25.•|𝚃𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚘𝚖𝚖𝚢|•

418 62 3
                                    

"Tolong...tolongin, Asep dikroyok di pertigaan deket pasar"Anak River yang tadinya lagi nyantuy di beskem tiba-tiba panik pas denger kabar dari Rian, mereka semua langsung caw ke lokasi.

Benar saja, Asep yang udah tergeletak tak berdaya. Sedangkan sisetan-setan masih pada mukulin Asep"WOY PENGECUT-!"triak Angga turun dari motornya, diikuti oleh Reyaksa, Rian dan Algi.

"Kita?, liat anak lo hampir mati"Gavin tersenyum mengejek, menendang perut Asep untuk kesekian kalinya.

"IBLIS-!"seru Reyaksa mengambil batu di dekatnya, batu yang pas di genggamannya itu ia lempar kearah Gavin, jarak Reyaksa dan Gavin yang tidak terlalu jauh membuat daya lemparnya semakin kuat.

Batu itu tepat mengenai kepala Gavin, Tawuran tak bisa dihindari, mereka yang emang dasarnya baru pulang sekolah jadi mempermudah buat ngabarin satu sama lain. Dengan Algi yang sibuk menelfon Fatah untuk membawa pasukan, dan kebetulan beskem Elang yang terletak di belakang pasar yang mempermudah mereka untuk memberi tahu anggota lain.

Beberapa menit berlalu, bau amis khas darah semakin menyeruak. Aksi lempar melempar batu yang paling dominan disini, tak sedikit dari mereka yang menggunakan kayu dan balok yang mereka dapat di sekitarnya.

"Sssss anjing"pekik Reyaksa kesakitan saat batu berukuran sedang mengenai kepala bagian belakangnya.

Tak lama kemudian, bunyi sirene polisi terdengar, semua membisu lalu sepersekian detik kemudian menghambur, berlari menyelamatkan diri. Begitupun Reyaksa dan anggota River lainnya. Dia masih sempat Menunggangi motornya. Melaju menyusurin jalan dengan kecepatan penuh.

Untungnya Asep sudah diamankan oleh Angga dan Algi. Mungkin sekarang mereka sedang menuju rumah sakit, mengingat luka Asep yang sangat parah, Reyaksa sedikit bersalah. Mereka celaka karena dendam yang dimiliki oleh Bara dan Reyaksa. Si ketua dari kedua geng itu mempunyai masalalu yang rumit.

Reyaksa tak tau harus kemana, ia mengikuti apa kata hatinya, hatinya membawanya menuju rumah Asilla, setelah sampai dia seenaknya mendobrak pintu rumah Asilla. Untungnya tidak terkunci.

"WOY MA.....ling"triak Asilla kaget, ia menatap Reyaksa sebentar. Mengamati wajah babak belur Reyaksa.

"Yaampun Rey, lo kenapa."

Reyaksa berlari, memeluk Asilla erat sambil terisak kecil. Asilla yang bingung pun langsung menggiring Reyaksa menuju kamarnya.

"Hei....lo kenapa?"Reyaksa hanya membalas dengan gelengan kecil, setia memeluknya dengan erat.

Untungnya Adit ada kerja kelompok, Ema dan Bapa sedang menjaga toko bunga. Jadi di rumah hanya ada dia dan Reyaksa. Aman.

"B-bi...."Asilla hanya membalas dengan deheman.

"Nangis yang kenceng, keluarin semuanya. Gua tau lu capek kan?,ayo nangis, gua temenin"Asilla mengusap punggung Reyaksa yang semakin menjadi-jadi. Dia menuruti Asilla, menurunkan egonya, menangis sejadi-jadinya.

Setelah beberapa menit akhirnya Reyaksa melepaskan pelukannya. Dengan mata sembap ia menatap dalam manik Asilla.

"Sebentar gua ambil P3K dulu"

Setelah mengambil kotak obat Asilla mengobati wajah Reyaksa yang sudah tak beraturan, ia fokus pada kepala bagian belakang Reyaksa yang tadi terkena lemparan batu.

"Mana lagi yang luka?" Reyaksa membuka seragam putih yang sebagian sudah bercampur darah.

"Astagfirullah Rey, ini kenapa bisa begini?"tanya Asilla kaget, ada sayatan memanjang di punggungnya, untungnya tidak terlalu dalam.

"Gak tau, kebacok kali"

"Makannya lain kali jangan berantem kaya gini, untung gak dalem"

"Sss ahh sakit bi" ringisnya saat Asilla mulai mengolesi alkohol pada lukanya.

"Tahan, bentar lagi udahan"setelah selesai Asilla meniup-niup luka Reyaksa secara bergantian.

"Selesai"pekik Asilla girang.

"Reyan kemana?"

"Gua titipin ke bibi gua"

"Oh"

"Bi.... Anter gua. Nanti gua tunjukin jalannya?"

"Hah?, kemana??"

"Ayooo, pake motor lo, gua mau dibonceng"

Asilla menurut, mengendarai motornya sesuai petunjuk Reyaksa. Hingga sampailah mereka di sebuah pedesaan, Asilla tidak tau ini dimana. Mengingat perjalanan tadi cukup memakan waktu dua jam.

"Gua yang bawa"ucap Reyaksa menukar posisinya dengan Asilla.

"Is, so kuat bege lu. Gua aja yang bawa"Asilla tetap kekeuh, dengan keadaan seperti ini Asilla tidak yakin bahwa Reyaksa bisa mengendarai motor dengan benar.

Reyaksa hanya mengangguk pasrah, tidak bohong kalau badannya masih belum cukup pulih"Ikutin jalan ini."

Asilla melewati kebun teh yang sangat luas hingga sampailah di ujung jalan, jalan buntu-!. Mana pohon gede semua pula,"R-rey, lo gak mau lecehin gua kan?"

REYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang