JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA
FOLLOW Secrettaa
INSTAGRAM @aleeeeeeeee_0019
🌻HAPPY READING🌻
_
_
_Jika biasanya Arika akan bangun kesiangan dan masih terlelap di dalam mimpi, maka pagi ini berbeda. Gadis dengan seragam sekolah dan tatanan rambut yang diberi bando kain kuning itu tampak tersenyum ceria menatap pantulan dirinya. Padahal hari masih subuh, tetapi ia sudah menyiapkan segalanya hanya tinggal berangkat saja.
"Walaupun nggak pelgi sama Janet. Alika tetap semangat ke sekolah!"
Seperti biasa, Arika selalu berbicara random pada dirinya sendiri, tak lupa senyum manis terus terpatri di wajahnya.
Arika mengambil pisang yang malam tadi tidak sempat dimakan karena aksi ngambeknya dengan Arion. Ah, mengingat itu membuat Arika kembali kesal. Abangnya yang satu itu sangat cepat sekali berubah, membuat Arika bingung menghadapinya seperti apa.
Ditengah menikmati pisang, suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Arika. Ia menatap orang itu dengan senyum yang masih sama.
"Yeay, Abang balik!" Arika merentangkan kedua tangan, menyambut kehadiran sosok bertubuh besar yang ternyata adalah sang ayah.
"Ini Ayah."
Arika melepaskan pelukannya sebentar, memastikan yang ia peluk adalah Artan, tapi sayang ternyata ia memang salah lihat. Arika kembali memeluk erat ayahnya. "Alika kila tadi Abang, hehe ...."
"Kamu nggak rindu sama Ayah, hm?"
"Alika lindu kok, cuma tadi Alika kila yang masuk itu Abang Altan. Soalnya 'kan Bang Altan selalu ke kamal Alika kalo balik kelja jauh. Ayah kenapa suluh Abang pelgi kelja telus sih, mana pelginya lama. Alika jadi ndak ada temennya," cerocos Arika seraya melepaskan pelukan. Menampilkan wajah sedihnya di depan sang ayah yang justru terkekeh dan mencubit pipi chubby Arika gemas.
"Biar Abang kamu mandiri. Bang Artan kerja juga buat Arika 'kan? Buat beli jajan, susu pisang sama pisang kesukaan Arika?"
Arika menatap ayahnya bingung. "Telus kalo Ayah keljanya buat siapa? Bukan buat Alika gitu?"
Darma mengajak Arika agar duduk di kasur, karena sedari tadi keduanya hanya berdiri saja. Wajah lelah yang telah berumur itu selalu menampilkan senyum. Apalagi ketika berinteraksi dengan Arika, hampir setiap detiknya ia tersenyum. Seolah beban dan rasa lelah seharian bekerja hilang begitu saja ketika melihat wajah anak perempuannya ini.
"Ayah kerja buat kalian semua. Buat Arika juga, makanya Arika harus jadi anak yang baik dan pintar di sekolah, oke?"
"Oke, Ayah. Alika bakal jadi anak baik dan pintal nanti di sekolah. Alika janji ndak bakal nakal-nakal!" jawabnya dengan yakin dan penuh semangat.
Karena tidak tahan dengan tingkah menggemaskan anaknya, refleks Darma mengusap rambut Arika. Membuat sang empu sibuk merapikan kembali tatanan rambutnya seperti semula.
"Jangan diacak Yah, Alika udah lapi loh."
"Sini, Ayah sisirin." Darma mengambil sisir dari tangan Arika dan mulai menyisir rambut itu.
Arika tampak sangat menikmati momen yang bisa dibilang langka ini, ia menatap pantulan dirinya dan sang ayah di kaca. Wajah serius Darma saat menyisiri rambutnya, benar-benar membuat Arika tidak tahan untuk tak tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
What should we do?
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plester dengan motif dino, tapi Arjuna justru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bukan pada plester nya...