2. Kontrak Baru

262 25 1
                                    

1.29 PM

Valora, Nagen, dan Farraz pulang menuju perusahaan mereka, karena tempat yang digunakan untuk rapat tadi adalah gedung milik Shiba Company. Perusahaan yang menaungi Xan dan Nabiel.

Sementara Alexan dan Nabiel hanya saling tatap di ruang kantor milik Xan. Benar-benar tidak ada percakapan di antara keduanya. Hingga akhirnya Xan membuka percakapan usai lima belas menit saling diam.

"Hey, Nab, apakah tidak aneh hanya berdua sementara mereka bertiga bahkan bisa jadi akan menambah anggota?" 

"Tidak juga ... tapi aku rasa kita butuh yang lain juga, aku akan telfon Angga. Bagaimana denganmu? Varen sepertinya belum pulang dari kelasnya, ayolah, kau tahu aku malas menginjakkan kaki di sana."

Alexan menghela nafas. "Aku tidak punya SIM ataupun surat lainnya, itu motormu. Jalan raya sangat padat. Kau mau aku kena tilang lagi seperti saat itu?"

Nabiel tertawa singkat, "Jemput saja berjalan kaki. Tentu sebelum kau didahului agent perusahaan sebelah, Valora."

"Hah? Valora? Kenapa jadi Valora?"

"Sana berangkat! Astaga, kau ini! Kelas Varen akan bubar dalam dua puluh menit!"

"Ck, iya-iya! Nabiel bawel, ah!"

- LOYALTY -

Setibanya di sekolah Varen, rekan lamanya, Alexan memahami maksud Nabiel tadi. Valora berdiri di depan Varen, percakapan antara keduanya terlihat berat. Ekspresi Varen tidak nyaman dan Valora tetap memasang wajah flat yang sama seperti di perusahaan tadi.

"Ah ... rupanya benar, mereka saling kenal." Alexan melepas helm yang ia kenakan dan berjalan menuju keduanya.

"Permisi, Varen? Nabiel memintaku menjemputmu," Valora dan Varen menoleh dengan kompak.

"Eh? Alexan! Maaf tidak langsung mengenalimu. Valora, aku pulang dulu, hati-hati di jalan. Aku akan menemuimu lusa, aku janji!"

Valora tersenyum. Sangat-sangat hangat, berbeda jauh dengan senyum flat dinginnya di ruang meeting pagi tadi. Tentu hal itu sukses membuat Alexan melongo. Agent dingin itu masih punya sisi hangat dalam tubuhnya?

"Ya sudahlah, nanti kalau ada apa-apa yang berbahaya, hubungi aku. Jangan sok-sokan melawan sendirian, kau tahu, kakakmu ini khawatir!"

Usai mengusak gemas kepala Varen, Valora berbalik dan berjalan menuju mobil mewah yang terparkir di wilayah parkir sekolah. Tersenyum sekali lagi sebelum memasuki mobilnya dan meninggalkan parkiran sekolah.

"Er ... kalian berdua kakak-adik?" Varen menggeleng.

"Nyaris kakak adik. Setelah cerai, Mama ku menikahi Papa Valora, menjadi istri kedua dari Papa Valora. Tapi keduanya sudah cerai beberapa bulan yang lalu karena Papa sakit keras dan Mama harus bekerja,"

Varen menatap Valora yang semakin menjauh. Ia menghela nafas pelan, "Setidaknya Valora sangat-sangat sukses sekarang, orang tua kita pasti bangga."

- LOYALTY -

"Ah, kalian step brother?" Tanya Nabiel sesaat setelah Alexan dan Varen tiba di restoran tempat ketiganya biasa menikmati makan siang.

"Ya... Bisa dibilang seperti itu," Varen menatap kaca restoran yang tembus keluar.

"Jarak usia kami jauh. Dia akan lulus S2 tahun ini dan aku baru saja masuk S1. Dia juga sudah siap menjadi dokter magang di salah satu rumah sakit. Ia akan mulai bekerja pekan depan," 

"Kami juga ingin mengajakmu bekerja. Bayarannya sekitar enam juta perbulan. Bisa lebih, jika kau memang mau mengambilnya."

Nabiel menyalakan rokoknya, menatap Varen sejenak sebelum mulai menikmati rokok itu. Tapi tak lama ia matikan setelah teringat Xan tidak tahan dengan asap rokoknya. Varen sendiri masih sibuk memikirkan tawaran itu.

"Hah ... pekerjaan? Aku tahu gajinya cukup meyakinkan. Tapi aku tahu, pekerjaan dengan resiko tinggi, kan?" Alexan mengangguk.

"Tidak terlalu berbahaya, hanya menjadi seorang Profiler atau Pencatat Kriminalitas. Hey, kau ini kan sekolah di kriminologi, apa susahnya?"

"Kuliah Kriminologi bukan berarti aku ingin bekerja di bidang itu juga, ya, enak saja." Ucap Varen sembari menghela nafas pelan.

"Ayolah Varen ... kita juga bekerja sama dengan Valora," Susu coklat yang baru saja masuk mulut Varen sudah terteguk secara paksa dan membuatnya tersedak.

"HEH! Astaga Nabiel, kau benar-benar ya!" Alexan segera mencari tisu dan membersihkan susu coklat yang tumpah dan memberikan air putihnya pada Varen.

"Terima kasih, astaga, Nabiel. Katakan dari awal jika ini melibatkan Valora juga!" Protes Varen kemudian meneguk habis air putih milik Alexan.

"Aku tidak tahu jika kalian bersaudara. Kita seharusnya hanya partner kerja, kan? Apa pentingnya?" Varen menghela nafas.

"Aku hanya step brother-nya. Bukan benar-benar saudaranya." Varen menatap lurus ke arah Nabiel. Tidak biasanya pemuda putih pendek itu serius sampai seperti itu.

"Pekerjaan Valora itu menyeramkan. Karena aku tahu, lebih dari yang kalian tahu. Itu mengapa kau seharusnya menyampaikan sejak tadi jika pekerjaan ini melibatkan Valora!"

- LOYALTY -

"Hey, kau sudah datang," Valora yang merasa dipanggil meski tanpa nama pun menoleh.

"Kau terlambat. Untuk ke sekian kalinya," Valora menatap sosok itu dengan wajah flat nya.

"Maafkan aku, kau tidak mengatakan bahwa lift di gedung ini rusak dan aku harus menaiki tangga darurat," Valora menatapnya masih dengan tatapan datar.

"Maafkan aku untuk itu. Duduklah dulu, Nagen sedang mengambil berkas,"

Pemuda itu tersenyum masam. "Kau tidak banyak berubah ya sejak terakhir kita bertemu 10 tahun yang lalu," Valora menatapnya dengan seringai kecilnya.

"Aku tidak akan berubah, sampai kapanpun" Seseorang masuk tanpa mengetuk pintu.

"Er... Kalian sudah datang, syukurlah kalau begitu."

Farraz mengangkat berkas-berkas di tangannya lebih tinggi agar memudahkan dirinya masuk ke ruangan sempit itu. Dirinya diikuti oleh Nagen yang hanya membawa satu berkas di tangannya. Entah antara Nagen yang tidak mau membantu atau Farraz yang tidak mau dibantu.

"Apaan tuh? Banyak amat, mau ngapain aja, sih?"

Pemuda yang tadi datang tanpa disebut namanya mendekati Farraz dan membantunya memindahkan berkas itu ke meja utama ruang pertemuan. Membuat Farraz bisa melihatnya dengan jelas.

"Ah, Farhan, aku pikir kau tidak jadi datang." Farhan, pemuda tadi, ia hanya tertawa kecil lalu menggeleng pelan.

"Aku tidak mungkin tidak datang dengan bayaran yang kalian ajukan." Farraz tersenyum simpul lalu duduk di samping Valora. Membiarkan Nagen maju ke posisi presenter. 

"Ini adalah kasus yang akan kita tangani. Pemilik perusahaan seberang dan perusahaan kita mengganti kontraknya secara sangat mendadak, ini final jika kalian ingin mengundurkan diri,"

Tangan Nagen membuka kertas-kertas yang ia bawa. Isi kontrak yang baru.

- LOYALTY -

LOYALTY [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang