𝟸𝟷.•|𝚔𝚊𝚖𝚙𝚞𝚗𝚐|•

458 70 0
                                    

Azan subuh berkumandang. Hawanya memang selalu beda, sejuk dengan semilir angin yang membuat ranting pohon menari-nari mengikuti alurnya.

Asilla sekeluarga sudah sampai di tujuan tadi malam. Reyaksa masih tertidur pulas di sofa panjang ruang tamu, Adit dan Asilla masih tertutup oleh selimut bersama Reyan yang tak mau lepas dari Adit.

Didit memakai sarungnya, berpenampilan khas untuk ibadah. "Cilla, Adit, ayo bangun. Solat berjamaah di musolah."

Asilla dan Adit yang biasanya susah dibangunkan. Lain lagi jika di kampung, mereka akan bersemangat melakukan apapun.

Didit yang tak tega melihat Reyaksa, akhirnya ia memapahnya menuju kamar tamu.

Keluarga kecil ini pergi ke musholah dengan langkah sejajar sambil melemparkan candaan. Leli melantunkan sholawat dan Didit yang bercerita, memberi tahu anaknya setiap Asilla dan Adit bertanya tentang sejarah kampung mereka.

***

"Elu mah elu mah elu mahhhh, kan itu punya gua-!"

"Ambil nih"

"EMA, CILA PAKE CLANA BOLA ADIT TUH"

"CILA PINJEM KOK"

Ada saja memang tingkah kakak beradik ini. Adit tengah marah besar karena clana bola kesayangannya dipakai oleh Asilla.

Didit datang dengan membawa clana bola yang serupa, lalu dilemparnya pada kedua anak yang mirip Tom and Jarry itu.

"Itu punya kamu ada Cil, ganti sono."geram Didit.

"Gamau PW"

"Bapaaa"

"Adit, ganteng, ngalah. Sini ikut Bapa ke rumah temen."

"Mampus gadiajak wleee"seringai Adit merasa menang dari sang kakak.

"Dih, pergi lu sono huuu."

Reyaksa yang baru bangun tidur seketika linglung karna ini bukan di kamarnya, dia baru ingat sedang dimana ia sekarang. Dengan malas akhirnya Reyaksa bangun dari kasur. Mencari keberadaan Asilla.

Disini rumah Asilla terbilang cukup luas, khas rumah-rumah di kampung yang memiliki banyak jendela dan pintu. Reyaksa menemukan Asilla di ruang tamu, tengah terlentang di sofa single, badannya membentuk huruf U dengan kaki menjuntai kearah kanan dan kepalanya mendongak keatas sambil memainkan ponselnya di arah kiri sofa.

"Bi"panggil Reyaksa.

"Anjing kaget"

"Sialan"

"Lagian elu dateng-dateng bukannya salam malah ngagetin"kesal Asilla.

"Lu ngapainsi tiduran begitu? Gak sakit apa itu punggung ketekuk gitu. Itu sofa panjang kan ada"

"Dih suka-suka lah"

"ASILLAAA BELIIN RUJAK GIH," triak sang ema di dapur.

"MANA DUITNYA?"

"ABIL DIATAS TV, BELI DUA, TANYAIN KALO REY MAU BELI 3."

"ikut kaga lu?"tanya Asilla pada Reyaksa.

"Boleh, naik apa?"

"Naek kaki"Asilla mengambil uang diatas tv lalu keluar dengan Reyaksa yang terus membuntutinya.

"Loh?, anaknya Mas Didit ya?" tanya salah satu warga yang melihat Asilla.

Asilla yang merasa ditanya pun langsung menghampiri segerombolan Ema-ema yang sedang ngegibah tersebut.

"Eh, iya Mbak"Asilla menyalimi mereka diikuti oleh Reyaksa yang ikut menyalami pula.

"Yaampun ganteng banget siapa ini?, calon atau suami?"tanyanya.

"Hah?, e-enggak kok Mbak, ini temenku dari Jakarta. Lagi main." jawab Asilla gugup.

"Oh kirain, abis ganteng banget"

"Ih kamu dulu kecil banget, tiba-tiba udah gede aja. Merantau terus sih"

"Tau, dulu kamu kecil main sama anak saya. Mau gak sama anak saya, ganteng loh dia...."

"Aduh, teh ini mau beli rujak dulu takut gak kebagian." serkas Asilla merasa kalau posisinya disini sudah tidak aman. Setelah itu ia langsung menarik Reyaksa menuju kang rujak depan gang.

Setelah sampai disana ternyata antriannya masih lumayan panjang "Lu diem disini. Gua mau mesen dulu"

Asilla menghampir penjual rujak tersebut "Mbak rujak kangkung tiga. Saya tunggu di sana ya?,"

"Siap, anaknya Mas Didit ya?" tanya penjual.

Asilla hanya membalas anggukan seraya tersenyum lalu kembali duduk di samping Reyaksa yang sedang menerima panggilan dari seseorang.

"Iya udah lu sini, gua lagi beli rujak."

"......"

"Iya nyet iya, buruan."

Tut.

"Siapa?"tanya Asilla.

"Asep"

"Apa katanya?"

"Anak River ada di rumah Asep, katanya mau main ke sini."ucapnya santai.

"A-....... lu gila ya?, mau ngapain ke rumah gua?. Gila, gak-gak gak mau gua."tolak Asilla.

"Dih apaan anj-hmmmm" Asilla membekap mulut Reyaksa yang hampir saja mengeluarkan kalimat laknat itu.

"Plis bahasalu gausah kasar, ini kampung cuy, disini lu kalo ngomong kaya gitu dikira penjahat kabur dari kandang. Paham-!"bisik Asilla geram.

"Loh Nok, nopo toh?"ucap sipenjual rujak yang melihat tingkah aneh kedua anak muda ini

Hello cuy, maapin jarang up. Soalnya saya sibuk heheh
Maapin kalo sekalinya up banyak typo atau alurnya kurang nyambung. Pokonya buat kalian yang udah baca makasihhhhh banget makasih ini mah, and jangan lupa vote+ comen.

Bye bye 👋🏻

REYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang