Happy Reading
"Yakin lu mau balik?"
"Iyalah ego, yakali lebaran gini dia gak kangen orang tuanya"
Asep menjemput Reyaksa di siang hari, hari ini adalah hari raya idul fitri. Reyaksa tiba-tiba di telfon oleh ayahnya, dia juga kangen mommy nya .Jadi dia memutuskan untuk kembali hari ini juga ke Jakarta, untungnya Asep siap mengantarkan, karena keluarga Asep sebagian besar ada di Jakarta.
"Hati-hati, jaga kesehatan, kalo ada apa-apa cerita sama kami aja ya?.... Dah, baik-baik di sana."Leli sudah menganggap Reyaksa seperti anaknya sendiri, katanya Reyaksa pria yang tampan dan penurut.
"Dah, gih sono lu. Nanti jangan lupa main, mungkin kita pulang ke sana sekitar empat harian lagi"Didit sangat tau anak ini sebenarnya rapuh cuma berusaha menutupi.
"Baek-baek bos, nanti kita main monopoli lagi. Oke?"
"Mmmm, Adit main ya?....Mommy main nanti ke lumah Ley"Reyan berusaha untuk tidak menangis, karna sudah berjanji pada Asilla untuk menjadi anak yang penurut.
Setelah berpamitan Asep dan Reyaksa langsung caw menuju Jakarta. Perjalanan memakan waktu kurang lebih delapan jam. Selama perjalanan Reyaksa sibuk dengan pikirannya, apa yang akan terjadi jika ia bertemu ayahnya nanti.
Reyaksa sampai saat hari sudah larut, Asep mengantar Reyaksa sampai ke pintu Apartemen, dengan Reyan yang sudah pulas di gendonganya.
Pintu Apartemen terbuka sebelum Reyaksa memasukan sandi, menampakkan pria paruh baya yang dulu sangat Reyaksa kagumi. Wajahnya semakin menua seiring waktu, mengenakan jas formal yang biasa dulu Reyaksa lihat saat pagi hari berpamitan untuk bekerja.
Mereka saling tatap, Reyaksa berusaha sekuat tenaga untuk tidak membenci orang dihadapannya ini. Bayang-bayang beberapa tahun lalu terlintas, kembali menyayat luka yang telah lama mengering.
"Kenapa?"
Plak.
Tamparan mentah nyaring terdengar, Asep yang kaget pun mundur beberapa langkah. Memperhatikan anak dan ayah yang sepertinya sedang sibuk dengan perasaan dan emosinya masing-masing.
"AYAH CUMA MINTA KAM-"
"APA-!, GUA GAK TAU. BUKAN GUA......BUKAN GUA YANG BIKIN MAMAH JADI KAYA GINI. INI SEMUA ULAH TEMEN BAJINGAN AYAH ITU...."
"OMONG KOSONG, ITU SEMUA BUALAN KAMU DOANG KAN?"
"Aksa mohon Yah..... Kali ini aja Ayah percaya sama Aksa, Aksa gak bohong. Aksa mau ketemu Mamah. Liat Reyan sudah besar, Reyan nyariin mamah terus kasian dia...."Reyaksa mengatakannya sambil menahan tangisnya sebisa mungkin.
"Tenang aja, Ayah dateng kesini mau jemput Reyan. Ayah gak akan bilang mamah dimana, sebelum kamu ngaku kalo kamu yang bikin mamah celaka."
"GAK, REYAN HARUS SAMA AKSA. AYAH GAK BISA BAWA DIA GITU AJA, AKSA YANG RAWAT DIA DARI KECIL DAN SEKARANG AYAH MAU AMBIL DIA? KEMAREN-KEMAREN KEMANA AJA LO HAH? DASAR BRENGSEK"
Bugh.
Satu bogeman mendarat di rahang kiri ayahnya, sudut birnya terkoyak, tak sampai disitu Lingga selaku ayah Reyaksa tak tinggal diam, adu jotos tak dapat di hindari sampai Reyan yang tadinya tertidur pun terbangun karena suara gaduh.
"JANGAN PUKUL DADDY LEY JANGAN PUKULLLL JANGAN"triak Reyan berusaha turun dari gendongan Asep, Asep hanya bisa berusaha menahan Reyan, sambil memeluknya.
