JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA HARI INI🐻
Jangan lupa follow wp : Secrettaa
Ig : aleeeeeeeee_0019VOTE+KOMEN SETIAP PARAGRAF KALO BISA, OK?
KENAPA BANYAK YG JADI SILENT READERS:(
🌻HAPPY READING🌻
_
_
_Arion mengerjapkan mata perlahan, menyesuaikan sinar matahari yang tepat mengenai wajah tegasnya. Rasa pusing yang kembali datang, membuatnya harus memejamkan mata untuk beberapa saat.
Setelah merasa lebih baik, Arion baru menyadari jika ia tidur diatas tubuh seorang gadis yang tidak lain adalah adiknya sendiri.
Berarti semua yang ia lakukan malam tadi .... Arion bergegas menjauhkan tubuhnya dari atas sana, tetapi tatapannya justru terfokus pada beberapa bercak merah di leher Arika.
Gue beneran gila. Batinnya dengan sebelah tangan menyentuh leher putih itu.
Arika tampak terganggu dengan apa yang Arion lakukan dan mulai membuka matanya. Menyadari itu, langsung saja Arion kembali menormalkan mimik wajahnya seperti biasa.
Mengambil posisi duduk di dekat tubuh Arika yang tampak bergerak kaku sekarang. Ah, tubuh adiknya pasti sakit karena harus menahan bobot tubuhnya yang jauh lebih berat dari lima buah bantal.
"Badan Alika sakit semua," gumam Arika seraya berusaha duduk.
"Jangan bilang sama siapa-siapa soal malam tadi, paham?"
Tubuh Arika menegang saat mendengar sebuah suara serak dari samping tubuhnya. Ia kaget, ketika melihat Arion begitu intens menatapnya atau lebih tepatnya menatap tubuhnya?
"Denger nggak lo?" tanya Arion sekali lagi sambil mendekat pada Arika yang refleks langsung hendak menjauh, tetapi tidak berhasil.
"Dengel, Kak ...." jawab Arika gugup. Apalagi saat tangan kekar itu menyentuh wajahnya, menyuruh Arika agar mendongak. Arika sudah ingin menangis karena tidak tahan dengan tatapan tajam dari sang abang serta ia takut abangnya akan kembali seperti malam tadi.
"Kalo sampai lo ngadu ke Artan atau siapapun, gue nggak segan-segan ngelakuin yang lebih dari malam tadi. Jadi, gue minta lo diam," bisik Arion tepat di telinga Arika.
Gadis itu langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali, jangan lupakan juga tangisannya yang mulai terdengar.
"Alika janji nggak akan bilang sama siapa-siapa, Bang ...."
"Good girl." Arion mengusap lembut rambut hitam milik adiknya. Tidak memedulikan bahwa sang empu sangat ketakutan sekarang. "Lo ngerti sama apa yang gue lakuin malam tadi?"
"Enggak hiks ... Abang meluk sama nyium lehel Alika. Alika cuma tau itu ...."
Arion tersenyum sinis, ternyata selain polos adiknya ini juga bodoh, ah atau lebih tepatnya kelewat polos? Dalam hatinya Arion sudah tertawa. Di zaman seperti sekarang, masih ada saja gadis seperti Arika yang bahkan tidak tahu sama sekali dengan perlakuannya malam tadi.
Tanpa berkata lagi, Arion bangkit dari duduknya. Meninggalkan kamar bernuansa kuning itu dengan rasa bahagia. Tidak ada sama sekali penyesalan dalam dirinya setelah berbuat demikian pada Arika yang kini masih menangis ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What should we do?
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plester dengan motif dino, tapi Arjuna justru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bukan pada plester nya...