"Rey ah sum- ihhh muntahin semua-!. Jangan setengah-setengah"kesal Asilla.
Asilla sudah seperti ibu yang kerepotan saat anaknya mabuk perjalanan. Seperti Reyaksa saat ini, dari sepuluh menit yang lalu Reyaksa terus saja memuntahkan isi perutnya.
"Huek......u-udah capek."lirih Reyaksa.
Saat ini bus sedang berhenti di tempat peristirahatan. Bukannya makan Reyaksa malah muntah lagi"Yaudah udah, lu mah nyusahin ah. Ketauan gua laper"grutu Asilla sambil memapah Reyaksa.
"Daddy ayo emam"triak Reyan lantang. Reyan sedang memakan bakso bersama Adit dan kedua orang tua Asilla.
"Sana gih, duduk disana aja. Kasian dia pucet banget"tutur Leli tembut.
"Iya-iya"
Dengan pasrah Asilla memapah Reyaksa menuju sudut halaman peristirahatan bus yang luas.
Duduk di kursi panjang dibawah pohon rindang. Disuguhi pemandangan jalan raya antar kota yang cukup padat dan ditemani semilir angin yang menerpa rambut Asilla yang tergerai bebas.
"Bi, mau bobo"cicit Reyaksa dengan muka memelas.
Asilla meraih kepala Reyaksa lembut, menaruhnya di pundak Asilla lalu membelai surai legam Reyaksa"Udah dih jangan nangis. Tawuran aja lu maju, naek bus doang mabuk nangis pula. Dasar cengeng"kekeh Asilla saat Reyaksa memejamkan matanya lalu mulai menangis tanpa suara.
"Laper"cicit Reyaksa.
"Lu gak inget? Tadi lu cuma minum dan itu minum cuma bertahan 2 menit di perut lu terus dimuntahin lagi. Emang mau muntah lagi?"tanya Asilla yang dibalas gelengan kecil oleh Reyaksa.
Setelah lima menit mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Masih dengan posisi yang sama, Reyaksa yang masih menyenderkan kepalanya di pundak Asilla.
"Cil, pacaran mulu. Ayo noh busnya udah mau jalan lagi"ucap Adit yang tiba-tiba datang sambil menggendong Reyan yang tengah tertidur pulas.
"Ye sialan lu"
Reyaksa berjalan gontai sambil memegangi ujung baju Asilla menuju bus. Kali ini saat perjalanan berlangsung Reyaksa hanya diam sambil memejamkan matanya.
"Mmm Rey lu gak mau apa-apa gitu?"tanya Asilla cemas.
"Gak"
"Masih mual?"Reyaksa hanya mengangguk kecil.
Asilla bangun dari tempat duduknya. Berjalan hati-hati menuju kursi penumpang paling depan, menghampiri Leli dan Didit.
"Ma, gada minyak apa gitu?"tanya Asilla pada Leli.
"Apaan minyak jelanta?"jawab Leli dengan candaan.
"Ihh serius"
"Lah kan di tas kamu semua, kok malah nanya kesini?"ucap Didit.
"Tas kecilnya ketinggalan di rumah"jawab Asilla sambil menundukkan kepalanya.
"Bagus dah,"balas Didit tersenyum kecut.
"Nih, untung tadi gua beli. Jaga-jaga takut Reyan mabok"Adit menyodorkan minyak angin pada Asilla.
"Uluuu akrab bener lu ama dia"gemas Asilla saat melihat Reyan tertidur pulas di pangkuan Adit.
"Udah cocok jadi bapak belom ?"tanya Adit iseng.
Leli yang mendengar itupun langsung menoyor kepala anaknya"Sekola dulu yang bener, maen jadi bapa aja. Mau kamu kasih makan apa istri ama anak kamu? Dikasih makan cinta?"semprot Leli.
"Iya Ma, aelah becanda doang."
Asilla tak mau ambil pusing dalam perdebatan antara adiknya dan emanya itu. Ia bergegas menuju kursinya lagi.
"Rey melek dulu dah, nih perutnya kasih ini biar mendingan"ucap Asilla sambil menyodorkan minyak anginnya.
"Pakein"lirih Reyaksa sambil membuka matanya.
"Ih menja bener, pake sndiri."
Reyaksa menggeleng lemah lalu merubah posisinya kepalanya menghadap kaca jendela disamlingnya.
Dengan jantung yang mulai berpacu, Asilla berusaha mengumpulkan keberanian dan akhirnyapun"Mana sini gua pakein"
Seketika Reyaksa menghadap Asilla lalu mengangkat bajunya, menampakan perutnya yang begitu ideal"Disini"Arah pandang Reyaksa tertuju pada perutnya.
"Ck, turunin. Mau pamer perut apa gimana sih?"geram Asilla.
Reyaksa menurunkan bajunya lalu mengarahkan tangan Asilla yang sudah dituangkan minyak angin masuk kedalam bajunya.
Tubuh Asilla seakan kaku. Tangannya dimasukkan kedalam baju Reyaksa. Dituntun oleh Reyaksa, Asilla membalurkan minyak angin tersebut sampai merata.
"Bi, usapin perut gua dong"pinta Reyaksa tak berdosa.
Anjing, dia gak tau apa jantung gua mau lompat kek gini? Sialan. Grutu Asilla membatin.
"Bi...Bibi"
"Ah iya-iya"
Asilla menarik kembali tangannya. Reyaksa dengan manja menyenderkan kepalanya ke pundak Asilla. Lalu mengangkat sedikit bajunya. Perut Reyaksa ia tepuk-tepuk. Mengisyaratkan agar Asilla mengulang untuk mengusap perutnya lagi.
Dengan terpaksa Asilla mengusap perutnya lagi, meredam kegugupan sebisa mungkin agar Reyaksa tak menyadarinya.
"Mommy, do you miss me?"gumam Reyaksa pelan.
"Dasar baby boy"