"Aku sendirian Kak Mark," jawabnya sambil menaikkan sedikit topinya hingga matanya terlihat.

"Kemana Jeno?" tanya Haechan sinis.

Sikap Haechan bukan tanpa alasan, dulu sebelum Jeno pindah, jarang sekali Haechan atau Mark membiarkan Jasmin untuk pergi sendirian kecuali jaraknya dekat. Makanya saat tahu Jasmin pergi seorang diri, sikap Haechan terkesan berlebihan.

"Ada kerja kelompok. Tugasnya dikumpulkan besok, benar kan?" Jasmin mencari pembelaan dari Mark yang merupakan teman sekelas Jeno.

"Iya benar..." suara Mark dibuat ceria untuk menurunkan rasa kesal kekasihnya.

"Kenapa kamu tidak kerja kelompok?"

"Aku mengerjakannya kemarin sepulang sekolah," Mark melingkarkan lengannya pada pundak Haechan. "Sudahlah. Bukankah kita jadi bisa berjalan-jalan bertiga?"

"Kalian tidak apa-apa aku ikut?"

"Apa maksudmu?" Haechan meraih lengan Jasmin. "Tentu saja boleh!" Ia menggapit Jasmin lalu mereka berjalan bertiga berdempetan hingga kesulitan berjalan sampai hampir jatuh, bukannya berhenti, mereka tetap berjalan berhimpitan sambil tertawa.

Mereka masuk ke dalam cafe yang tadi sudah diincar oleh Haechan. Setelah memesan mereka memilih duduk di balkon lantai dua sehingga bisa melihat area pasar yang ramai.

"Kalian sudah dari tadi?" Jasmin melepas bucket hatnya, merapikan rambutnya yang dihighlight kecoklatan.

"Lumayan..."

"Kami sedang beristirahat, sebentar lagi mau lanjut mencicipi makanan lainnya," jelas Mark.

"Kamu sudah dari tadi?"

"Tidak, aku baru setengah jam lalu sampai, setelah berjalan-jalan di area toko buku aku berhenti di tempat tadi."

"Beli buku lagi?" Jasmin menggeleng.

"Aku hanya melihat-lihat saja..." Obrolan mereka terhenti ketika pelayan datang untuk mengantarkan pesanan.

"Setelah ini ikutlah dengan kami..." ujar Haechan sambil memasukkan sesendok besar pancake coklat ke dalam mulutnya.

Jasmin memandangi Haechan lalu Mark bergantian. "Kalian kan sedang kencan?" Ujarnya polos.

"Lalu?"

"Bukankah aku mengganggu?"

"Anggap saja kita kencan bertiga," jawab Haechan santai. Mark terkekeh, ia mengusap pipi Haechan gemas, pemuda itu begitu cuek tapi juga perhatian.

"Benar kata Haechan, ikutlah dengan kami. Kita bermain dan jangan lupa berfoto, lalu post agar Jeno iri karena kamu sedang bermain bersama kami..."

*

Jasmin, Mark dan Haechan berjalan sambil asyik mengobrol dan bersenda gurau.

Membicarakan kompetisi makan yang baru saja mereka lakuķan di kedai ramyeon. Makan ramyeon berukuran raksasa dalam waktu lima belas menit.

Namun percakapan mereka terhenti ketika Jasmin terdiam dan raut wajahnya berubah pucat.

"Jeno..." Jeno berdiri dengan wajah tak ramah di depan pintu apartemen Jasmin.

***

To be continued...

***
Thank you for reading... 🥰
***

Bayangin Jeno mode galak tuh bikin merinding ga sih?
Hahaha

Aku akan up next chapter secepatnya, karena udah ngetik banyak dan bisa jadi 2 kali up...
Stay healthy semuanyaaa


Campur Tangan Semesta | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang