"Gak mau, bentukannya aneh."
"Makan gua bilang-!"
"Dih maksa"
"Ya elu jangan gak mau gak mau dulu, makan dulu. Emang lu tau dari mana ini pait, makan aja belom"
Sedari tadi Asilla tengah pusing. Reyaksa yang bandel tidak mau memakan rujaknya.
"Kenapa sih ribut mulu."ucap Didit yang baru datang dari arah dapur.
"Ini dia gak mau makan. Katanya rujaknya aneh"balas Asilla kesal.
"Kirain rujak buah lah ini malah rujak kangkung, mana ada kangkung di rujak"tutur Reyaksa tak kalah kesal.
"Disini emang khas nya kaya gini. Sini-sini Bapa suapin" Didit menyuapi Reyaksa yang sudah pasrah. Setelah masuk ke mulut Reyaksa. Ia mengunyahnya dengan takut.
"K-ko enak?"ucap Reyaksa ditengah aktifitas mengunyahnya.
"Kan, batu dibilanginnya"kesal Asilla lalu meninggalkan ruang tamu.
"Makan yang banyak Rey,"ucap Didit sambil membelai surai legam Reyaksa.
Tidak tau kenapa, Didit seakan disihir oleh kedua anak itu, Reyaksa dan Reyan. Seperti ada kepedihan terpancar dari bola mata Reyaksa saat sedang melamun. Saat Reyaksa meminta izin untuk ikut pulang kampung bersama keluarganya, seakan ada sesuatu yang tengah menguasai alam bawah sadarnya. Ia langsung mengizinkan Reyaksa, saat Reyaksa menceritakan secuil kisah malang bersama keluarganya.
"Om, Reyaksa mau ajak temen-temen kesini boleh?" ucap Reyaksa meminta izin.
"Boleh, panggil Bapa aja. Biar sama kaya Asilla dan Adit."balas Didit tersenyum lembut.
"Makasih Om...eh Bapa"Reyaksa sekuat tenaga menahan air mata yang sebentar lagi tumpah. Ia langsung mendongak keatas, tak mau terlihat lemah dihadapan orang lain hanya karna ia mengingat kedua orang tuanya.
Didit yang melihat itu langsung mengerti,"Dah, abisin makannya. Bapa mau ke rumah Pak Rt dulu, mau laporin kamu. Nanti warga mikir yang enggak-enggak lagi."
"Iya Pa, makasih sekali lagi"ucap Reyaksa tersenyum canggung.
***
Asilla yang tengah duduk santai di teras bersama Adit dan Reyan, sontak membulatkan mata kaget. Beberapa orang mendorong motor besarnya, menepi lalu memarkirkan motornya di samping rumah Asilla. Mereka masih punya sopan santun, untuk ukuran jalan kampung yang tak besar ini, pasti akan bising jika mereka mengendarai motor besar secara bersamaan.
"Assalamualaikum" salam mereka kompak berbaris rapih didepan rumah Asilla.
"Wa'alaikumsalam, lu pada ngapain hah?"bingung Asilla.