BAGAIMANAPUN KEADAAN KAMU HARI INI, JANGAN LUPA UNTUK SENYUM🐯
GIMANA FEBRUARI KALIAN? 📈📉
FOLLOW WP Secrettaa
INSTAGRAM @aleeeeeeeee_0019VOTE+KOMEN SETIAP PARAGRAF KALO BISA, OK?
🌻HAPPY READING🌻
_
_
_"Arika, nggak boleh ngomong gitu. Nggak sopan." Artan menatap serius pada adiknya yang sepertinya masih mencerna situasi sekarang.
"Om itu ambil dada ayam Alika, Bang. Huaa ...." teriaknya menunjuk pada Gino yang pura-pura tidak mendengar teriakan itu dan tetap fokus dengan ayam yang baru saja ia ambil dari Arika.
Mungkin karena kesal dan juga lapar, Gino dengan entengnya menyomot ayam milik Arika yang masih terlihat utuh. Bahkan, ia sangat menikmati makanannya, tanpa banyak bicara dan tidak peduli pada tatapan sekitar. Apalagi tatapan istrinya yang seolah memperingati dirinya.
"Aku kesel sama dia, Yang. Masa ngejek aku gitu," ujar Gino berbisik di telinga istrinya, memberi penjelasan maksud ia memakan dada ayam milik Arika.
"Tapi nggak pa-pa deh, Alika udah kenyang juga kok. Om makan aja sepuasnya," tambah Arika menormalkan kembali mimik wajahnya yang semula sudah siap menangis. Arika meminum susu pisangnya seraya menatap Arjuna yang sudah selesai dengan sarapannya.
"Enak 'kan?" tanya Arika seolah sudah kenal lama dengan laki-laki berwajah tegas itu. Padahal kenyataannya tidak sama sekali, tetapi entah kenapa Arika merasa nyaman mengobrol dengan laki-laki ini, tidak ada rasa canggung dan takut ia rasakan. Terlepas dari bagaimana pertama kali mereka bertemu.
Arjuna mengangguk, lalu menerima kotak bekal dari sang bunda yang tentu saja sudah diisi. "Makasih, Bun," ucap Arjuna dan kembali menatap pada Arika.
"Gue pergi dulu, sampai jumpa nanti," pamitnya pada Arika yang masih mencerna maksud dari perkataan Arjuna.
"Kak Juna, kalau ke sekolah itu, harus bawa bekal, ya?" celetuk Arika berhasil menghentikan pergerakan Arjuna.
"Kak Juna?"
Arika menampilkan senyum polosnya seraya mengangguk. "Alika 'kan nggak bisa ngomong el, jadi disingkat aja, Juna. Telus pas liat Kak Juna sedekat ini beldili di dekat Alika ... Alika balu sadal, halus manggil kamu Kak, soalnya badan Kak Juna besal."
Arjuna hanya tersenyum tipis mendengar penjelasan yang tidak masuk akal dari Arika. Sebelah tangannya spontan terangkat dan mengacak gemas rambut hitam itu.
"Ish, jangan diacak!" kesal Arika melototkan matanya pada Arjuna yang justru terlihat sangat menggemaskan.
"Gue emang suka bawa bekal," ujar Arjuna menjawab pertanyaan Arika beberapa saat tadi.
"Oh gitu ...." Arika tampak menganggukkan kepalanya dan terus menatap pada Arjuna yang sekarang mulai melangkah keluar setelah tadi berpamitan pada kedua orang tuanya.
Sebelum memakai helmnya, Arjuna lebih dulu menatap Arika.
"Hati-hati, Kak Juna!" ujar Arika seraya melambaikan tangan.
Lagi-lagi Arjuna tersenyum tipis. Cepat-cepat ia memakai helm hitamnya, karena kedua pipinya terasa panas sekarang dan Arjuna tidak ingin ada orang yang menyadari pipinya memerah hanya karena ucapan hati-hati dari Arika. Bisa-bisanya ia dibuat salah tingkah oleh gadis polos nan menggemaskan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What should we do?
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjadi awal kisah mereka. Hanya sebuah plester dengan motif dino, tapi Arjuna justru jatuh cinta untuk pertama kalinya. Bukan pada plester nya...