Round 2
Hanya Nabiel yang bertahan untuk saat ini.
- LOYALTY -
Besi panas yang dipanaskan dalam tungku-tungku kremasi kini menempel pada tubuh Nabiel. Pemiliknya berusaha sekuat tenaga membungkam mulutnya sendiri. Rasa sakit menjalar dipunggungnya hingga menembus dadanya.
"HAHAHA, nyawamu juga tidak akan lama lagi ... habis!"
Kesunyian membungkam seluruh lorong. Hanya terdengar gemeletuk api, dentangan jam, dan deburan ombak. Tangan Nabiel mencengkram kuat pisau yang ia bawa, rasa sakit bak telah melumpuhkannya.
"Argh ... KAU BEDEBAH SIALAN! LEPASKAN AKU!" Nabiel memberontak lagi, berusaha melepaskan rantai yang mengikat kedua tangannya.
"Ckckck, tidak akan ada yang menolongmu. Kau tahu? Teman-temanmu juga mungkin sudah tidak bernyawa lagi ... hanya kau yang masih terlalu banyak berbicara."
Andreas berdiri dan mencari sesuatu di rak buku yang ada di sana. Tersenyum licik saat menemukan apa yang ia cari. Berjalan kembali ke arah Nabiel.
"Kau akan diam dengan ini!" Sebuah lakban hitam di lekatkan Andreas ke seluruh bagian mulut hingga hidung Nabiel.
"MMPHHH!" Sekali lagi Nabiel berusaha memberontak.
Tapi ia tahu nafasnya akan habis jika ia terlalu banyak berubah dan akan lebih cepat pingsan atau kemungkinan terburuknya adalah mati. Andreas tertawa keras, tangannya menarik kuat rambut Nabiel dan membantingnya ke tembok.
Gemeletuk api semakin keras sesaat setelah Andreas melemparkan beberapa batu bara ke dalamnya.
"Oh ya ... kau akan merasakan ini juga. Seperti temanmu yang sudah mendahului. Siapa tadi namanya? Andrew?"
Andreas membuka tungku-tungku api itu, ruangan semakin panas dengan kobaran api yang terlihat berusaha keluar dari tungku. Nafas Nabiel semakin pendek, kepalanya sangat pusing. Ia kehabisan oksigen.
"Ck, sudah tidak bisa bernafas?"
Andreas menarik dagu Nabiel dengan kuat dan merobek lakban di bagian hidungnya hingga mengenai kulitnya dan menimbulkan luka robek ringan di bawah hidungnya. Membuat Nabiel bisa bernafas meski kesakitan.
Tawa Andreas menggelegar memenuhi ruangan. Bodyguard-nya sejak tadi hanya diam dengan posisi yang sama bak patung. Hingga tawanya terhenti saat sepasang langkah kaki terdengar dari lorong.
Tak ada siapapun di lantai itu, selain anak buahnya dan dirinya. Tapi langkah kaki itu hanya satu orang pemiliknya. Terdengar jelas bahwa sosok itu menggunakan sepatu boots. Tak ada anak buahnya yang menggunakan sepatu boots.
Tok-Tok-Tok!
"Huh? Aku tidak menyuruh mereka kembali secepat itu. Gevan! Buka pintunya!"
Tapi belum hingga bodyguard itu mencapai pintu, besi tua nan berat itu terayun hingga terbuka lebar. Dan dalam satu kali tebasan, bodyguard itu mati di tangan sosok yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
ZRINGGG! ZRASH!
Suara katana itu diiringi dengan suara darah yang mengucur deras dari leher tanpa kepala itu.
Ia tak bersuara, topengnya di penuhi aura kegelapan meski berwarna putih bersih. Katana yang ia bawa ia keluarkan dan ia biarkan ujungnya menggores lantai dengan nyaring.
"SIAPA KAU!?"
Tak ada jawaban, sosok itu terus mendekat. Goresan antara katana dan lantai itu sangat memekikkan telinga, Nabiel menutup telingannya rapat-rapat dengan tenaga yang tersisa, sementara Andreas berdiri dan menodongkan pedangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOYALTY [ ENDED ]
Mystery / ThrillerKesetian itu, seperti mawar hitam rupanya. Started at 15 May 2021. Ended at 15 June 2021. Rombak (Revisi) at 15 June 2022.