21. Fatal Experiment [2]

23 9 0
                                    

11.20 AM

"Hey, Nevada! Woah, itu yang kau buat sejak berbulan-bulan yang lalu?" Arentha Nevada Prawara, ayah kandung dari Nagen, pria itu menoleh saat seseorang memanggilnya.

"Yes, kenapa memangnya? Tumben sekali mampir. Biasanya kau tidak akan mau datang kemari tanpa dipaksa."

Nevada melepaskan baju dokternya dan menyampirkannya pada sofa. Sosok yang ia ajak berbicara hanya tertawa. Tampaknya pria itu adalah salah satu rekan kerja Nevada.

"Ada yang harus aku bicarakan padamu."

"Oh? Kenapa?" Tanya Nevada sembari melakukan sterilisasi.

"Mesin penetral radiasi rusak parah. Athereio dan eksistensi di dalamnya sedang terancam." Nevada berhenti bergerak.

"Alvin, aku tahu kau serius, sungguh. Tapi ... kau yakin akan melakukan itu?" Tanya Nevada lagi. Tatapannya kosong dan hampa.

"Jika mesinnya meledak, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah membuang jauh-jauh anak-anak kita, setelah mereka melakukan sterilisasi. Masih ada 20 jam sebelum mereka benar-benar meledak, Vada."

Dia sahabat baik Nevada, Alvin Adhikari, ayah kandung Angga. Bisa dibilang sudah saling kenal semenjak bangku SMP. Memiliki kesamaan hobi dan passion, keduanya menjadi akrab dan memutuskan untuk bekerja sama saat muncul wabah ini.

"Tapi itu gila Alvin!" Alvin hanya tersenyum simpul.

"Ada berapa banyak lagi nyawa anak-anak itu yang mau kau korbankan, Nevada!?"

"Aku ... maaf, tidak, aku hanya ... ini berbahaya, Alvin."

"Nagen selamat, tenang saja. Dia akan melakukan operasi terakhir bagi pasien di pusat kota, mungkin lima jam lagi. Asistennya, Valora, ia juga selamat." Nevada terdiam.

"Angga?" Alvin tersenyum meski itu adalah senyuman putus asa.

"Angga sekarat, Vada ... apa yang harus aku lakukan? Terlalu terlambat ... gejalanya sudah terlalu berat untuk anak seusianya." Nevada terdiam.

"Kau serius Alvin? Aku tidak pernah melihatmu seputus asa ini, bahkan beberapa detik lalu kau masih bersemangat menghancurkan Athereio dan wabah ini." Alvin menatap Nevada yang baru saja duduk di hadapannya.

"Kau tahu, aku sejak kecil sudah sangat lemah, Vada. Bukan hal baru untukmu, kan?"

"Tidak sampai seputus asa ini yang sudah pernah kulihat." Komentar Nevada kemudian menyodorkan sekaleng kopi pada Alvin.

"Kau serius akan mengorbankan hati dan ginjalmu? Kau akan mati tanpa mereka. Angga membutuhkan yang utuh, bukan hanya setengah-setengah."

Alvin tertawa kecil, "Aku tidak bisa membunuh lalu memberikan organ korban pada anakku. Aku tidak segila itu." Nevada meringis mendengarnya.

"Setidaknya kau pernah menjadi segila itu..."

Dok-dok-dok!

"Masuk!" Seru Nevada. Seorang wanita membuka pintunya. Ia masih lengkap dengan seragamnya.

"Waktu kita berkurang sangat banyak. Mesin mulai berasap. Operasi terakhir harus selesai sebelum 10 jam lagi, kita harus mengevakuasi para dokter cilik, secepatnya." Nevada menatap Alvin.

"Kita berangkat sekarang. Terima kasih, Melinda. Siapkan helikopter!"

Alvin mengikuti Nevada menuju gudang seragam dokter wabah dan menerima salah satunya dari Nevada. 

LOYALTY [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang