Haiii.. kami aku kembali..
Happy reading yaaakkk 🥰
_____________________
Shanghai, musim hujan
"Nana..." Bunda masuk ke dalam kamar Jasmin yang gelap. Semenjak kembali ke China, ia lebih senang berdiam diri dan tak terlalu perduli keadaan diluar. Setelah menyelesaikan kelas home schooling, ia akan mengerjakan tugas di kamar kembali.
"Masuk Bun.."
"Boleh bunda nyalakan lampu kamarmu?"
"Iya..." begitu lampu dinyalakan, tampak Jasmin yang duduk memeluk lututnya di pinggir jendela.
Winwin, Bunda Jasmin, melirik nampan yang ia bawa tadi untuk makan malam dan perasaannya langsung senang ketika mendapati semua piring dan mangkuknya telah bersih tak bersisa.
"Enak tidak masakan Bunda hari ini?" Bunda mengelus rambut pendek Jasmin perlahan. Sebulan yang lalu, sepulang dari Rumah Sakit untuk melakukan kontrol rutin, Jasmin memaksa diantar ke salon untuk memotong rambutnya yang sejak SMP dibiarkan panjang.
"Enak..." Jasmin menoleh dan tersenyum.
"Syukurlah... Bunda berharap besok kamu mau turun untuk sarapan bersama," ujar Bunda lembut. Ia tak ingin Jasmin merasa tertekan atas perkataannya. "Ohiya, lusa adikmu Yangyang akan pulang, siapkan dirimu untuk terus diganggu olehnya..."
Jasmin mengangguk sambil mengingat bagaimana adiknya yang selisih satu tahun dengannya begitu senang mengganggunya. Bahkan dulu ia senang sekali mengikutinya kemanapun.
Setelah Bunda keluar, Jasmin mengambil nafas panjang, kamarnya kembali gelap. Ia menatap keluar kamar, menampilkan pemandangan kawasan rumahnya yang sepi. Ketika Bunda menyebutkan adiknya, ingatannya tidak hanya tertuju pada pemuda lincah itu, tetapi juga pada Jeno. Bagaimana Yangyang yang begitu mengagumi pemuda itu.
Tanpa sadar, air matanya turun perlahan, tak lama ia sesegukan. Kembali, malam itu, hatinya rapuh hanya karena mengingat Jeno. Esok pagi jelas ia tak mungkin mengabulkan keinginan Bundanya, karena tidak ingin hadir di meja makan dengan mata bengkak dan wajah yang sembab.
Winwin yang tadinya ingin mengucapkan selamat malam, mengurungkan niatnya mendengar isakan dari dalam kamar putrinya. Kini ia terpekur di depan pintu, ikut pilu merasakan bagaimana kehidupan anak pertamanya berubah drastis.
**
Suara gaduh di lantai satu membuat Jasmin terbangun. Dengan berat ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setidaknya ia ingin sedikit terlihat segar dan wangi saat bertemu dengan adiknya yang tak lagi kecil.
Baru saja keluar dari kamar mandi, ada suara ketukan dan pintu langsung dibuka. Sebuah kepala dengan rambut berwarna coklat terang menyembul, di wajahnya terpasang senyuman ceria.
"Boleh aku masuk?"
"Memangnya kalau aku bilang tidak, apa kamu akan keluar? Lagipula badanmu sudah hampir setengahnya berada di kamarku, by the way." Lelaki itu terkikik, ia langsung mengarahkan separuh tubuhnya yang masih diluar untuk masuk dan memeluk Jasmin dengan sangat erat.
"Aku merindukanmu Noona." Katakanlah keluarganya sangat aneh. Ayahnya berasal dari Jepang, Bundanya berasal dari China, sedangkan Jasmin dan adiknya lahir di Korea. Berbeda dengan Jasmin yang menghabiskan seluruh hidupnya di Korea, sebelum kejadian mengerikan itu terjadi. Sedangkan adiknya memilih pindah ke Jepang selama 3 tahun untuk menemani Nenek dan Kakeknya disana.
