Seorang gadis cantik dengan pakaian serba kuning itu menatap polos ke arah laki-laki yang terus menatapnya. Ia mengernyitkan dahi bingung.
"Kamu siapa? Kok mukanya banyak melah-melah? Kamu belantem ya?!" tudingnya seraya mendekat pada sang laki-laki yang langsung melototkan mata tidak percaya saat mendengar penuturan gadis mungil ini.
"Ih, kenapa melototin Alika sih!" Tangannya sibuk mencari sesuatu dari dalam tas kecil yang juga berwarna kuning. "Nih, bial cepat sembuh. Jangan belantem lagi!"
"Lo nggak bisa ngomong Rrrr?"
"Kamu ngejek Alika?! Ih ngeselin!" Tanpa memedulikan laki-laki itu, gadis yang menyebut dirinya Alika langsung pergi dari sana.
Setelah berjalan cukup jauh, Arika pun menolehkan kepalanya. Menatap tidak suka orang yang ia temui tadi.
Sedangkan sang laki-laki hanya tersenyum tipis melihat tingkah menggemaskan itu.
Lucu, batinnya seraya menatap sebuah plester kuning bermotif dinosaurus.
"Alika apa Arika sih, namanya?" gumamnya dan tanpa berpikir panjang segera melajukan motor besarnya mengikuti perempuan tadi.
Sampai saat di persimpangan jalan yang tampak sepi, perempuan itu tampak dihadang oleh seorang preman. Arjuna terus memperhatikan dari jauh, ia sudah turun dari motor dan mendekat ke sana, takut terjadi sesuatu pada gadis mungil itu.
Namun, langkahnya terhenti sebab apa yang ada di pikirannya tidak sama dengan realita.
"Belaninya sama pelempuan, lasain nih tendangan Alika!"
Bugh!
"Nih, buat Om. Alika nggak mood lagi." Ia memberikan kantong plastik yang sepertinya berisi jajanan pada laki-laki paruh baya tersebut. "Om halus janji ya, nggak boleh jadi olang jahat lagi," tambahnya dibalas anggukan oleh preman tersebut.
"Maaf ya, Om. Alika pamit dulu, ingat loh halus jadi olang baik ya, Om!"
Sang lawan bicara tampak mengangguk pelan dengan wajah menahan sakit. Sepertinya laki-laki paruh baya itu sama terkejutnya dengan Arjuna yang sekarang kembali mengikuti langkah Arika.
Dibalik helm fullface-nya, sebuah senyum tipis terbit. Merasa aneh sekaligus kagum pada perempuan yang awalnya terlihat begitu polos, tapi siapa sangka juga jago dalam bela diri.
Arjuna terus mengikuti langkah itu, sampai sang perempuan sampai di depan sebuah rumah mewah. Ia tebak, jika itu adalah tempat tinggalnya.
"Pak Yon, usil laki-laki yang pake motol itam di dekat jalan itu! Dia ikutin Alika dali tadi."
Spontan Arjuna langsung melotot dan bergegas pergi dari sana. Ternyata perempuan itu sadar ia mengikuti langkahnya.
Lagi-lagi Arjuna tersenyum tipis, tetapi luka di sudut bibirnya membuatnya meringis. Ah, ia sampai lupa dengan luka di wajahnya dan tanpa sadar terus tersenyum mengingat tingkah lucu perempuan cadel itu.
Mine. Batinnya dengan seringai tipis dan menambah kecepatan laju motornya. Arjuna juga mencoba mengingat, apa sebelumnya dia pernah bertemu gadis imut itu atau tidak, karena hatinya seolah berkata bahwa ini bukan pertama kalinya mereka berjumpa.
Anyeong chingudeul.
Maaf ya baru balik lagi ke cerita ini setelah sekian lama dan maaf juga karena aku balik ke cerita ini dengan judul yang berbeda. Judul awal Dewana, aku ubah menjadi What should we do?
Semoga kalian tetap senang membaca cerita Arjuna dan si gadis pecinta pisang ini yaaa.
Thank you for reading and i hope you are still with me until the end chingudeul💗
Jangan lupa follow akun ini dan share cerita ini juga ya ke teman-teman kalian.
See you next part.
Dipublikasikan:
Jum'at, 11 Februari 2022
05:13Sel, 17 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
What should we do?
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plester dengan motif dino, tapi Arjuna justru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bukan pada plester nya...