12.13 PM
"Hoy! Angga! Sini!" Angga kecil berlari dengan kedua kaki mungilnya untuk menghampiri sang bapak yang tengah membaca koran.
"Iya Pak? Ada apa?" Tanyanya kemudian berusaha mengintip apa yang bapaknya baca.
"Sini, duduk di atas saja, jangan di situ." Sang bapak menepuk-nepuk kursi yang kosong. Angga segera naik ke atas kursi itu meski kesusahan.
"Iya, Pak?" Bapaknya tersenyum simpul.
"Nanti saat Angga besar, Angga ingin menjadi apa?" Angga menatap bapaknya dengan pandangan kosong tak mengerti.
"Nanti ... kalau Angga sudah besar ... Angga mau jadi seperti bapak atau ibu? Atau Angga mau jadi seperti Pak RT? Ahahaha!" Angga kecil memukul gemas tangan bapaknya.
Tangan kecilnya ia letakkan di bawah dagunya. Memasang tampang berpikir meski mungkin tidak. Ia tidak terlalu berpikir. Bisa dibilang sih Angga tidak terinspirasi mengikuti salah satu dari orang tua mereka.
"Angga mau menjadi seperti bapak, tapi seperti ibu juga, hehe." Jawabnya lugu.
"Loh? Bapakkan suruh pilih satu Leee*, bukan duaaa!" Sang bapak mendorong gemas pipi anaknya.
"Ndak gitu maksud Anggaa! Angga mau jadi seperti bapak, polisi hebat yang bisa dor-dor! Tapi Angga juga mau seperti Ibu, jadi dokter hebat yang bisa mengalahkan penyakit! Ciyaaattt!"
Bapaknya tertawa kecil kemudian mengangkat Angga ke pangkuannya.
"Apapun yang Angga mau ... sekarang Angga harus mulai belajar ya? Okay? Angga harus janji sama bapak, suatu saat nanti, bapak bisa melihat Angga sukses." Angga kecil mengangguk-angguk dengan cepat.
"Angga janji!"
Dengan senyuman yang begitu lebar, Angga kecil hanya sebatas mengingat bahwa ia memiliki janji itu tanpa paham apa yang harus ia lakukan.
Bapaknya menurunkan Angga saat seseorang tampak berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. "Angga, masuk dulu ya? Bantu ibu siapkan kopi hitam." Angga mengangguk lagi dan berlari masuk ke dalam rumah. Orang itu tiba di depan pagar rumah mereka.
"Hoy, Vin, astaga ... kau tahu? Ada sesuatu yang sangat buruk terjadi di kota." Alvin Adhikari, bapak Angga, membukakan gerbang itu untuk sang tamu.
"Ada apa Vad? Tumben banget ke sini sambil lari, gak naik mobil?" Masih bisa tertawa, Nevada yang baru di persilahkan masuk itu memukul gemas pundak Alvin.
"Ck, aku serius kau masih bisa tertawa. Diam dulu!" Protesnya kemudian berusaha menetralkan nafasnya karena ia berlari kurang lebih satu km dari rumahnya ke rumah Alvin.
"Ada apa? Sepertinya kau terburu-buru sekali." Nevada tampak menghela nafas sejenak.
"Wabah dari kota sebelah sudah menyebar ruah di kota kita. Kita harus segera bertindak. Antisipasi kita untuk menutup total kota sudah gagal." Alvin yang semula masih tersenyum langsung mengubah ekspresinya.
"Kau serius?" Alvin masih tak yakin juga.
"Jika aku tidak serius aku tidak akan berlari sampai sini dengan dua kaki saja! Aku juga capek, astaga..."
"Duduk dulu sebentar, Nissa akan bawakan kopi hitam. Kita harus membicarakannya sejenak," Nevada pasrah, ia duduk di samping Alvin yang terlihat tidak sepanik dirinya.
"Kenapa kau panik?" Tanya Alvin pada Nevada yang tampak tidak tenang.
"Anakku Vin, dijemput oleh pemerintah untuk uji...." Belum selesai Nevada berbicara...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOYALTY [ ENDED ]
Misterio / SuspensoKesetian itu, seperti mawar hitam rupanya. Started at 15 May 2021. Ended at 15 June 2021. Rombak (Revisi) at 15 June 2022.