Lalu akhirnya pindah ke China setelah neneknya tiada. Tentunya bersama sang kakek yang lebih gaul darinya.
"Aku tak bisa bernafas, bodoh!" Yangyang langsung melepaskan pelukannya sambil tertawa.
"Kenapa kamarmu gelap sekali..." ia langsung membuka korden kamar dan membuka pintu balkon. "Kau juga terlihat mengerikan!"
Jasmin melengos. Ia merapikan selimutnya, membiarkan Yangyang menikmati pemandangan dari balkon kamarnya. Setelah itu, barulah ia bergabung dengan adiknya.
"너무 보고 싶어" ujar Yangyang sambil melirik Kakaknya. Mengamati wajahnya yang sayu, matanya yang sama sekali tak bersinar dan kulitnya yang tampak kusam. "Aku merindukan Noona yang ceria..." ia berhenti sejenak, memastikan Kakaknya dalam kondisi baik untuk menerima yang akan ia sampaikan selanjutnya.
"Aku juga merindukan Jeno Hyung." Jasmin meremat pinggiran pembatas balkon mendengar nama itu disebut. "Aku sangat sedih saat Noona sedih, tidak hanya aku. Bunda, Ayah, Haechan Hyung, Mark Hyung, Mommy, Daddy, Sungchan dan Suri juga. Kami ikut sedih saat Noona sedih. Begitu pula saat Jeno Hyung sedih, kami yang menyayanginya juga ikut sedih. Dan sebaliknya, saat Noona dan Hyung bahagia, maka kami akan ikut bahagia. Kalau kalian merasa belum cukup untuk berdiri kembali, kami akan menunggu, namun aku berpikir. Yang menyayangi kalian sangat banyak, bukankah ini saatnya kalian berdiri kembali?" Yangyang memberi jeda pada kalimatnya. Menanti reaksi Jasmin.
Ia hanya diam, meski ujung matanya mulai basah.
"Sama-sama menjadi lebih baik dan kelak saat kalian bertemu lagi, kalian sudah menjadi yang terbaik versi kalian masing-masing. Dan ayolah, tidak mungkin kalian tidak bersama, kalian terlalu serasi. Aku pun tidak yakin bahwa aku menerima orang lain selain Jeno Hyung untuk menjadi kakak iparku..." Jasmin tertawa kecil dengan air mata yang telah membasahi pipinya.
"Sini peluk aku!" Yangyang melebarkan kedua lengannya, memberi akses orang kesayangannya untuk memeluknya. "Jangan menangis terlalu lama. Kamu terlihat sangat jelek tahu nggak! Dan ada apa dengan rambutmu? Kenapa kamu seperti Nenek-nenek penjual cabai di ujung jalan?" Jasmin menarik tubuhnya menjauh.
Plak
Menggeplak kepala adiknya dengan sepenuh tenaga.
"Kurang ajar!" Umpatnya lalu masuk kembali, meninggalkan Yangyang yang tertawa senang melihat Jasmin yang kesal. Noonanya harus kembali. Jeno hyung juga. Janjinya dalam hati.
Malam itu, dengan sedikit paksaan dan serangan aegyo dari Yangyang akhirnya Jasmin mau keluar dari kamar untuk makan malam bersama.
***
To be continued...
_______________
Thank you for reading 🥰
Kedepannya aku buat jalan ceritanya dua waktu yang berbeda ya, karena mereka kan memang ada di beda negara.
Ditunggu vote dan commentnya yaaakkk
Stay safe semua ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Campur Tangan Semesta | NOMIN
Romance"Say yes! Maka aku akan mencarimu, menemukanmu dan menjadikanmu milikku sejauh apapun kamu berada." -jeno "Bolehkah aku seegois itu? Terus memaksa Tuhan agar menjodohkanku dan kamu?" -jasmin