"PERGI LO. GUA TAU SEMINGGU LALU LU JALAN SAMA CEWEK KAN, HAH-!"
Plak.
Satu tamparan lagi mendarat di pipi kiri Reyaksa. "Lu lebih percaya sama temen lu itu kan? Gua anak lu bukan si?"
Setelah mengatakan itu Reyaksa menarik Asep masuk kedalam Apartemen. Untungnya Ayahnya tak masuk lalu membuat rusuh.
"Mmmm bos, g-"
"Lu boleh pulang. Rey tidurin diatas kasur. Gua mau cucimuka"ucap Reyaksa memasuki kamarmandi.
Setelah cucimuka ia masih melihat Asep yang tengah menidurkan Reyan"Sep pulang gih, dah malem. Makasih udah bantuin"
"Lu gak mau cerita apa gitu bos?"
"Gak dulu deh, gua capek mau tidur"
"Luka lu jan lupa obatin"
"Beres"
***
"Mom..... Rey rindu, Ayah jahat, dia gak mau ngasih tau mamah dimana. Mommy sayang Rey?"
"Kalo aja mommy masih ada, pasti Rey gak akan selemah ini. Mommy pasti bahagia disana. Maaf Rey rapuh, sebentar aja mom..... Rey mau nangis disamping mommy, sambil dipeluk, terus mommy tepuk kepala Rey kaya dulu, m-mommy...."
Di sini lah Reyaksa menumpahkan semuanya. Setelah nengantarkan Reyan ke rumah Asep, Reyaksa melajukan motornya menuju pemakaman. Tertulis nama Aniska Glaira Binti Adiman di batu nisan itu.
Menyandarkan kepalanya pada batu nisan itu, membayangkan jika batu nisan itu adalah bahu yang selama ini ia rindukan, memeluk gundukan yang di tumbuhi rumput yang terawat rapih dengan tangis yang semakin pecah.
Reyaksa sangat rapuh saat ini, dia hanya mau mommynya. Ingin di peluk seperti dulu, di cium setiap pagi dan setelah pulang sekolah. Bercerita sambil menyandarkan pundaknya di bahu nyaman sang ibu.
Itu sudah lama sekali, bahkan ia lupa kapan terakhir kali merasakannya. Reyaksa yang kuat hanyalah topeng untuk menutupi segala kerapuhan. Andai ayahnya percaya dan mau mendengarkan cerita dari sudut pandang Reyaksa, pasti semua duka ini tak akan menimpa hidupnya.
"Mom.... Reyan sekarang sudah besar, dia nanyain mommy, Rey gak kasih tau mamah sama Reyan, Rey gak tau harus ngasih taunya gimana. Maafin Rey mom, Rey gak tau apa-apa. Mommy percaya Rey kan....Rey-Rey t-takut mom.."Reyaksa terus mengungkapkan apa yang selama ini membuatnya takut, berusaha cerita dengan mulut bergetar.
"Dia yang bikin mamah celaka, b-bukan Rey..... R-rey sendirian.... Rey ketakutan mom, gak ada yang peluk Rey...."
Setelah puas menangis Reyaksa terlelap, dia menyandarkan bahu dan kepalanya pada batu nisan, dan lengan kanannya memeluk gundukan tersebut.
"Rey.... Sayang, bangun sayang, mommy disini, ayo bangun" Reyaksa yang baru saja terlelap terbangun karena tepukan halus di pipi kanannya.
"M-mommy?"gumam Reyaksa parau.
"Iya sayang sini"
Reyaksa memeluk sang ibu dengan tangis yang kembali pecah."M-mom, R-rey takut hiks...hiks "suaranya terredam oleh pelukan hangat sang ibu, terdengar sangat pilu.
"Gak usah takut sayang, maafin mommy ya? Mommy cuma bisa bantu do'a, jagain kamu dari jauh. Mommy gak pernah ninggalin Rey, mommy tau Rey gak salah. Buktikan sama ayah kalo kamu itu gak salah, jaga Reyan dengan baik dan jaga mamah dengan baik, kuat ya sayang ya?. Anak mommy gak boleh lemah"
Maapin banyak typo:v
Jan lupa vote+comen.
Bye