28. •|𝙺𝚎𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛𝚊𝚗|•

521 48 14
                                    

Bastian sedari tadi merengek, membujuk Asilla agar mau ikut dengannya untuk memilih kado, karena minggu depan Mamah Bastian ulang tahun. "Gua bilang kaga mau-!, ndablek banget si lu"

"Plisss.....aku traktir deh. Aku bingung banget mau ngadoin apa" Bujuk Bastian lagi.

Asilla mengerutkan keningnya, berpikir. Ini masalahnya menyangkut gratisan. Asilla tidak akan menyia-nyiakannya.

"Boleh dah. Tapi traktir gua bakso ya?."

Bastian mengangguk semangat. Jangankan bakso, grobak baksonya sekalian juga bakal Bastian beli kalo Asilla yang minta.

"Balik sekolah gua tunggu di gerbang. Jan ngaret." Karna sudah lapar, Asilla lebih memilih untuk pergi ke kantin. Meninggalkan Bastian yang lagi mesem-mesem didepan kelas.

"BI"

Merasa terpanggil, Asilla pun menoleh. Siapalagi kalau bukan Reyaksa. Dia berlari menghampiri Asilla. Merangkulnya dengan senyum mengembang. Belakangan ini mood Reyaksa sangat bagus.

"Balik, ke taman yuk?."

"Mmmmm......gua ada janji sama Bastian"

"Oh, osis ya?"

"WOY-!, tungguin ngapa." Asep dan Fattah berlari menghampiri Asilla dan Reyaksa dari arah belakang.

"TEK, MAU DIRANGKUL JUGA DONG -!" Seru Asep berteriak sambil melirik lengan Reyaksa yang masih merangkul Asilla.

Reyaksa praktis melepaskan rangkullannya lalu kedua tanggannya Ia gunakan untuk menjewer telinga Asep da Fattah."Bacot aja heran." Desis Reyaksa gemas.

"Ampun,ampun....sakit banget gila" Rengek Asep kesakitan.

"B-os udah ahh....sakit tau"

Gelora tawa sepanjang koridor terdengar. Asilla yang emang dasarnya receh sudah menitihkan air mata, saking ngakaknya. Begitupun siswa-siswi yang melihat ikut menertawai mereka. Tak jarang ada yang memotret kejadin langkah itu. Kapan lagi ketua River menyeret Asep dan Fattah sambil menarik telinga mereka.

"Udah anjir hahahah....Asep muka lu kaya orangg nahan berak ahahha" Ucap Asilla ditengah tawanya.

"Rey udah woy, kasian. Potek baper noh. Mukanya blussing anjir. Merah semua."

Yang mendengarpun praktis tertawa karena ucapan Asilla."Sakit, bukan baper an- ahhh akhirnya."

Akhirnya Reyaksa menarik tangannya. Berjalan mencari bangku kosong untuk mereka duduki.

"Utututuuu Cian, amp merah gitu kupingnya" Asilla mengusap telinga Asep dan Fattah bergantian.

Mereka bertiga menghampiri Reyaksa di meja pojok. Seperti biasa suasana kantin selalu ramai. Reyaksa nampak anteng dengan ponselnya."Gua ke si Anggi dulu, kesian dia dewek bae"

Reyaksa yang melihat Asilla akan beranjak pun segera mencekal lengannya. "ANGGI, SINI LO-!" Triak Reyaksa menggema. Suasana kantin seketika menjadi sunyi.

"R-ey, kita diliatin satu kantin." Bisik Asilla takut.

Brak.

Reyaksa menggebrak meja."CEWE GUA GAK SUKA DILIATIN-!"

Setelahnya kantin kembali ramai seperti semula. Asilla tak ambil pusing akan ucapan Reyaksa barusan. Lengan kirinya masih digenggam Reyaksa.

"Duduk-!" Tegas Reyaksa.

Asilla menurut, mendudukkan dirinya disamping Reyaksa. Taklama kemudian Anggi datang dengan tergesa-gesa."Apa, apa, kenapa, Gua kenapa?" Ucapnya.

"Makan disini, temenin Bibi." Ucap Reyaksa.

REYAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang