JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA
Follow wp : Secrettaa
Ig : @aleeeeeeeee_0019Jangan lupa vote+komen
🌻HAPPY READING🌻
Jika biasanya setiap hari minggu Nataya atau yang biasa dipanggil Nata itu selalu berkumpul bersama teman-temannya, maka berbeda dengan sekarang. Sebab sang abang sudah sadar, Nata pun memutuskan untuk menemani abangnya saja. Namun, jika mendengar celotehan abangnya tentang Arjuna, ia jadi ingin berkumpul bersama teman-temannya saja rasanya.
"Please, Bang. Udahan kenapa sih ngomongin tu orang mulu," kesal Nata sebab sedari awal dia datang, Angkasa terus saja membicarakan perihal musuhnya. Siapa lagi jika bukan Arjuna.
Angkasa hanya tersenyum dan beralih menggenggam tangan adiknya. Nata yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu hanya membiarkan Angkasa mengusap punggung tangannya.
"Abang udah sembuh, lagian Abang udah bilang kan sama kamu. Kalau Arjuna nggak ada hubungannya dengan kecelakaan yang Abang alami." Angkasa memang sudah sepenuhnya sadar, meski ia masih kesulitan berjalan sekarang namun seiring berjalannya waktu kaki nya pasti akan sembuh dan kembali bisa berjalan normal. Angkasa hanya perlu terapi sebab ia terlalu lama berbaring, ia perlu membiasakan kakinya berjalan.
Seperti sekarang, Angkasa tengah berlatih berjalan ditemani oleh Nata yang dengan setia membantu perawat yang terus memberikan arahan pada abangnya.
"Tapi Abang balapan sama Arjuna malam itu dan aku liat sendiri gimana tubuh Abang t--"
"Nataya, kamu nggak bisa menyalahkan Arjuna atas yang terjadi karena kecerobohan Abang kamu ini sendiri." Angkasa menghentikan langkahnya dan menyuruh Nata agar melepas tangannya. Ia ingin mencobanya sekali, berjalan sendiri tanpa ada yang membantu.
Satu langkah, dua langkah Angkasa tampak menikmati waktu terapinya dengan senyum tak pernah luntur sekalipun. Begitu juga Nata yang melihatnya, ia bahagia melihat Angkasa perlahan sembuh.
"Ternyata bisa secepat ini ya, untuk hari ini cukup. Kita lanjut besok lagi, istirahat yang cukup ya Angkasa. Saya pamit dulu."
Kedua laki-laki itupun mengangguk, tak lupa mengucapkan terima kasih pada sang perawat.
"Gimana juga, Arjuna tetap teman kamu. Abang jadi merasa bersalah sama kalian berdua, terutama Arjuna yang harus ngehadapin adik abang ini yang sering emosian dan ngajak tawuran." Angkasa mengacak gemas rambut Nata yang hanya pasrah. Waktu terapinya sudah selesai, keduanya memutuskan untuk tetap di sana.
"Dari mana Abang tau? Apa bunda yang cerita?"
"Ya, bukan karena bunda cerita gitu aja, tapi abang yang maksa," jelas Angkasa. "Abang punya permintaan sama kamu."
"Apa?" Nata memfokuskan tatapannya pada Angkasa, menunggu apa yang akan abangnya katakan.
"Balik jadi Nata yang seperti dulu lagi dan baikan sama Arjuna."
Nata langsung mengalihkan tatapan ketika mendengar permintaan yang sepertinya sangat sulit untuk ia wujudkan itu.
"Kamu nggak bisa?" Seolah tahu pikiran adiknya, Angkasa kembali membuka suara. "Abang nggak pernah ngajarin kamu merokok dan jadi anak yang nakal, tapi ternyata kamu belajar sendiri dan abang sebagai contohnya. Begitu 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What should we do?
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plester dengan motif dino, tapi Arjuna justru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bukan pada plester nya...