27. Habis

36 7 0
                                    

Round 1

Little Flashback...

One hour before The Revenge... [Satu jam sebelum pembalasan.]

Langkah ke-empat manusia itu terus semakin cepat. Hingga kedua tim tiba di sisi yang berbeda dari gedung krematorium itu.

- LOYALTY -

"Raz? Siap?"" Tanya Farhan. Farraz menatap tangannya sebelum menatap Farhan dengan yakin,

"Demi Angga dan yang lain. Ya, ayo masuk!" Farraz memasang kembali topengnya.

Begitu pula dengan Farhan. Keduanya menyelinap masuk melalui pintu utara. Pintu itu terletak sangat dekat dengan tangga darurat dan sangat jauh dengan lift atau eskalator. Setidaknya naik tangga adalah salah satu pilihan terbaik.

"Whoa--" Farraz mundur beberapa langkah.

Seonggok mayat dengan darah segar yang terus mengalir tergeletak beberapa tangga. Tampaknya baru saja dibunuh oleh seseorang atau sesuatu.

"Er ... aku rasa kita bisa mengambil lift dari sini Raz, ayo." Farhan keluar lebih dulu dari persembunyiannya.

Teknik membunuh mayat itu terlihat sangat tidak menyenangkan, potongan, tusukan, dan lain-lain. Di mana teknik itu menyebabkan genangan darah yang berlebih dan membuat siapapun yang melihatnya bisa pingsan di tempat.

"Kita pernah ada di posisi ini ... hanya situasinya yang berbeda. Kita masih anak-anak, orang tua kitalah yang kita cari. Sekarang ... kita sudah cukup dewasa untuk mencari sesama kita. Raz, jika aku gugur dipertandingan kali ini, titipkan salamku pada yang lain, ya?" Farraz menahan tangan Farhan.

"Aku memahami ucapanmu dengan sangat baik Han, tapi ... kumohon, jika itu permintaanmu dan jika aku tidak bisa menepatinya, tetaplah menjadi temanku. Bertahanlah!"

"Tetap Raz, aku tetap temanmu, tapi tidak ada yang abadi di dunia ini, ingat? Kita punya janji pada satu sama lain, aku yakin kau ingat tentang itu. Siap?"

"Yeah, siap..."

"Bersemangatlah sedikit, Angga dan orang tuamu akan sangat bangga tentang ini."

- LOYALTY -

"Kita berjanji, bahwasanya kita akan selalu bersama, selalu menopang, dan selalu melindungi satu sama lain!" 

Kedelapan anak-anak itu berseru senang ditengah istirahat makan siang mereka. Rasa lelah memang menghantui mereka. Khususnya Sang Leader yang merupakan dokter bedah utama di rumah sakit itu. 

Tapi ia tampak tetap menjaga senyumannya dan semangatnya agar anggota lainnya juga tidak merasa terlalu lelah. Membuat rekan-rekannya ikut tertawa senang, tak lagi merasa lelah.

10 tahun berlalu dengan cepat. Janji itu tetap disokong dengan kuat oleh kedelapannya. Seperti saat ini, meski kini tak ada pemimpin mereka, Valora dan Nagen, mereka akan tetap memegang teguh perjanjian itu. Karena perjanjian itulah pemersatu mereka.

"Kita akan selamanya loyal pada mereka."

- LOYALTY -

Nabiel dan Alexan sukses melumpuhkan pengawasan di bagian selatan gedung. Tapi kini orang-orang yang terpapar wabah telah membentuk pagar manusia guna menghalangi mereka masuk ke dalam Lobby utama gedung.

Tembakan-tembakan Alexan melesat dan dengan mudah menumbangkan mereka. Pistol itu berisikan peluru dengan aliran sengatan listrik setinggi 2000 Volt, hanya diberikan pada dokter jaga. Mudah untuk mengejutkan jantnug seseorang.

LOYALTY [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang