19. •|𝚃𝚎𝚛𝚖𝚒𝚗𝚊𝚕|•

512 82 7
                                    

Reyaksa dan Reyan tengah bersiap-siap menuju rumah Asilla. Meminta Asep untuk mengantarkannya ke rumah Asilla.

Setelah sampai dirumah Asilla. Asep mengantarkan Reyaksa dan keluarga Asilla ke terminal yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Asilla.

"Yakin lu bos mau naik bus?."tanya Asep. Mereka sudah sampai di terminal.

"Kali-kali berbaur sama yang lain. Tenang aja. Mobil gua nanti lu yang anter ke rumah Bibi."ucap Reyaksa santai.

"Okelah, ni mobil gua bawa balik kampung. Kampung gua sama dia deketan. Beda Kecamatan doang."

Suasana terminal sangat ramai, semua orang berlalu lalang mencari bus yang ingin mereka tumpangi. Sangat bising, sebagian ada yang sibuk menelfon entah siapa dan sebagian orang ada yang repot membawa tas besar smbil terus berjalan menggenggam tangan anak mereka agar tidak hilang ditelan kerumunan.

Reyaksa yang larut disugui pemandangan terminal yang ramai inipun tak sadar bahwa Asilla sudah jauh didepannya. "Sial Bibi ilang."gumam Reyaksa saat menyadari bahwa dia terpisah dengan Asilla.

dengan teliti, mata Reyaksa mencari Asilla. Sampai akhirnya ia menemukan Asilla didepan sebuah bus bertuliskan Dadi Jaya. Reyaksa langsung berlari menghampiri Asilla.

"Gila, lu kok ilang sih?"ucap Reyaksa saat sampai dihadapan Asilla yang tengah berkecak pinggang.

"Ngotak, yang ilang tuh elu bukan gua."geram dengan Reyaksa akhirnya Asilla menarik Reyaksa untuk memasuki bus.

Kedua orang tuanya sudah duduk manis di kursi penumpang di kursi paling depan bersama Adit dan Reyan. Sementara Asilla dan Reyaksa duduk di kursi penumpang belakang. Ini semua ulah Reyaksa, karna tadi ia tertinggal, jadilah Asilla harus bersusah payah mencarinya. Untung saja ia dan Reyaksa masih kebagian kursi.

"Untung kita masih kebagian kursi"kesal Asilla melirik sinis Reyaksa.

"Yaudah biasa aja dong, toh kita gak duduk paling belakang banget"balas Ready dengan tanpa dosanya.

"Kolor lu bolong-! Kaga paling belakang lu bilang? Ini dibelakang kita kursi paling belakang. Gua pastiin lu kalo duduk disitu bakal muntah. Untung aja kita gak duduk disitu, coba kalo disitu. Mana dempet dempetan ama orang-orang. Udah gitu pusing pula. Gua tuh tadinya mau duduk di bangku yang ada tiga. Biar lega-an. Lah ini malah dapet yang bangkunya dua. Udah gitu sebelahnya diisi ama lu lagi. Ih menajiskan"cerocos Asilla geram, dia tak habis pikir raut wajah Reyaksa datar seakan tak terjadi apa-apa.

"Ini bus kapan jalannya sih?. Gua kegerahan nih"gumam Reyaksa sambil mengelap keringatnya.

"Bi, lu marah ama gua?"tanya Reyaksa.

"Hmm"

"Lah ko marah?. Seharusnya gua yang marah. Lu tadi ninggalin gua, kemungkinan besar gua bakal ilang loh. Untung gua tadi liat lu, coba kalo kaga. Pasti gua udah diculik sama tante-tante"ucapnya berusaha membela diri.

"Mati aja lu sono"kesal Asilla.

"Dih gitu ya lu ama g-AAAA INI KE-hmmmp"Reyaksa langsung berteriak ketika mesin bus dinyalakan. Rupanya bus sudah cukup penumpang, akhirnya buspun melaju meninggalkan terminal untuk menuju kampung halaman.

Seketika penumpang bus menatap Reyaksa heran. Asilla yang malu pun segera membekap mulut Reyaksa lalu memeluk kepala Reyaksa untuk meredam malunya.

"Diem, jangan gerak, gausah protes. Lu malu-maluin tau gak sih."bisik Asilla sambil terus memeluk kepala Reyaksa.

Setelah mereka sudah tidak menjadi pusat perhatian. Asilla menghembuskan nafasnya lega"Bwibwi gwa mo matwi"suara Reyaksa teredam oleh pelukan Asilla yang sangat erat.

"Eh sorry lupa"merasa bersalah, Asilla memperhatikan wajah Reyaksa yang memerah karna kehabisan nafas.

"Gila gua mau mati"ucap Reyaksa sambil mengatur nafasnya.

"Ya maap, lagian lu nora banget. Dari tadi nanyain kapan bus jalan. Giliran jalan aja malah nora"cibir Asilla meledek.

"Yakan gua kaget. Ini pertama kali gua naik bus kaya ginian."sinis Reyaksa.

"ck, dasar orang kaya"

"Kaya pake banget"








Hais maap jarang up Hehe
Jan lupa follow, comen+vote
Byeeee

REYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang