10. Rapat Inti

27 10 2
                                    

10.45 AM

Valora sudah ada di ruang meeting gedung setinggi 13 lantai milik Nagen. Tapi suasana dan hawa dari ruangan itu begitu mencekam. Seluruh karyawan, sekretaris, dan pengunjung perusahaan pun tidak ada yang berani masuk ke ruang meeting.

Setidaknya bahkan agent dari satuan yang dibentuk pun sedikit enggan untuk masuk. Penyebabnya? Satu saja, ekspresi dingin tapi kesal yang terpasang di wajah Valora.

"Masuk saja lah kalian ini, kenapa pada berdiri disini sih?" Komentar Farhan yang baru saja tiba.

"Er ... Valora sangat-sangat menyeramkan, lihat saja..." Kompak, empat pemuda yang sudah datang menunjuk Valora yang masih diam membaca berkas.

"Ck, dia tidak menyeramkan, sama sekali." Farhan mendorong semua orang menepi dan menerobos masuk.

"VALORA YANG TAMPAN DAN BAIK HATI! AGENT ANDALANMU SUDAH DATANG!!! Aw ... kau tidak peduli? Nagen baru saja meninggalkanku sendirian di rumah sakit!" Setidaknya teriakan Farhan sukses memecah kesunyiaan yang sejak tadi terbentuk.

"Shhttt, apa lagi? Duduk! Astaga, kau ini sudah merepotkan Alexan, membuat Nagen panik, membuatku khawatir, ada-ada saja kelakuanmu itu!" Omel Valora, ekspresinya lebih tenang dari sebelumnya.

Farhan nyengir, ia duduk di samping Valora dan memberikan gestur 'Silahkan Masuk' bagi teman-temannya yang masih berdiri membeku di depan ruangan. Pembuktian darinya jika Valora tidak sedingin itu.

"Permisi, maaf sedikit terlambat!" Keempatnya menarik kursi masing-masing dan duduk. Valora tersenyum simpul, menyapa balik.

"Sudah berapa lama kita tidak berkomunikasi bersama? Ada banyak berita terbaru yang harus kalian dengar siang ini."

- LOYALTY -

"Lama. Sangat lama," Seseorang menjawab, tapi bukan satupun di antara yang sudah hadir. Membuat semua orang menoleh ke berbagai arah, mencari asal suara.

"Mencariku? Hm?" Nagen rupanya baru saja membuka pintu. Menatap semua orang yang sudah datang.

"Hah ... aku pikir tadi hantu yang tengah berbicara." Protes Angga saat melihat Nagen yang hanya tersenyum simpul.

"Haha, aku yakin seratus persen, perusahaan ini tidak berdiri dengan tumbal gedung." Jawabnya sembari tertawa pelan, lalu tersenyum ramah.

Tapi senyuman itu bukan senyuman tanpa arti. Di balik senyuman itu, ada sebuah kabar yang bukan baik-baik saja darinya. Seramah apapun ia menjawab candaan Angga, ia tetap terlihat membawa kabar buruk.

"Angga? Aku menerima chip dan suratmu dan telah melakukan penelitian mendasar," Nagen mengangkat chip di tangan kirinya.

"Maaf merepotkanmu Nagen," Nagen mengangguk.

"Valora? Mulai rapatnya, aku akan mengurus sesuatu sejenak." Valora mengangguk.

"Baiklah, semuanya, mohon maaf atas pertemuan yang sangat mendadak ini. Tapi ada beberapa hal yang akan disampaikan oleh perusahaan kami, Damanik Corp. Yang bertugas, silahkan maju."

Farhan berdiri, berjalan menuju tempat presentasi, "Aku mengambil sebuah video saat tengah melakukan penyelidikan di perusahaan lawan, Dahlia Company. Ada yang ganjal dari lokasi pengambilan video sehingga aku tertarik untuk mencurinya dari mereka. Aku akan menayangkannya."

Nagen membiarkan Farhan mengutak-atik laptopnya, sementara dirinya sendiri berjalan menuju bangku yang kosong dan menonton presentasi dari sana. Tak ingin terlalu dekat dengan layar proyektor.

"Mohon simak sejenak video ini!"

Percakapan itu melibatkan kurang lebih enam orang. Dua di antaranya adalah petinggi dari perusahaan lawan. Dan empat sisanya tidak terlihat familiar sedikitpun. Percakapan dimulai saat orang-orang itu masuk ke laboratorium itu.

LOYALTY [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang